BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mengumumkan bahwa hasil panen jagung pada periode Maret – April mengalir melimpah. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen jagung pada bulan Maret mencapai 405 ribu hektare dengan produksi sebanyak 2,29 juta ton pipil kering, sedangkan pada bulan April mencapai 318 ribu hektare dengan produksi 1,76 juta ton.
Dengan kondisi seperti ini, Kementan memperkirakan terdapat potensi penurunan harga, bahkan hingga di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) jagung. Oleh karena itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak semua pihak untuk waspada terhadap kemungkinan penurunan harga.
“Kami meminta agar hasil panen yang melimpah ini tidak disia-siakan. Para petani telah berjuang keras. Kami mengundang para produsen pakan ternak untuk segera menyerap produksi ini. Kami juga mengajak Bulog untuk melakukan penyerapan jagung dari petani, sehingga harga jagung terjamin stabil, demi kesejahteraan petani kita,” ungkap Amran dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR pada Rabu, 13 Maret 2024.
Amran juga menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari berbagai daerah sentra bahwa harga jagung sudah mulai turun. Bahkan, di beberapa daerah di luar Jawa, seperti Lampung dan Sulawesi Selatan, harga jagung di tingkat petani telah mencapai kisaran 3.000 – 3.500 rupiah per kilogram.
“Oleh karena itu, kami berharap semua pihak dapat turut serta dalam mengawal hasil panen ini. Kita harus memastikan bahwa jagung dari petani terserap dengan baik,” tegasnya.
Berdasarkan data BPS, luas panen jagung terbesar pada bulan Maret 2024 terdistribusi di 10 kabupaten, antara lain Tuban dengan 42.811 hektare, Bone 39.131 hektare, Lampung Timur 35.905 hektare, Lampung Selatan 33.940 hektare, Bima 29.178 hektare, Dompu 28.895 hektare, Sampang 28.152 hektare, Pamekasan 22.086 hektare, Lampung Tengah 19.122 hektare, dan Sumbawa 18.363 hektare.
Selanjutnya, potensi luas panen jagung pada bulan April 2024 terbesar tersebar di 10 kabupaten, di antaranya Sumbawa dengan 39.632 hektare, Bima 29.957 hektare, Gunung Kidul 26.899 hektare, Dompu 17.060 hektare, Lampung Tengah 15.202 hektare, Wonogiri 15.200 hektare, Boalemo 12.280 hektare, Lampung Timur 12.030 hektare, Jeneponto 11.997 hektare, dan Malang 9.719 hektare.
Kementan sendiri berusaha untuk memaksimalkan hasil panen jagung kali ini dengan mendistribusikan bantuan berupa mesin panen dan pengering, sehingga produksi jagung tetap terjaga kualitasnya. Diharapkan bantuan ini juga dapat membantu menjaga stabilitas harga jagung petani.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Sunanto, menyatakan bahwa hasil panen jagung pada periode Maret – April 2024 diprediksi akan melimpah. Namun, saat ini harga jagung telah turun drastis dari sebelumnya yang mencapai Rp 8.000 menjadi Rp 3.600 per kilogram dengan kadar air 25 persen.
“Kami berharap agar dengan masuknya panen jagung bulan Maret – April ini, harga tidak turun terlalu dalam. Penurunan harga di bawah Rp 4.000 tidak diinginkan karena biaya produksi petani yang cukup besar. Kami berharap pemerintah dapat mendorong pabrik pakan untuk menyerap jagung petani dengan harga di atas Rp 4.000. Kunci stabilitas harga terletak pada pabrik pakan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima, Afifudin, mengungkapkan bahwa harga jagung saat ini mengalami penurunan yang cukup signifikan meskipun belum memasuki masa panen. Dari sebelumnya mencapai Rp 8.000 per kilogram, saat ini harga berada di kisaran Rp 4.300 sampai Rp 4.400 per kilogram di tingkat petani.
“Kami sangat mengharapkan adanya intervensi langsung dari pemerintah pusat agar harga jagung tidak terjun bebas. Karena biaya produksi petani di Bima cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Kami berharap harga jagung selama masa panen tetap tinggi agar petani dapat meraih keuntungan yang layak. Minimal harga Rp 6.000 masih dapat diterima oleh petani. Oleh karena itu, kami menunggu pabrik pakan untuk segera menyerap jagung petani,” tutupnya. (saf)