Scroll untuk baca artikel
Finansial

Tumbuh 17 Persen, Aset SMBC Indonesia hingga September 2024 Capai Rp228,6 Triliun

41
×

Tumbuh 17 Persen, Aset SMBC Indonesia hingga September 2024 Capai Rp228,6 Triliun

Sebarkan artikel ini
Bank SMBC Indonesia

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – SMBC Indonesia (sebelumnya sebelumnya Bank BTPN) terus menjangkau segmen yang lebih luas melalui solusi keuangan yang berorientasi pada kebutuhan nasabah, baik retail maupun korporasi.

Upaya tersebut mengantarkan SMBC Indonesia mencatatkan kenaikan pendapatan operasional (konsolidasi) sebesar 24% year-on-year (yoy) menjadi Rp12,97 triliun rupiah pada Januari-September 2024.

Pertumbuhan pendapatan operasional (konsolidasi) didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 22% yoy menjadi Rp10,98 triliun, kenaikan pendapatan bunga dari kredit, pendapatan dari penempatan aset likuid, seperti surat berharga, serta pendapatan bunga bersih dari Grup OTO.

“Selain itu, pertumbuhan pendapatan juga dikontribusikan oleh pendapatan dari bancassurance, kartu kredit, cash management, dan trade and guarantee,” kata Henoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia di Jakarta belum lama ini.

Aset SMBC Indonesia pun tumbuh 17% yoy menjadi Rp228,6 triliun pada akhir September 2024, mencerminkan kinerja yang stabil dan kuat di tengah dinamika pasar.

SMBC Indonesia juga membukukan pertumbuhan kredit yang mencerminkan komitmen Perseroan dalam menghadirkan solusi finansial yang relevan.

Baca Juga :   Tambah Kapasitas, TRGU Uji Kesiapan Mesin Produksi Terigu Baru

Penyaluran kredit naik 16% yoy menjadi Rp175,1 triliun yang mayoritas pertumbuhannya berasal dari kredit Grup OTO. Penyaluran kredit di segmen Joint Financing, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga meningkat, masing-masing sebesar 676% (yoy) dan 12% (yoy).

Penyaluran kredit yang meningkat turut diimbangi dengan kualitas kredit yang tetap terjaga dengan rasio gross non-performing loan (NPL) berada di level 2,16% per akhir September 2024.

Walaupun naik dari 1,47% secara yoy, yang salah satunya dipengaruhi oleh non-performing financing (NPF) dari Grup OTO, NPL SMBC Indonesia masih lebih rendah dibanding rata-rata industri, yaitu 2,26% per akhir Agustus 2024.

SMBC Indonesia juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan tetap sehat.

“Per 30 September 2024, SMBC Indonesia mencatatkan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 225,7% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 119,4%. Perseroan pun membukukan rasio kecukupan modal yang kuat berkat capital adequacy ratio (CAR) di level 29,8%,” katanya.

Baca Juga :   Bank BTPN Bukukan Pendapatan Bunga Bersih menjadi Rp12,04 Triliun

SMBC Indonesia melalui Jenius, juga konsisten mengembangkan kapabilitas digital untuk memastikan cara yang mudah, cerdas, dan aman untuk akses ke berbagai solusi keuangan bagi masyarakat digital savvy dan juga pengembangan fitur-fitur bagi segmen wealth management di dalam Jenius

Jenius berhasil menumbuhkan jumlah pengguna terdaftar sebesar 16% yoy menjadi 5,9 juta per akhir September 2024.

Total penyaluran kredit (Flexi Cash, Digital Micro, Kartu Kredit Jenius, dan Jenius Paylater) juga mengalami peningkatan sebesar 112% yoy menjadi Rp3,3 triliun, dari Rp1,3 triliun. Dana pihak ketiga yang dikelola Jenius turut tumbuh 11% yoy menjadi Rp27,2 triliun.

Raihan positif lainnya dari SMBC Indonesia adalah net interest margin (NIM) yang naik ke level 6,82% per akhir September 2024, dari 6,44% pada periode yang sama tahun lalu.

Saldo current account & saving account (CASA) juga naik 8,1% yoy menjadi Rp38,0 triliun, yang diikuti dengan kenaikan rasio CASA menjadi 33,6% per akhir September 2024.

Baca Juga :   Dukungan Danamon dan MUFG untuk Pertumbuhan Startup di Indonesia

Total deposito juga tumbuh 2,7% yoy menjadi Rp75,3 triliun, sehingga total dana pihak ketiga SMBC Indonesia meningkat 4,4% yoy menjadi Rp113,4 triliun.

Capaian tersebut menjadi motivasi lebih bagi SMBC Indonesia untuk terus mengoptimalkan biaya dana ke depan.

Dengan begitu, solusi keuangan yang komprehensif dan relevan dari SMBC Indonesia dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada nasabah di setiap segmen.

Kemudian, SMBC Indonesia mencatatkan laba bersih setelah pajak (konsolidasi) yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp1.994 miliar pada Januari-September 2024, lebih rendah 4,8% yoy.

Faktor penyebab penurunan laba bersih ini di antaranya adalah biaya kredit yang naik 45% yoy, atau sebesar Rp863 miliar dan peningkatan beban operasional sebesar 27% menjadi Rp7 triliun.
Biaya-biaya tersebut berasal dari pertumbuhan volume usaha dan inisiatif yang sedang dikerjakan SMBC Indonesia serta perhitungan biaya kredit dan operasional dari Grup OTO seiring dengan pertumbuhan bisnis.