Scroll untuk baca artikel
Lifestyle

Teknologi Radioterapi Presisi Tinggi Hadirkan Harapan Baru bagi Pasien Kanker Serviks

1
×

Teknologi Radioterapi Presisi Tinggi Hadirkan Harapan Baru bagi Pasien Kanker Serviks

Sebarkan artikel ini
Alat Radioterapi yang tersedia di Primaya Hospital Bekasi Barat

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah tingginya angka kanker serviks di Indonesia yang mencapai sekitar 36.000 kasus baru per tahun dan menempati peringkat kedua kanker terbanyak pada perempuan, perkembangan teknologi radioterapi presisi tinggi membuka harapan baru bagi pasien.

Radioterapi kini menjadi salah satu metode penanganan kanker yang semakin efektif, aman, dan nyaman, tidak hanya untuk kanker serviks tetapi juga kanker ginekologi lainnya. Metode ini merupakan satu dari tiga pilar utama terapi kanker, selain pembedahan dan terapi sistemik.

“Sekitar 50–60 persen pasien kanker membutuhkan radioterapi sebagai bagian dari rangkaian pengobatan. Dengan meningkatnya kesadaran skrining kanker serviks, lebih banyak pasien terdeteksi pada stadium II dan III yang masih sangat optimal ditangani dengan radioterapi,” ujar dr. Fauzan Herdian, Sp.Onk.Rad, Dokter Spesialis Onkologi Radiasi di Primaya Hospital Bekasi Barat.

Baca Juga :   Vertu & Yello Hotel Harmoni Jakarta Hadirkan “Romantic Garden” Wedding Open House

Radioterapi Eksternal dan Brakiterapi

Dalam praktik klinis, radioterapi dilakukan melalui dua pendekatan utama, yakni radioterapi eksternal dan brakiterapi. Radioterapi eksternal menggunakan sinar pengion berenergi tinggi yang diarahkan secara presisi ke area tumor melalui mesin khusus. Setiap sesi berlangsung sekitar 10–30 menit dan tidak menimbulkan rasa nyeri.

Sementara itu, brakiterapi dilakukan dengan menempatkan aplikator langsung di area tumor. Pada kanker serviks, metode ini menjadi bagian penting—bahkan wajib bila tidak ada kontraindikasi—untuk melengkapi dosis radiasi secara optimal.

Efek samping radioterapi umumnya bersifat lokal dan sementara, seperti iritasi kulit, gangguan pencernaan, atau keluhan berkemih, yang dapat dikendalikan dengan pengawasan medis yang baik.

Baca Juga :   Obat Baru Korea Fexuprazan Tunjukkan Peredaan Gejala GERD Lebih Cepat dan Aman pada Pasien di Indonesia

Teknologi Radioterapi Presisi Tinggi

Perkembangan teknologi menghadirkan teknik modern seperti 3D Conformal Radiotherapy (3DCRT) dan Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT), termasuk teknik lanjutan VMAT dan IGRT. Teknologi ini memungkinkan pengaturan dosis radiasi yang lebih akurat, sehingga efektif menargetkan tumor sekaligus meminimalkan paparan ke jaringan sehat.

“Dengan teknik IMRT dan VMAT, radioterapi kini semakin aman dan nyaman. Tingkat keberhasilan terapi meningkat, sementara efek samping dapat lebih terkontrol, termasuk pada kanker serviks pasca operasi atau yang telah menyebar ke kelenjar getah bening,” jelas dr. Fauzan.

Radioterapi berperan penting pada berbagai stadium kanker serviks, mulai dari terapi tambahan pasca operasi, terapi utama pada stadium lokal lanjut, hingga pengendalian gejala pada stadium lanjut. Layanan radioterapi komprehensif dengan teknologi modern ini telah tersedia di Primaya Hospital Tangerang dan Primaya Hospital Bekasi Barat.

Baca Juga :   Rayakan Tahun Ular di The Ritz-Carlton Bali

Deteksi Dini Tetap Jadi Kunci

Deteksi dini tetap menjadi faktor terpenting dalam penanganan kanker serviks. Bila ditemukan pada tahap pra-kanker atau stadium awal, peluang kesembuhan dapat mendekati 100 persen, dengan terapi yang lebih singkat, efek samping minimal, dan biaya lebih rendah.

Skrining kanker serviks dianjurkan melalui Pap smear setiap 3–5 tahun setelah menikah atau tes IVA sebagai skrining awal, khususnya di wilayah dengan keterbatasan akses layanan kesehatan.

“Radioterapi bukan lagi terapi yang menakutkan. Dengan teknologi modern dan deteksi dini, radioterapi justru menjadi solusi yang memberi harapan besar bagi pasien kanker untuk sembuh dan kembali menjalani hidup secara produktif,” tutup dr. Fauzan.