Menghadapi tantangan ini, AIS terus berinvestasi pada daya tahan jaringan, serta mengemukakan strategi Network Resilience demi mencapai target strategis, Bebas Kendala Jaringan, dalam tiga tahun.
“Kini, strategi daya tahan jaringan AIS berpusat pada tiga aspek: pencegahan risiko, visualisasi jaringan, dan pemulihan layanan,” kata Noppadon saat menyampaikan paparan berjudul “Building a High-Resilience, High-Efficiency Core Network di ajang 9th 5G Core Network Summit, digelar oleh Informa Tech di Dubai belum lama ini.
Dari sisi pencegahan risiko, AIS melansir solusi MDAF signaling storm prevention and control. Solusi ini memfasilitasi simulasi otomatis terhadap status jaringan secara rutin. Tujuannya, menemukan risiko potensial secara lebih dini. Dengan beralih dari pendekatan O&M pasif menuju strategi pencegahan proaktif, AIS dapat mengantisipasi isu potensial dan menjamin kesinambungan bisnis.
Untuk meningkatkan visibilitas jaringan, AIS melansir solusi visualisasi cloud-network berbasiskan MDAF. Berkat solusi inovatif ini, AIS dapat melakukan visualisasi topologi jaringan pada lima jenjang, serta menganalisis jaringan cloud core kompleks sehingga kerusakan jaringan cepat terdeteksi.
Agar pemulihan layanan bisa berlangsung dalam waktu 30 menit, AIS menggunakan sejumlah solusi, seperti bypass dan lokalisasi sehingga 70% pengguna tetap terkoneksi ketika transport network terkendala. Dengan pendekatan ini, pengguna tetap bisa memakai layanan data penting dan layanan panggilan suara VoLTE.
Noppadon juga menekankan pentingnya efisiensi jaringan. AIS telah menerapkan strategi jaringan otonom yang meningkatkan teknologi pintar dan otomatisasi jaringan. Inisiatif ini turut memfasilitasi transformasi AIS dari penyedia layanan komunikasi konvensional menjadi perusahaan teknologi kognitif.
Ke depan, AIS akan selalu meningkatkan reliabilitas dan efisiensi jaringan inti sekaligus aktif mengintegrasikan sejumlah teknologi terdepan di industri, seperti AI. Misalnya, AIS berencana mengembangkan cross-domain digital twin network dan mengimplementasikan Telecom Foundation Model guna mentransformasi proses O&M. Targetnya, secara bertahap terbebas dari kendala jaringan dan menuju jaringan otonom Level 4.