BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Meski aktivitas pasar lesu selama libur Lebaran 2025, harga cabai di tingkat petani dan konsumen tetap stabil.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, fluktuasi harga yang terjadi bersifat temporer dan dipengaruhi tradisi tahunan: penurunan permintaan akibat minimnya aktivitas perdagangan.
Pemantauan Direktorat Jenderal Hortikultura menunjukkan, harga cabai merah keriting di sentra produksi seperti Banjarnegara bertahan di Rp25.000–Rp30.000/kg, meski pasokan turun 75% akibat libur panen.
Sementara itu, cabai rawit merah di Lombok Timur yang sempat melambung ke Rp200.000/kg kini turun drastis ke Rp40.000/kg.
“Penurunan harga ini wajar karena pasar sepi. Stok sebenarnya tersedia, tapi banyak pedagang dan pembeli yang masih libur,” jelas Teguh, petani cabai dari Banjarnegara dikutip dari Infopublik.id.
Anjloknya Harga di Pasar Induk
Fenomena unik terjadi di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Harga cabai rawit merah dan keriting justru anjlok Cabai rawit merah: Rp30.000/kg (dari rata-rata Rp56.500/kg), Cabai keriting: Rp15.000/kg (dari Rp36.143/kg).
“Pasar sepi, jadi harga turun. Tapi ini sementara. Kami perkirakan normal kembali setelah H+7 Lebaran,” ujar Suhendar, petani dari Cianjur.
Kementan Pastikan Stok Aman
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan, Andi Muhammad Idil Fitri, menegaskan bahwa fluktuasi harga hanya dipengaruhi faktor musiman yakni berkurangnya aktivitas panen selama libur dan penurunan permintaan sementara di pasar tradisional.
“Petani mitra binaan tetap aktif memasok. Di Magelang, lelang cabai bahkan berjalan normal,” tambah Idil. Data Badan Pangan Nasional per 4 April 2025 menunjukkan harga rata-rata cabai di tingkat petani masih stabil yakni cabai rawit merah: Rp56.500/kg dan cabai merah besar Rp50.000/kg.
Kementan memprediksi harga akan pulih seiring kembalinya aktivitas pasar yakni peningkatan permintaan setelah libur panjang, normalisasi pasokan saat petani dan pedagang kembali beroperasi.
“Insya Allah, stok aman. Lonjakan harga selama Lebaran hanya terjadi di beberapa wilayah, bukan tren nasional,” pungkas Idil.