BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) mengambil langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan dengan mengembangkan proyek amonia hijau hybrid pertama di dunia. Proyek ini dilakukan melalui kemitraan dengan dua perusahaan Jepang, ITOCHU Corporation (ITOCHU) dan Toyo Engineering Corporation (TOYO), serta PLN.
Kolaborasi strategis ini diresmikan dengan penandatanganan perjanjian Joint Development Agreement (JDA) untuk inisiatif bertajuk Green Ammonia Initiative from Aceh (Project GAIA). Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, Presiden dan COO ITOCHU, Keita Ishii, serta Presiden dan CEO TOYO, Eiji Hosoi, dalam acara 2nd Asia Zero Emission Community (AZEC) Ministerial Meeting yang diadakan di Jakarta, Rabu (21/8). Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, dan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI), Saito Ken.
Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Indonesia, menjelaskan bahwa kemitraan antara ketiga perusahaan ini merupakan langkah penting dalam mendorong industrialisasi dalam negeri, terutama dalam pengembangan green ammonia yang diyakini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
“Melalui Project GAIA, Pupuk Indonesia akan memproduksi amonia hijau menggunakan pabrik amonia yang proses teknologinya dirancang dan dibangun oleh TOYO pada tahun 2000-an. Amonia hijau ini akan disuplai ke ITOCHU sebagai bahan baku untuk bahan bakar maritim, membentuk rantai nilai yang komprehensif dan menjadi yang pertama di Indonesia maupun dunia,” jelasnya.
Proyek GAIA bertujuan untuk memproduksi amonia hijau di pabrik pupuk PIM-2 milik Pupuk Iskandar Muda yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe, Aceh. Produksi amonia hijau ini akan didukung oleh instalasi electrolyzer di pabrik tersebut.
Teknologi electrolyzer digunakan untuk memisahkan unsur hidrogen dari air menggunakan energi terbarukan sebagai sumber listrik untuk proses elektrolisis. Hidrogen yang dihasilkan kemudian direaksikan dengan nitrogen untuk menghasilkan amonia tanpa menghasilkan jejak karbon, sehingga disebut amonia hijau.
Inisiatif ini juga akan diperluas ke pabrik-pabrik amonia lain di bawah naungan Pupuk Indonesia Grup dan pabrik amonia di negara lain di masa mendatang. Proyek ini telah dipilih oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) sebagai salah satu dari 13 proyek dalam Global South Future-Oriented Co-Creation Business Expense Subsidy, yang mendukung proyek-proyek berorientasi masa depan di ASEAN.
Tahap awal pengembangan proyek ini, yaitu Front End Engineering Design Project GAIA, akan dimulai pada Agustus 2024. Pupuk Indonesia, ITOCHU, dan TOYO juga akan membentuk perusahaan patungan (Joint Venture Company), dengan keputusan investasi final diharapkan pada paruh pertama 2025, dan target operasi komersial pada 2027.
Selain itu, dalam acara yang sama, Pupuk Kujang menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PLN Indonesia Power dan IHI Corporation (IHI) terkait kerja sama studi amonia hijau dan pelaksanaan demonstrasi co-firing amonia. Kerja sama ini bertujuan menemukan metode operasional terbaik untuk produksi amonia hijau dan mengurangi emisi di pembangkit listrik tenaga uap berbasis batubara.
Pupuk Kujang akan menyuplai amonia hijau untuk proses co-firing di PLTU Labuan milik PLN di Banten, Jawa Barat, sementara IHI akan memasang electrolyzer di PLTU tersebut dan burner khusus untuk proses co-firing.
“Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun dalam produksi, penyimpanan, dan distribusi amonia, Pupuk Indonesia menjadi mitra strategis yang tepat untuk mengembangkan produksi green ammonia di Indonesia. Kerja sama ini bukan hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga hilirisasi industri, menambah nilai ekonomi nasional, dan mendukung target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060,” tutup Rahmad. (saf)