Scroll untuk baca artikel
Finansial

Inflasi Volatile Food Perlu Dijaga di Bawah 5,0 Persen

33
×

Inflasi Volatile Food Perlu Dijaga di Bawah 5,0 Persen

Sebarkan artikel ini
Ilustrai inflasi. (Foto: pixabay.com)

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Stabilitas harga pangan, yang biasa disebut inflasi volatile food, merupakan aspek krusial yang perlu dijaga agar tetap berada di tingkat rendah dan stabil, idealnya di bawah 5,0 persen. Upaya bersama baik dari pihak pusat maupun daerah harus diperkuat guna menjaga inflasi volatile food pada level yang terkendali.

“Jika kita melihat kondisi di lapangan, memang telah terjadi koreksi harga pangan di beberapa daerah, meskipun belum signifikan. Namun, kita harus tetap sabar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan,” ujar Kepala Departemen Regional Bank Indonesia (BI), Arif Hartawan, saat Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri 2024 pada Senin (4/3/2024).

Arif menegaskan bahwa Bank Indonesia, baik di tingkat pusat maupun di kantor perwakilan daerah, siap untuk bersinergi guna memastikan stabilitas harga pangan tetap terjaga.

Baca Juga :   BNI Beri fasilitas Diaspora Loan pada Kampung Kita di Hong Kong

Dalam menghadapi perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN), selain menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan pokok, Arif menekankan pentingnya komunikasi yang tepat guna mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui berbagai upaya, termasuk iklan layanan masyarakat tentang belanja yang bijak, serta program dari tokoh agama dan masyarakat yang peduli terhadap inflasi, dengan memanfaatkan momentum peningkatan aktivitas keagamaan di berbagai daerah.

Stabilitas Inflasi Februari 2024 Tetap Terjaga

Stabilitas inflasi dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, inflasi IHK pada Februari 2024 tercatat sebesar 0,37 persen dari bulan sebelumnya (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 2,75 persen (yoy).

Stabilitas inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter dan sinergi erat antara Bank Indonesia dan Pemerintah (baik Pusat maupun Daerah) melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang diperkuat di berbagai daerah.

Baca Juga :   Senin Kemarin, Bitcoin Naik Tipis dan Ether Turun 0,55 Persen 

“Kami yakin bahwa inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2024,” ujar Arif.

Sementara itu, inflasi inti pada Februari 2024 tercatat sebesar 0,14 persen (mtm), yang lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,20 persen (mtm).

Inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas minyak goreng, nasi dengan lauk, dan emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti pada Februari 2024 tercatat sebesar 1,68 persen (yoy), stabil dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, inflasi kelompok volatile food mengalami peningkatan. Pada Februari 2024, kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 1,53 persen (mtm), naik dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,01 persen (mtm). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas beras, cabai merah, dan telur ayam ras.

Baca Juga :   BNI Hadirkan Gedung Baru Ramah Lingkungan dan Berkonsep Futuristik di IKN

Namun, peningkatan inflasi ini berhasil ditekan oleh adanya deflasi pada komoditas bawang merah, tomat, dan cabai rawit. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 8,47 persen (yoy), naik dari angka 7,22 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices juga tercatat mengalami peningkatan. Pada Februari 2024, kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,15 persen (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 0,48 persen (mtm).

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga sigaret kretek mesin seiring dengan kenaikan cukai rokok yang berdampak pada harga jual oleh produsen. Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 1,67 persen (yoy), turun dari angka 1,74 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.(saf/infopublik.id)