Scroll untuk baca artikel
Nasional

Sinergi Invest SEA dan KPPOD Tingkatkan Investasi Perikanan dan Ekowisata di Natuna

44
×

Sinergi Invest SEA dan KPPOD Tingkatkan Investasi Perikanan dan Ekowisata di Natuna

Sebarkan artikel ini
Invest SEA kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengupas peluang dan tantangan dalam pengembangan perikanan dan ekowisata di Natuna pada Selasa (16/7).

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Invest SEA, organisasi nirlaba yang berfokus pada investasi berkelanjutan di Asia Tenggara, kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) ketiganya pada Selasa (16/7). FGD kali ini mengupas peluang dan tantangan dalam pengembangan perikanan dan ekowisata di Natuna dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Diskusi yang diadakan di Jakarta ini dihadiri oleh berbagai stakeholder baik dari pusat maupun daerah, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), serta pengurus Natuna Geopark.

Sebagai kepulauan dengan lebih dari 98% wilayahnya berupa lautan, Natuna memiliki kekayaan hayati laut yang melimpah. Natuna sendiri termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 yang memiliki estimasi potensi lestari (MSY) mencapai 1.306.379 ton/tahun, dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) sebesar 911.534 ton/tahun.

Catur Sarwanto, Direktur Bisnis dan Investasi Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan, “Natuna memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar, dengan potensi WPP 711 mencapai 911 ribu ton/tahun, serta potensi budidaya ikan seperti kerapu dan napoleon yang telah diekspor ke Malaysia, Jepang, dan Singapura. Namun, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Kami berharap pergerakan investasi dapat mengembangkan sektor ini. Saat ini, kementerian menargetkan investasi sebesar 9 triliun di sektor kelautan dan perikanan, dan Natuna menjadi salah satu wilayah yang menarik untuk investasi tersebut.”

Baca Juga :   PUPR Gratiskan Akses Tol Strategis Solo dan Kartasura-Klaten untuk Mudik 2024

Selain keanekaragaman hayati dan kekayaan laut yang melimpah, Natuna juga memiliki potensi unggulan dalam bidang ekowisata dan wisata bahari. Keindahan alam Natuna yang masih alami dan belum banyak dikenal dunia menawarkan peluang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata yang unik dan berkelanjutan, mulai dari pantai yang asri hingga air terjun yang menyegarkan, serta pesona gunung dan bukit yang tak kalah indah.

Baca Juga :   Sinar Mas Berpartisipasi dalam Pengembangan Bandara Singkawang

Fehmiu Octaviano, perwakilan Direktorat Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyatakan, “Wisata bahari dan ekowisata di Natuna saat ini masih perlu dikembangkan. Dengan peningkatan kualitas fasilitas seperti homestay dan rumah makan, serta perbaikan infrastruktur dan penurunan harga tiket pesawat, wisatawan akan merasa lebih nyaman untuk berkunjung ke Natuna. Jika dipadukan dengan promosi yang efektif, Natuna bisa menjadi salah satu destinasi utama untuk sektor ekowisata di Indonesia.”

Selain kekayaan alam, Natuna juga menawarkan pengalaman wisata geologi dan keanekaragaman geologi yang tinggi di kawasan geosite dalam Geopark Natuna, serta penjelajahan situs bersejarah yang menarik. Basri, Ketua Harian Geopark Natuna, mengatakan, ”Kawasan geografis Natuna yang memiliki keragaman dan warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan keragaman budaya yang bernilai tinggi membuat Natuna dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang pantas untuk dipromosikan baik dalam skala nasional maupun internasional. Demi mengoptimalkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Natuna, khususnya area geopark, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dalam proses pengembangannya.”

Baca Juga :   Acara "Promoting Connectivity between Peoples for a More Beautiful Homeland" dan "Top Ten News Release for China-ASEAN Cooperation" Telah Digelar di Indonesia

Meski potensinya melimpah, akses menuju Natuna masih terbilang sulit. Menanggapi hal ini, Safrudin, Inspektorat Ahli Madya Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan, menjelaskan, “Saat ini pemerintah melalui kementerian/lembaga terkait dengan melibatkan stakeholder penerbangan akan membahas secara detail komponen-komponen biaya operasional pesawat udara yang memungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi harga saat ini.”

Armand Suparman, Direktur Eksekutif KPPOD, menambahkan, “Di era desentralisasi pasca reformasi, kami berharap sektor swasta lebih optimal berkolaborasi dengan Natuna. Namun, peningkatan investasi masih terkendala regulasi dan birokrasi, seperti perizinan dan infrastruktur. Dengan dukungan kementerian dan lembaga terkait, kita bisa merencanakan kebijakan strategis yang lebih sederhana untuk mendukung pertumbuhan di daerah seperti Natuna.” (saf)