BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Fenomena presenteeism, di mana karyawan hadir fisik tetapi tidak produktif, merupakan tantangan yang nyata bagi perusahaan dan individu karyawan. Tidak hanya merupakan masalah kemalasan, presenteeism sering kali disebabkan oleh kondisi fisik atau mental yang tidak baik. Riset menunjukkan bahwa 71% karyawan di Asia Tenggara enggan mengambil cuti sakit meskipun merasa tidak sehat, karena tekanan pekerjaan yang tinggi. Hal ini menggambarkan potensi tinggi presenteeism di kawasan ini.
Jika dibiarkan, presenteeism bisa berdampak lebih buruk daripada absen karyawan, karena dapat mengakibatkan penurunan produktivitas jangka panjang, kesalahan dalam pekerjaan, dan kerugian lainnya bagi individu dan perusahaan.
HashMicro, sebagai perusahaan pengembang perangkat lunak manajemen bisnis ERP dengan visi “Bring Joy to Work”, mengambil perhatian serius terhadap fenomena ini. Mereka melihat presenteeism sebagai masalah yang dapat diatasi melalui proses kerja yang lebih efisien dan terorganisir. Lusiana Lu, Direktur Pengembangan Bisnis HashMicro, menjelaskan, “Presenteeism dan produktivitas memiliki hubungan erat. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami konsep ‘produktivitas’ dengan baik dan memastikan agar tercapai dengan tepat.”
Produktivitas yang positif tidak hanya melibatkan jumlah output yang dihasilkan, tetapi juga melibatkan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan. Karyawan yang produktif adalah mereka yang dapat menyelesaikan tugas dengan efisien, efektif, dan tepat waktu tanpa mengorbankan kesehatan fisik maupun mental.
Untuk mencapai hal ini, perusahaan perlu menciptakan budaya kerja yang mendukung, memberikan akses teknologi dan sumber daya yang diperlukan oleh karyawan, serta memperhatikan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Untuk menghindari beban kerja yang berlebihan, perusahaan harus memiliki akses cepat terhadap informasi aktivitas karyawan, sehingga target yang ditetapkan dapat realistis dan terkelola dengan baik.
Solusi yang efektif adalah sistem terintegrasi seperti ERP yang dapat mengotomatisasi berbagai tugas dan proses, memungkinkan karyawan untuk bekerja lebih cepat dengan hasil yang lebih besar. Hal ini juga memberikan ruang bagi karyawan untuk fokus pada pekerjaan strategis dan memberikan mereka otonomi dalam pengembangan diri.
Sistem yang baik juga memberikan data dan analitik yang diperlukan untuk melihat distribusi pekerjaan, performa tim, dan potensi masalah. Dengan data ini, manajer dapat berkomunikasi secara proaktif dengan tim untuk membahas beban kerja, performa, kesejahteraan karyawan, dan area yang dapat ditingkatkan.
Lusiana menekankan, “Dengan data dari sistem ERP, manajer dapat secara terbuka berdiskusi dengan timnya untuk meningkatkan kondisi kerja, performa, serta memberikan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan.”
HashMicro percaya bahwa dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif, karyawan akan termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka, sehingga perusahaan dan individu dapat mencapai tujuan mereka secara optimal. Dengan solusi ERP mereka, HashMicro berharap dapat membantu perusahaan mengatasi presenteeism dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. (saf)