BISNISASIA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Joe Biden mengatakan pada hari Jumat bahwa Amerika Serikat akan mulai mengirimkan pasokan bantuan dari udara ke Gaza, sehari setelah tewasnya lebih dari 100 orang Palestina dalam sebuah konvoi bantuan.
“Kita perlu berbuat lebih banyak, dan Amerika Serikat akan berbuat lebih banyak,” kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih pada awal pertemuan dengan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni seperti dilansir Bisnisasia dari Arabnews.com
“Dalam beberapa hari mendatang kami akan bergabung dengan teman-teman kami di Yordania dan yang lainnya untuk memberikan bantuan makanan dan pasokan tambahan melalui udara,” ujar Biden yang berusia 81 tahun itu di Ruang Oval.
Pengumuman ini muncul ketika negosiasi terus berlanjut untuk gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di tengah krisis kemanusiaan di Gaza yang telah terkepung sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap Israel.
Biden telah mendorong Israel untuk mengurangi korban sipil dan mengizinkan bantuan masuk, sementara pada saat yang sama ia tetap mempertahankan bantuan militer untuk sekutu utama AS tersebut.
Biden kemudian mengatakan bahwa ia “berharap” akan tercapainya kesepakatan gencatan senjata selama enam minggu sebelum bulan suci Ramadan, yang akan dimulai pada tanggal 10 atau 11 Maret, tergantung pada kalender lunar.
“Kita akan sampai di sana, tetapi kita belum sampai di sana – kita mungkin tidak akan sampai di sana,” tambah Biden, tanpa menjelaskan lebih lanjut, ketika ia menuju ke helikopternya untuk menghabiskan akhir pekan di tempat peristirahatan kepresidenan Camp David.
Pembicaraan gencatan senjata telah diperumit oleh insiden hari Kamis di mana puluhan warga Palestina yang putus asa terbunuh saat menyerbu konvoi bantuan di Gaza utara, di mana PBB telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan.
Sebuah sumber Israel mengakui bahwa tentara telah menembaki kerumunan orang, dan meyakini bahwa hal itu “menimbulkan ancaman.”
“Orang-orang tak berdosa terjebak dalam perang yang mengerikan, tidak dapat memberi makan keluarga mereka. Dan Anda melihat respon yang diberikan ketika mereka mencoba untuk membawa bantuan,” ujar Biden saat mengumumkan serangan udara tersebut.
Presiden AS menambahkan bahwa ia akan “mendesak” Israel untuk mengizinkan lebih banyak truk bantuan masuk, sementara ia juga akan melihat kemungkinan “koridor laut” untuk menyalurkan bantuan dalam jumlah besar ke Gaza.
Biden telah merencanakan pengiriman bantuan melalui udara selama beberapa waktu, namun insiden pada hari Kamis itu “jelas menggarisbawahi bagi presiden” perlunya mencari cara lain untuk memasukkan bantuan, ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby.
Amerika Serikat berencana untuk melakukan beberapa serangan udara yang akan berlangsung selama berminggu-minggu, kata Kirby, dan menambahkan bahwa ini tidak akan menjadi “sekali selesai.”
Namun, ini juga merupakan “operasi militer yang sulit” yang membutuhkan perencanaan yang matang oleh Pentagon demi keselamatan warga sipil Gaza dan personil militer AS.
“Sangat sulit untuk melakukan serangan udara di lingkungan yang padat seperti Gaza,” kata Kirby.
Amerika Serikat juga harus mengelola risiko terhadap personelnya sendiri.
“Ini adalah zona perang. Jadi ada unsur tambahan potensi bahaya bagi pilot di dalam pesawat,” tambahnya.
Kirby mengatakan bahwa Israel “serius” menyelidiki kematian konvoi bantuan tersebut.
Namun, Washington akan terus mendukung Israel secara militer meskipun bencana kemanusiaan di Gaza terus meningkat, kata Kirby.
“Kami masih membantu Israel dengan kebutuhan mereka untuk mempertahankan diri,” katanya. karena berkurangnya pasokan akibat kelambanan kongres.”