Dikembangkan dalam naungan inisiatif Huawei TECH4ALL bersama mitra-mitra lokal, Berlevåg Hunter and Fishermen’s Association (BJFF), Simula Consulting, dan Troll Systems, solusi yang memenangkan penghargaan ini mampu mengenali spesies ikan yang berbeda-beda dan memfilter salmon merah muda, spesies invasif yang habitat aslinya bukan di sungai-sungai Norwegia. Spesies ini bahkan mengancam populasi salmon asli Norwegia.
“Seluruh dewan juri sepakat bahwa solusi AI Huawei yang memfilter salmon invasif layak mendapatkan penghargaan. Tak hanya inovasinya, namun solusi ini sukses mendatangkan hasil dalam waktu singkat. Sistem ini juga menunjukkan kontribusi teknologi terhadap kelestarian alam dan konservasi ekosistem,” ujar Luís Neves, CEO, Global Enabling Sustainability Initiative (GeSI).
“Huawei berkomitmen pada inisiatif Digital with Purpose pada Mei 2021. Maka, Huawei mengambil langkah-langkah praktis secara bertahap untuk menjadi perusahaan yang membuat dampak positif bagi masyarakat dan bumi,” jelas Joyce Liu, Director, TECH4ALL Program Office, Huawei. “Teknologi dan kolaborasi yang melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistem tidak sekadar bermanfaat bagi bumi, namun juga kehidupan masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya alam.”
Salmon Atlantik liar merupakan unsur penting dalam identitas, kebudayaan, dan ekonomi Norwegia. Untuk itu, solusi yang memberantas spesies invasif harus tersedia dalam skala nasional.
Pertama kali muncul di sungai-sungai yang berbatasan dengan Norwegia pada 1960-an, salmon merah muda memiliki siklus reproduksi yang cepat. Maka, jumlah spesies invasif ini semakin banyak di sungai-sungai Norwegia, sebab ikan ini berkembang biak setiap dua tahun. Salmon invasif ini juga secara agresif melibas salmon asli Norwegia ketika mencari makanan, bahkan menularkan penyakit, serta meningkatkan kandungan nitrogen dalam sungai ketika mati dan membusuk. Akibatnya, organisme lain di sungai pun lenyap.
Setelah dikembangkan Huawei dan mitra-mitranya selama dua tahun, solusi ini diterapkan dalam sebuah proyek uji coba di sungai Kongsfjord dan Storelva, Norwegia, pada 2023. Lebih dari 6.000 salmon merah muda berhasil dicegah masuk ke dua sungai tersebut pada siklus perkembangbiakan tahun lalu.
“Sistem perangkap telah dikembangkan dan diuji coba selama beberapa musim. Kami optimis bahwa solusi AI tersebut akan berhasil. Dari ribuan identifikasi yang telah dilakukan tahun lalu, kami menemukan dan menangkap seluruh salmon merah muda, bahkan tingkat keberhasilan identifikasi mencapai 99,98,” kata Geir Kristiansen, General Manager, BJFF.
Cara kerja solusi tersebut
Solusi filter otomatis terdiri atas sebuah terowongan di sepanjang sungai, kamera bawah air, gerbang otomatis, serta algoritma AI yang dilatih agar mampu mengenali spesies ikan yang berbeda-beda. Ketika sistem ini mengidentifikasi salmon merah muda, gerbang tetap tertutup dan ikan tersebut dialihkan ke tangki penampungan. Jika mengenali salmon Atlantik liar dan spesies asli Norwegia lain, gerbang otomatis terbuka sehingga spesies tersebut bisa menuju hulu sungai untuk menuntaskan siklus perkembangbiakan.
Sebelumnya, relawan harus melakukan pengidentifikasian secara visual, lalu secara manual mengambil salmon merah muda. Pekerjaan ini sangat menguras waktu dan tenaga, bahkan kekeliruan kerap kali terjadi sehingga insiden ikan yang terluka atau mati mencapai 30%. Sebaliknya, solusi otomatis tersebut mengurangi beban tenaga kerja manual sebesar 90%, dan seluruh ikan tidak terluka.
Di proyek uji coba di Sungai Kongsfjord, sistem filter ini menggunakan tenaga surya dan terkoneksi jaringan 5G, sebab pasokan listrik dan konektivitas jaringan di lokasi proyek tidak memadai. Setelah proyek uji coba ini sukses, skala solusi tersebut bisa diperluas hingga meliputi seluruh sistem sungai di Norwegia, termasuk lokasi yang infrastrukturnya masih terbatas.
GeSI Digital with Purpose Global Award mengapresiasi dan mengangkat kesuksesan solusi digital yang memenuhi kebutuhan manusia, mengentaskan kemiskinan, meningkatkan inklusi, serta melestarikan alam, sesuai dengan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 2030 PBB dan konsep Half-Earth.