BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi ungkap target jangka panjang dan strategi perusahaan untuk mewujudkan swasembada pangan dalam lima tahun ke depan. Salah satunya adalah dengan menambah kapasitas produksi pupuk hingga 2 juta ton serta mengoptimalkan digitalisasi distribusi dan penebusan pupuk. Komitmen ini sejalan dengan salah satu visi Asta Cita, yakni swasembada pangan, untuk menuju Indonesia Emas 2045.
Didapuk sebagai pembicara dalam acara “Indonesia Future Policy Dialogue” (05/10) di Jakarta, Rahmad menegaskan bahwa terdapat dua aspek krusial pupuk yang harus diperhatikan untuk mencapai produktivitas pertanian yang lebih baik, yakni availability (ketersediaan) dan affordability (keterjangkauan) pupuk.
Dari sisi ketersediaan, Pupuk Indonesia menekankan bahwa selain kapasitas produksi, penting untuk memastikan pupuk benar-benar sampai ke tangan petani dengan tepat dan transparan.
“Lima tahun ke depan, kami akan menambah kapasitas produksi sekitar 2 juta ton, tapi di luar itu kami juga memperbaiki pabrik tua yang ada. (Namun) availability tidak cukup hanya dengan menambah kapasitas produksi, tapi juga yang penting memastikan pupuk sampai ke petani. Kami sudah mengimplementasikan digitalisasi end-to-end dari proses produksi sampai ditebus petani di kios dengan menggunakan sistem yang namanya i-Pubers. Jadi ini sudah sangat transparan. Ini adalah sebuah inovasi Pupuk Indonesia untuk memastikan availability itu,” ujar Rahmad.
Dengan adanya i-Pubers, Pupuk Indonesia dapat memantau setiap langkah dalam distribusi pupuk, memastikan ketepatan dan efisiensi dalam setiap proses. Sistem ini sudah diterapkan di lebih dari 27.000 kios pupuk di Indonesia pada awal tahun 2024.
Sementara itu, dari sisi affordability, Rahmad menggarisbawahi pentingnya keterjangkauan harga pupuk yang bisa memengaruhi volume pemupukan oleh petani, dan pada akhirnya bisa berimbas pada produktivitas pertanian. ”Setiap kenaikan Rp1.000 per kilogram pupuk bisa menurunkan volume pemupukan urea hingga 13 persen dan NPK hingga 14 persen. Dampaknya, penurunan produktivitas tanaman pangan bisa mencapai 0,5 ton per hektar, dengan disusul penurunan pendapatan petani mencapai Rp3,1 juta/hektar,” kata Rahmad.
Kolaborasi untuk Swasembada Pangan
Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan mencapai 324 juta pada 2045, sehingga kebutuhan beras nasional diperkirakan melonjak, dari 31 juta ton per tahun saat ini menjadi sekitar 37-38 juta ton. “Tidak ada pilihan lain, kita harus mengupayakan peningkatan produksi beras,” ungkap Rahmad. Hal ini menjadi krusial mengingat saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan cuaca ekstrem seperti fenomena El Niño yang berpengaruh besar pada hasil pertanian.
“Ini saatnya gotong royong untuk mencapai Asta Cita kedua, swasembada pangan. Tidak bisa satu pihak berdiri sendiri, semua harus gotong royong,” lanjut Rahmad. Sebagai agroinput, Pupuk Indonesia berkomitmen untuk memproduksi pupuk berkualitas dengan lebih efisien dan kompetitif. Namun, bahan baku akan menjadi faktor utama menjaga keterjangkauan dan tingkat konsumsi pupuk petani.
Pupuk Indonesia yakin bahwa kebijakan yang diambil pemerintah sekarang dengan menetapkan harga gas di USD 6 per MMBTU untuk industri pupuk itu akan dilanjutkan karena dampak dari kenaikan harga gas akan berefek panjang. Tidak hanya kenaikan biaya subsidi, tapi juga menurunkan produktivitas pertanian. Karena itulah, Pupuk Indonesia menegaskan pentingnya gotong royong antar ragam stakeholder. Mulai dari kementerian yang memastikan pasokan sumber bahan baku, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, dan sebagainya.
Pupuk Indonesia mencermati kebijakan dan aturan positif yang sudah dilahirkan dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo akan dilanjutkan dengan baik oleh pemerintahan berikutnya. Setelah melihat langsung kondisi di lapangan hampir di seluruh Indonesia, Rahmad yang mengemban tanggung jawab sebagai Direktur Utama Pupuk Indonesia sejak Juli 2023 ini yakin akan ada masa depan yang lebih cerah bagi petani Indonesia.
“Saya melihat alhamdulillah selama lima tahun ini petani mulai tersenyum karena Pak Jokowi meningkatkan alokasi pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Dipermudah cara penebusannya. Harapan dan keyakinan saya, dengan gotong royong, di pemerintahan Pak Prabowo nanti petani tidak hanya tersenyum tapi akan bisa tertawa lebar. Karena pupuknya mudah, tersedia di mana-mana,” tutup Rahmad.