BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Pendiri Alibaba, Jack Ma, kembali mencuri perhatian dengan pidato langkanya di kampus Alibaba Cloud, Hangzhou, pada 10 April 2025.
Menggunakan lencana karyawan, Ma menyampaikan visi inspiratif: kecerdasan buatan (AI) harus jadi sahabat manusia, bukan penggantinya.
Di tengah gempuran AI di Tiongkok, pesan ini seperti lonceng yang menggema—teknologi harus punya hati.
AI dengan Jiwa Kemanusiaan
Apa jadinya jika AI tak hanya pintar, tapi juga peduli?
Ma menawarkan perspektif segar yakni AI bukan untuk menaklukkan dunia, melainkan untuk menyalakan “asap dan api” kehidupan sehari-hari—metafora puitis untuk makna hidup yang sederhana namun mendalam.
Bayangkan AI yang membantu ibu rumah tangga mengelola keuangan, atau guru desa mengajar dengan teknologi mutakhir.
Inilah mimpi Ma untuk Alibaba Cloud, yang kini memimpin revolusi AI di Tiongkok dengan pangsa pasar cloud lebih dari 33%.
Filosofi Ma untuk AI adalah :
Melayani, Bukan Menggantikan: AI harus memahami emosi dan kebutuhan manusia.
Manfaat untuk Semua: Teknologi harus beri martabat, bukan kesenjangan.
Tanggung Jawab: Alibaba Cloud diminta kembangkan AI dengan etika tinggi.
Langkah Alibaba di 2025
Alibaba Cloud bukan sekadar raksasa cloud, tapi juga otak di balik Qwen, model AI open-source yang telah melahirkan 100.000+ model turunan global.
Proyek Blossom, yang baru diluncurkan di Beijing, menjanjikan akses AI untuk jutaan klien, dari startup hingga korporasi. Ini bukti Alibaba tak main-main soal AI.
Tantangan di Depan
Meski begitu, harga saham Alibaba di Hong Kong turun 2,2% pada 11 April 2025, menandakan ketidakpastian pasar.
Ditambah lagi, kebijakan global seperti tarif Trump bisa mengganggu ekspansi teknologi Tiongkok. Ma sendiri sadar, tanpa tanggung jawab, AI bisa jadi pedang bermata dua.
Visi Jack Ma mengingatkan kita: AI bukan soal mesin, tapi manusia di baliknya.
Dengan Alibaba Cloud memimpin, akankah 2025 jadi tahun AI yang manusiawi?
Satu hal pasti, Ma ingin teknologi tak hanya cerdas, tapi juga punya nurani. (SCMP)