BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) kembali menegaskan komitmennya untuk memimpin transformasi hijau di industri pupuk dan petrokimia nasional, dengan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan PT Pertamina (Persero) terkait kajian bersama untuk pengembangan potensi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Pengembangan teknologi CCS dan CCUS menjadi salah satu elemen kunci dalam strategi Pupuk Indonesia untuk mendukung target pemerintah dalam mencapai net zero emission 2060.
Penandatanganan ini dilakukan dalam rangkaian acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, konferensi keberlanjutan terbesar di Indonesia dan di dunia. Kontrak kerja sama ini diteken oleh Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi dan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi mengungkapkan, “Sinergi Pupuk Indonesia dengan Pertamina adalah sebuah langkah yang cukup strategis.
Pertamina memiliki carbon capture storage facility yang cocok digunakan untuk menyimpan CO2 dari Pupuk Indonesia yang purity-nya tinggi, jadi bisa langsung disuntikkan. Ini merupakan sebuah kolaborasi dua BUMN yang cukup strategis dan signifikan, karena melalui kerja sama ini, sebagian besar dari CO2 kita bisa terinjeksi.”
Kerja sama ini melingkupi kajian bersama, sharing knowledge, data, dan keahlian dari masing-masing perusahaan. Kolaborasi ini dilakukan untuk mengoptimalkan potensi Indonesia sebagai hub utama untuk CCS di Asia Tenggara.
Indonesia sendiri memiliki potensi kapasitas untuk menangkap 4,3 gigaton karbon menggunakan teknologi CCS, menjadikannya hub utama di Asia Tenggara dalam pengembangan CCS. Penandatanganan kerja sama ini juga menjadi bukti nyata dari sinergi antara dua BUMN, yang bersama-sama mendukung program Green Economy Pioneer 10 Years Roadmap Kementerian BUMN.
Sementara itu, sebagai bentuk komitmen jangka panjang, Pupuk Indonesia juga secara aktif mengembangkan proyek CCS di beberapa lokasi strategis, termasuk di Aceh dan Lapangan Masela Abadi, yang diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2030. Teknologi ini tidak hanya akan mendukung penurunan emisi, tetapi juga akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi hijau yang berkelanjutan di masa depan.
“Jadi menurut kami, Pupuk Indonesia menyadari adanya tanggung jawab besar untuk mendukung pencapaian natural carbon emission. Oleh karenanya, kami melakukan langkah-langkah strategis dan juga langkah-langkah taktis untuk bisa mengurangi carbon emission dari kegiatan perusahaan,” tutup Rahmad.