Scroll untuk baca artikel
Industri

Panas Bumi Punya Prospek Besar, Pemerintah Perlu Ambil Peran Lebih pada Eksplorasi

1
×

Panas Bumi Punya Prospek Besar, Pemerintah Perlu Ambil Peran Lebih pada Eksplorasi

Sebarkan artikel ini
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) kembali mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif pada kuartal II tahun 2025. Kinerja solid ini mempertegas peran strategis PGE sebagai garda depan dalam mendorong percepatan transisi energi nasional berbasis panas bumi yang bersih, terbarukan, dan berkelanjutan

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menilai industri panas bumi memiliki prospek baik dalam mendukung pencapaian target pemerintah dalam memperluas kapasitas pembangkit listrik Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Seperti diketahui, pemerintah melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN menetapkan target perluasan kapasitas pembangkit EBT hingga 76% dalam periode 2025–2034. Di dalamnya, kapasitas pembangkit listrik ditargetkan bertambah sebesar 69,5 gigawatt (GW), di mana 42,6 GW akan berasal dari pembangkit EBT, dan panas bumi ditargetkan menyumbang 5,2 GW.

“Panas bumi masih berprospek. Kalau kita lihat, potensi panas bumi kita punya 24 GW, baru dimanfaatkan 10 persen atau sekitar 2.200-2.300 MW. Masih banyak yang bisa dimanfaatkan,” kata Fabby saat dihubungi via telepon.

Meski prospeknya besar, Fabby menilai pengembangan panas bumi masih menghadapi tantangan waktu, karena satu proyek pembangkit berkapasitas 100 MW dapat membutuhkan 10–12 tahun hingga beroperasi. Untuk mengejar target 5,2 GW, menurutnya, pemerintah perlu menerapkan pendekatan baru yang lebih progresif, terutama pada fase eksplorasi.

Baca Juga :   Tren Belanja Ramadan 2025: 50% Konsumen Indonesia Tingkatkan Anggaran, Belanja Digital Makin Diminati

Fabby menilai, pemerintah seharusnya mengambil peran lebih besar pada fase eksplorasi agar risiko dan biaya yang selama ini menjadi hambatan dapat ditekan. “Kalau punya target besar, pemerintah yang perlu mengeluarkan dana untuk eksplorasi panas bumi,” kata Fabby.

Kemudian, kata dia, pemerintah juga dapat menunjuk perusahaan tingkat global yang bisa melakukan eksplorasi dengan biaya murah dan risiko rendah.

“Yang dilelang kemudian cadangan terbuktinya. Jadi, sudah dibor dan ketemu dan bisa dikembangkan. Kalau dari awal, nanti banyak masalah dan lama. Pemerintah perlu ke sana, misal pakai Danantara,” ujarnya.

Baca Juga :   Penjualan Naik 6%, Kaspersky Cetak Kinerja Positif di Indonesia Sepanjang 2024

Apalagi, pemerintah juga telah mengetahui tantangan pengembangan panas bumi.

“Kalau masalah tadi diselesaikan panas bumi akan lari lebih kencang,” ujar Fabby.

Fabby menilai, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) sebagai perusahaan pengembang panas bumi cukup memiliki prospek karena sudah membangun panas bumi lebih dari 40 tahun di Indonesia. PGE pun dinilai menjadi perusahaan terbesar dalam mengelola panas bumi.

“Perusahaan yang sehat dan angka output energinya sesuai dengan yang mereka kelola dan cadangan mereka cukup besar,” kata Fabby.