Scroll untuk baca artikel
Nasional

Rayakan Hari Autisme Sedunia, TikTok Sorot Kisah Tiga Kreator Tingkatkan Kesadaran Autisme di Indonesia

60
×

Rayakan Hari Autisme Sedunia, TikTok Sorot Kisah Tiga Kreator Tingkatkan Kesadaran Autisme di Indonesia

Sebarkan artikel ini
Rezki Achyana seorang behavioralist dan ahli bahasa isyarat, aktif membuat konten di TikTok untuk memberikan edukasi tentang autisme dan gangguan neurologis lainnya.

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Di Indonesia, sekitar 2,4 juta orang menghadapi tantangan yang disebabkan oleh gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder / ASD), menurut data yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperoleh dari situs Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setiap tahunnya, jumlah orang dengan autisme diperkirakan meningkat hingga 500 orang. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan neurologis individu, menyebabkan kesulitan dalam komunikasi dan interaksi sosial, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda dalam belajar dan beradaptasi dengan masyarakat.

Namun, pemahaman masyarakat tentang autisme masih memerlukan perhatian lebih, mengingat masih adanya kasus diskriminatif terhadap anak-anak dengan autisme. Momen Hari Autisme Sedunia, yang jatuh pada tanggal 2 April, menjadi kesempatan untuk menyebarkan pemahaman tentang autisme serta meningkatkan dukungan bagi anak-anak dengan autisme di kalangan masyarakat luas. Inilah yang terus dilakukan oleh sejumlah kreator TikTok yang berbagi pengalaman autentik mereka dari berbagai sudut pandang, mulai dari seorang pelari marathon yang juga penyandang autisme, seorang terapis untuk anak-anak berkebutuhan khusus, hingga seorang orang tua dari anak dengan autisme.

Mari kita simak lebih lanjut kisah dari tiga kreator TikTok yang aktif mengedukasi tentang autisme di Indonesia.

Natrio Catra Yososha (@natrio_catra_yososha)

Penyandang autisme seperti Yososha tidak terbatas oleh kondisi yang ada. Osha, demikian ia biasa disapa, telah didiagnosa dengan ASD sejak berusia 8 tahun. Namun, dengan dukungan ibunya, Osha terus mengeksplorasi minatnya. Mulai dari bermusik hingga memainkan biola, mengejar studi di bidang Arkeologi di Universitas Gadjah Mada sesuai minatnya sejak kecil dalam sejarah dan kebudayaan, hingga menjadi pelari marathon pertama di Indonesia dengan autisme.

Baca Juga :   Bantu Petani dengan Irigasi Perpompaan, Kementan Dorong Petani Sukabumi Tingkatkan Produksi

Sejak tahun 2022, Osha aktif membagikan kisahnya sebagai seorang penyandang autisme dewasa di komunitas TikTok. Salah satu kontennya yang paling menarik perhatian adalah tentang “masking”, yaitu cara di mana orang dewasa dengan autisme menutupi tanda-tanda khas autisme saat berinteraksi dengan publik, misalnya dengan berusaha mempertahankan kontak mata dan mengurangi distraksi. Melalui video-video kesehariannya, Osha memperlihatkan cara mengatasi berbagai masalah dan terus menekankan bahwa dirinya saat ini adalah hasil dari perjuangan sejak kecil. Kontennya membantu komunitas TikTok untuk lebih memahami tantangan dan upaya yang dilakukan oleh individu dengan autisme, sehingga diharapkan tercipta lebih banyak empati. Melalui karyanya, Osha berharap untuk memberikan pemahaman bahwa anak-anak dengan autisme bisa hidup mandiri dan meraih prestasi di dunia dewasa.

Gugun Hernandes (@duniaautis)

Sebagai seorang ayah dengan anak berkebutuhan khusus, Gugun Hernandes merasakan betul perlunya dukungan antar orang tua yang memiliki anak dengan autisme. Gugun, yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan, bersama dengan istrinya yang seorang tenaga kesehatan, terus berjuang untuk memberikan terapi terbaik bagi anak sulung mereka, Uwais Al Zaigham. Di berbagai video yang diunggahnya, Gugun bercerita tentang komitmen mereka untuk mengembangkan kemampuan dasar anak mereka melalui aktivitas sehari-hari.

Baca Juga :   Plan Indonesia Bermitra dengan LinkedIn Buka Peluang Kerja bagi 400 Pencari Kerja Baru di Jawa Tengah

Gugun menunjukkan bahwa meskipun dengan keterbatasan dana, terapi untuk anak dengan autisme bisa dilakukan di rumah dengan bantuan alat sederhana serta kebersamaan keluarga. Dengan perlahan namun pasti, anaknya mulai menguasai keterampilan dasar seperti berhitung dan berinteraksi sosial. Melalui interaksi aktif di TikTok, Gugun merasa lebih terhubung dengan sesama orang tua yang menghadapi pengalaman serupa, memberikan rasa bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan ini. Kontennya, yang banyak berisi tips terapi di rumah dan penekanan pada peran penting orang tua dalam perkembangan anak, memberikan inspirasi bagi banyak orang tua dan pendamping anak dengan autisme. Gugun juga sering berinteraksi, memberikan dukungan, dan berbagi pengalaman secara langsung melalui siaran langsung di TikTok.

Rezki Achyana

Akrab disapa Kiki, seorang behavioralist dan ahli bahasa isyarat, aktif membuat konten di TikTok untuk memberikan edukasi tentang autisme dan gangguan neurologis lainnya. Ketika pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020, Kiki menyadari bahwa banyak orang memerlukan konten yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka di rumah, terutama anak-anak yang belajar di rumah bersama orang tua mereka. Dengan visi untuk meningkatkan inklusivitas bagi individu dengan disabilitas, di mana Kiki sendiri adalah seorang penyintas autoimun, ia mulai berbagi tentang pengalamannya sebagai behavioralist untuk individu dengan autisme.

Baca Juga :   24 Perempuan Lulusan Program Perempuan Inovasi 2023 Ciptakan Aplikasi Ramah Perempuan

Melalui akun TikTok-nya, Kiki membahas berbagai topik, mulai dari cara mengenali indikasi gangguan neurologis seperti autisme dan ADHD, hingga strategi menghadapi tantrum, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), dan manajemen emosi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Kontennya disusun berdasarkan pertanyaan yang dia terima dari orang tua yang ingin lebih memahami autisme. Banyak orang tua yang menonton konten Kiki menjadi lebih peka terhadap tanda-tanda autisme pada anak-anak mereka, sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak-anak mereka.

Seiring dengan misi untuk berbagi kreativitas dan kebahagiaan, TikTok terus berupaya menciptakan ruang yang aman, inklusif, dan bersahabat bagi semua pengguna, memungkinkan setiap individu untuk mengekspresikan diri dan berbagi nilai positif dengan komunitas. Mari kita bersama-sama membangun kesadaran tentang autisme dengan berbagi konten edukatif dan inspiratif melalui platform TikTok. (saf)