Scroll untuk baca artikel
Finansial

UOBAM: Perdagangan Bebas Asia-AS Kini Tinggal Kenangan, Pasar Tetap Optimistis

1
×

UOBAM: Perdagangan Bebas Asia-AS Kini Tinggal Kenangan, Pasar Tetap Optimistis

Sebarkan artikel ini
UOB

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Asia, UOB Asset Management (UOBAM) menyatakan bahwa era perdagangan bebas antara Asia dan AS telah berlalu, namun pasar Asia tetap menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan.

Dalam laporan terbarunya berjudul “Will US tariffs derail Asia’s growth?”, UOBAM menyoroti bahwa kenaikan tarif yang diumumkan AS tidak serta-merta menghalangi performa positif sejumlah pasar Asia.

Menurut laporan yang dirilis menjelang tenggat negosiasi tarif baru pada 1 Agustus 2025, investor Asia kini tidak lagi menaruh harapan pada kembalinya kondisi dagang seperti masa lalu.

Baca Juga :   Fokus Bidik Nasabah Berkualitas, DPK Krom Bank Tumbuh Positif hingga Empat Kali Lipat

Sebaliknya, mereka bersikap optimistis dan adaptif, dengan fokus pada peluang yang muncul dari kondisi tarif moderat.

Asia Tak Lagi Bergantung pada Pasar Amerika

Colin Ng, Head of Asian Equities UOBAM, menjelaskan bahwa sebagian besar negara Asia memiliki kapasitas untuk pulih dengan cepat dari dampak langsung kebijakan tarif AS.

“Penurunan ekspor ke AS bisa diimbangi oleh peningkatan aktivitas perdagangan intra-Asia,” jelas Ng.

Ia menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan Asia kini lebih kuat secara merek dan telah memperoleh basis konsumen domestik yang solid, yang mampu menyerap produk lokal dan regional.

Baca Juga :   Perekrutan Global dan Domestik Bergerak Progresif dan Diperluas ke Jenis Pekerjaan Lainnya

Hal ini mendorong transformasi arah perdagangan, termasuk fakta bahwa ASEAN kini telah melampaui AS sebagai mitra dagang terbesar Tiongkok.

Dampak Beragam di Berbagai Negara Asia

Laporan UOBAM mengkaji tujuh pasar utama Asia, termasuk: eksportir besar seperti Korea Selatan, Wilayah Taiwan, dan Singapura, ekonomi berbasis domestik seperti Indonesia dan Malaysia

Masing-masing negara akan merespons tekanan tarif dengan cara berbeda, tergantung pada struktur ekonomi dan ketergantungan mereka terhadap pasar ekspor AS.

Baca Juga :   Potensi Investasi Gagal Capai Rp2.000 Triliun pada 2024,Kementerian Investasi Benahi Reformasi Perizinan dan Jamin Kepastian Kebijakan

Namun secara umum, kawasan Asia memiliki kerangka perdagangan yang lebih terdiversifikasi dibanding satu dekade lalu.

Risiko Global Tetap Membayangi

Meski begitu, Ng mengingatkan bahwa risiko sesungguhnya bukan semata pada tarif itu sendiri, melainkan efek domino dari perlambatan ekonomi global atau potensi resesi, yang dapat mengurangi permintaan ekspor secara luas.

Namun berdasarkan indikator ekonomi yang tersedia saat ini, UOBAM tidak menjadikan skenario resesi sebagai proyeksi utama (base case) dalam waktu dekat.