BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – ID FOOD, sebagai bagian dari BUMN Pangan, tengah merumuskan rencana strategis guna mendukung target pemerintah dalam mencapai swasembada gula nasional pada tahun 2030. Salah satu langkah krusial dalam rencana ini adalah akselerasi penggunaan teknologi digital dan mekanisasi dalam industri gula, baik di tingkat petani maupun di tingkat produksi.
Direktur Utama ID FOOD, Frans Marganda Tambunan, mengungkapkan hal ini saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Pergulaan dengan tema “Strategi Menuju Swasembada Gula 2030” di Surabaya, pada Selasa (27/2/2024).
Frans menegaskan bahwa sektor gula masih menjadi fokus utama bagi perusahaan, dan sebagai bagian dari BUMN, ID FOOD memiliki tanggung jawab besar dalam mencapai target swasembada gula konsumsi pada tahun 2028, serta swasembada industri gula dan peningkatan produksi bioetanol pada tahun 2030, sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2023, mengenai Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Frans menjelaskan bahwa untuk mencapai target swasembada gula pada tahun 2030, diperlukan berbagai pengembangan teknologi, seperti Internet of Things, Pertanian Presisi, dan Mekanisasi Pertanian.
“ID FOOD telah menyusun rencana pengembangan teknologi industri gula guna mendukung terwujudnya swasembada gula pada tahun 2030, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu di tingkat petani dan di tingkat produksi,” katanya.
Pada tahap awal, dari tahun ini hingga 2025, ID FOOD akan memfokuskan diri pada optimalisasi penggunaan aplikasi mobile planter, penggunaan drone untuk pemetaan dan analisis data lahan, perluasan penggunaan boom sprayer, peningkatan varietas, serta implementasi aplikasi lelang gula ID FOOD.
“Sementara itu, di tingkat produksi, kami akan memperluas penggunaan sensor di setiap lini pabrik dan meningkatkan standarisasi proses pengendalian kualitas,” tambahnya.
Untuk periode tahun 2026 hingga 2028, ID FOOD akan meningkatkan fitur pada aplikasi mobile planter, memanfaatkan data besar dalam industri tebu, serta terus memperluas mekanisasi pertanian. Frans juga menekankan bahwa modernisasi peralatan utama di pabrik gula dengan teknologi terkini akan menjadi prioritas untuk meningkatkan efisiensi.
“Pada tahun 2029-2030, kami berharap industri gula ID FOOD telah sepenuhnya menggunakan mekanisasi, termasuk menerapkan Co-Gen (Kogenerasi) untuk optimalisasi pemanfaatan energi yang dihasilkan oleh pabrik gula,” terangnya.
Frans menyatakan bahwa penerapan teknologi digital dalam industri gula oleh para pelaku usaha akan menjadi langkah paling efektif dalam mencapai target swasembada gula pada tahun 2030. Menurutnya, penerapan teknologi digital akan memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan industri gula yang lebih berkelanjutan.
“Kita menyadari bahwa salah satu tantangan terbesar dalam mencapai swasembada gula adalah ketersediaan lahan seluas 700 ribu hektar, yang saat ini sedang menjadi fokus Pemerintah. Untuk mencapai target ini dalam enam tahun ke depan tentu bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, yang terpenting adalah bagaimana kita dapat membangun industri gula yang lebih berkelanjutan melalui peningkatan penggunaan teknologi digital,” paparnya.
Dalam implementasi rencana pengembangan teknologi industri gula ini, ID FOOD telah memperkenalkan sejumlah inovasi teknologi, seperti Sistem Informasi Geospasial (GIS), Pertanian Presisi, dan Aplikasi Smart Farming ID FOOD (Safari).
Frans menjelaskan bahwa penggunaan GIS dilakukan untuk pemetaan wilayah kebun menggunakan drone RTK, drone aplikasi kebun, layanan analisis berbasis web, dan unit layanan jasa drone.
“Penerapan teknologi ini telah kami lakukan di kebun dengan Hak Guna Usaha (HGU) dan mitra petani ID FOOD. Hal ini telah memudahkan kami dalam pemetaan dan pemantauan kondisi kebun serta tanaman, yang pada akhirnya sangat membantu perusahaan dan mitra petani tebu dalam perawatan lahan dan tanaman,” jelasnya.
Selain itu, ID FOOD juga telah menerapkan Pertanian Presisi melalui penggunaan drone untuk penyemprotan pupuk di lahan.
“Di lahan dengan HGU, ID FOOD telah mengembangkan optimasi penggunaan air untuk tanaman dengan memanfaatkan teknologi boom sprayer dan manajemen sumber air. Kami telah menerapkan metode ini dalam satu tahun terakhir untuk meningkatkan kualitas penggunaan air,” ungkap Frans.
Dari segi teknologi informasi, ID FOOD telah memperkenalkan aplikasi Smart Farming ID FOOD atau Safari.
“Aplikasi ini merupakan integrasi dari Smart Farming dari tiga anak perusahaan gula ID FOOD. Di sini, semua aktivitas seperti administrasi, perencanaan, proses budidaya, estimasi biaya, panen, hingga proses pasca panen dapat termonitor dengan baik,” jelasnya.
Frans menambahkan bahwa penggunaan teknologi juga telah diimplementasikan dalam program Makmur, sebuah program integrasi pertanian yang melibatkan kolaborasi antara BUMN sektor pangan, perbankan, dan asuransi.
“Dalam program Makmur, kami menerapkan pertanian presisi, di mana semua praktik terbaik dari PTPN, ID FOOD, dan Pupuk Indonesia kami terapkan di sini. Hasilnya, dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata tiap komoditas telah mencapai lebih dari 40% dari produksi tahun sebelumnya, yang berdampak positif terhadap kesejahteraan petani,” ujarnya.
Frans menegaskan bahwa ID FOOD akan terus mendorong penggunaan teknologi dalam industri gula secara bertahap dan berkelanjutan. Ia juga mengajak seluruh pelaku industri pergulaan, khususnya para pelaku industri teknologi digital dan mekanisasi, untuk bersama-sama menciptakan skema kerja sama yang dapat mempermudah dan mempercepat investasi teknologi dalam industri gula.
“Kami akan terus mendorong penggunaan teknologi digital di ID FOOD, mengingat bahwa gula masih menjadi kontributor terbesar dari pendapatan perusahaan, dengan sekitar 35% dari total pemasukan yang berasal dari industri gula yang dihasilkan oleh tiga anak perusahaan kami, yaitu PT PG Rajawali I, PT PG Rajawali II, dan PT PG Candi Baru,” pungkasnya.
ID FOOD saat ini mengelola 7 pabrik di Jawa Timur dan Jawa Barat, mengelola sekitar 55 ribu hektar lahan baik dengan status HGU maupun melalui kemitraan, serta menyumbangkan sekitar 270 ribu ton gula setiap tahunnya. “Dengan ini, ID FOOD mengelola sekitar 10% dari total lahan tebu nasional dan berkontribusi sebesar 13% dari sisi produksi,” tutup Frans.(saf/infopublik.id)