Scroll untuk baca artikel
HeadlineIndustri

Pilar Usaha Sinar Mas Dukung Dekarbonisasi

660
×

Pilar Usaha Sinar Mas Dukung Dekarbonisasi

Sebarkan artikel ini
IMG-20240906-WA0024.jpg Sinar Mas pada gelaran Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 di Jakarta Convention Center, Jumat (6/9).
BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Sektor industri perkebunan dan kehutanan optimistis mampu berkontribusi dalam upaya dekarbonisasi dengan kerja bersama lintas sektor menjadi kuncinya.
Perlu bergerak cepat dan bersama-sama agar upaya dekarbonisasi dapat diterapkan, dan kami telah melakukannya di Sinar Mas Agribusiness and Food, tetapi kami tidak bisa melakukannya sendirian.
“Jadi penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung berupa kebijakan pemerintah dan dukungan finansial yang memadai, serta inovasi teknis untuk mencapai tujuan nol emisi bersama kami,” kata Chief Sustainability & Communications Officer Sinar Mas Agribusiness and Food, Anita Neville saat diskusi bertema Dekarbonisasi Industri Indonesia, Pelajaran dari Implementasi Rencana Nol Emisi pada gelaran Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 di Jakarta Convention Center, Jumat (6/9).
Menurutnya, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil, CPO) melalui biodiesel dan pembangkit energi berkelanjutan dapat berkontribusi dalam upaya dekarbonisasi.
“Kami melihat peran besar yang dapat dimainkan minyak sawit dalam transisi ini. Energi terbarukan adalah bagian penting dari strategi dekarbonisasi kami sendiri. Saat ini 92 persen energi yang digunakan dalam bisnis hulu kami adalah energi terbarukan, sebagian besar menggunakan pendekatan sirkular dan mengubah limbah produksi kami menjadi energi,” ujar Anita.
Pentingnya kolaborasi juga disampaikan Executive Director Sinar Mas Agribusiness & Food, Jesslyne Widjaja.
“Melalui peningkatan produktivitas dan pemberdayaan petani kecil, kami dapat meningkatkan produktivitas panen sekaligus mendorong kesejahteraan mereka. Dengan kebijakan yang tepat, berbagai kelebihan kelapa sawit dalam produksi bahan bakar, energi, dan biomassa berkelanjutan dapat menjadi sebagian jawabannya. Upaya ini membutuhkan tindakan kolektif,” kata Jesslyne dalam sesi bertajuk Mendorong Masa Depan Transportasi Bebas Emisi, di Jakarta Convention Center, Kamis (5/9).
Melalui peta jalan nol emisi, Sinar Mas Agribusiness and Food berfokus pada empat hal, yakni berkomitmen untuk tidak melakukan deforestasi, merehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi, mengelola metana dari pabrik pengolahan CPO, dan beralih ke energi terbarukan dengan mengubah penggunaan batubara ke biomassa.
Jesslyn mencontohkan program pencampuran bahan bakar B35 di Indonesia melalui penggunaan 12 juta ton biodiesel telah mampu mengurangi hingga 30 juta ton emisi gas rumah kaca, sekaligus menghemat devisa sebesar Rp160 triliun dari pengurangan impor bahan bakar fosil. Sementara kelapa sawit sendiri adalah tanaman penghasil minyak nabati paling produktif dan efisien.
“Saat Indonesia mencoba tingkat pencampuran biodiesel yang lebih tinggi, kami dari sektor industri siap mendukungnya lewat solusi pasokan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Hal yang selama ini diupayakan melalui budidaya berbasis pendekatan sirkular, peremajaan tanaman, serta pendampingan melekat atau dikenal sebagai inclusived closed loop, yang mempertemukan para pekebun, perusahaan pembeli selaku pendamping, koperasi, dan dukungan skema keuangan.
“Dengan dukungan lintas sektor berikut kerangka investasi yang tepat, potensi kelapa sawit dapat kita optimalkan untuk menjawab isu ketahanan pangan, energi, kesejahteraan serta mitigasi perubahan iklim lewat dekarbonisasi.”
Sementara pilar usaha Sinar Mas di sektor pulp dan kertas pada ajang yang sama melalui Chief Sustainability Officer APP Group, Elim Sritaba menyatakan bila upaya melakukan dekarbonisasi telah berlangsung sejak tahun 2018 yang membawa pihaknya berdiskusi dengan lintas pemangku kepentingan hingga menghasilkan kerangka kerja yang secara berkala dipertajam, hingga yang terkini hadir Sustainable Roadmap Vision atau Peta Jalan Keberlanjutan: Visi 2030, berisikan target keberlanjutan yang semakin terhubung dengan UN Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, serta didukung keterlibatan kuat para pemangku kepentingan.
“Di dalamnya terdapat kriteria bagaimana kami melakukan produksi dengan karbon minimal, berikut memanfaatkan bahan baku dari hutan tanaman industri yang dikelola berkelanjutan, dengan mengedepankan pula kesejahteraan masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Elim mencontohkan bagaimana pihaknya menggandeng komunitas di sekitar hutan melalui program Desa Makmur Peduli Api yang memberdayakan mereka melalui budidaya beragam komoditas berbasis kearifan lokal dan ramah lingkungan. Dari target pengurangan emisi karbon hingga 30 persen pada tahun 2030, APP Group menurutnya telah mampu melakukan pengurangan hingga 13 persen.
“Penggunaan teknologi terkini yang mampu mengurangi emisi, memanfaatkan ulang limbah produksi lebih maksimal, beserta pemantauan dan pengukuran capaian peta jalan yang mumpuni, seluruhnya membutuhkan investasi tersendiri. Di sini kolaborasi dapat menjembataninya dengan ketersediaan skema keuangan hijau, maupun relaksasi berupa insentif bagi sektor industri yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Managing Director Sinar Mas, Ferry Salman menyampaikan rasa bangganya bahwa beberapa pilar usaha dapat berpartisipasi untuk kali kedua dalam ajang IISF. Dirinya juga mengingatkan pentingnya kolaborasi yang dilandasi prinsip kesetaraan dan keterbukaan.
“Sinar Mas yang tahun ini berusia 86 tahun tentu berupaya dapat terus berkelanjutan lewat pengurangan emisi. Harapannya, negara maju, global north jangan sampai menggunakan kriteria yang membuat negara seperti Indonesia gagal menyejahterakan dirinya melalui komoditas serta sektor industri andalannya semisal sektor kelapa sawit atau pulp dan kertas. Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat pembukaan IISF agar kolaborasi tidak memikirkan kepentingan sendiri. Apa lagi mitigasi perubahan iklim dan keberlanjutan adalah kepentingan seluruh negara,” kata Ferry.
Baca Juga :   Kearney Soroti Peran Penting Investasi Makro dalam Perjalanan Net Zero 2060 di Indonesia