BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Rambut rontok tak lagi jadi masalah eksklusif pria paruh baya, karena kini makin banyak wanita muda mengalaminya.
Menurut survei terbaru International Society of Hair Restoration Surgery (ISHRS), mayoritas pasien baru berusia 20–35 tahun.
Jumlah pasien wanita yang menjalani transplantasi rambut meningkat 16,5% dibandingkan tiga tahun sebelumnya.
Tren ini menunjukkan bahwa wanita muda semakin terbuka terhadap solusi permanen untuk masalah kerontokan rambut.
Anggota ISHRS kini menangani rata-rata 15 prosedur transplantasi rambut setiap bulan, meningkat 20% sejak 2021.
Meningkatnya permintaan ini didorong oleh kemajuan teknologi transplantasi serta hasil alami yang lebih memuaskan.
Presiden ISHRS, Dr. Ricardo Mejia, menyebut banyak pasien kini mencari ahli berpengalaman, bukan klinik pasar gelap.
Menurutnya, bedah transplantasi rambut bukan prosedur sederhana dan harus dilakukan langsung oleh dokter terlatih.
Sayangnya, klinik ilegal tetap menjamur, dengan 59% anggota ISHRS melaporkan kehadiran klinik pasar gelap di kota mereka.
Kasus perbaikan akibat transplantasi gagal dari klinik tak berlisensi meningkat dari 6% menjadi 10% sejak 2021.
Selain kulit kepala, transplantasi rambut tubuh juga makin diminati, terutama oleh pasien wanita dan pria muda.
Prosedur seperti penanaman alis pada wanita (12%) dan jenggot pada pria (5%) menjadi area populer selain kepala.
Sebanyak 21% wanita dan 18% pria memilih transplantasi rambut non-kulit kepala, naik signifikan dibanding 2021.
Sebagian besar pasien (90%) melakukan transplantasi karena ingin terlihat lebih menarik dan percaya diri.
Alasan lain yang dominan adalah keinginan tampil lebih muda agar tetap kompetitif di dunia kerja.
ISHRS menekankan pentingnya edukasi publik soal risiko transplantasi ilegal dan pentingnya memilih ahli bersertifikasi.