Scroll untuk baca artikel
Industri

Dongkrak Produktivitas Perikanan Budidaya, KKP Kembangkan Modeling Komoditas Unggulan

37
×

Dongkrak Produktivitas Perikanan Budidaya, KKP Kembangkan Modeling Komoditas Unggulan

Sebarkan artikel ini
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb. Haeru Rahayu. (Foto: KKP)

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan model pengembangan berbasis kawasan untuk lima komoditas unggulan, yakni udang, rumput laut, nila, kepiting, dan lobster. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat pertumbuhan perikanan budidaya yang berkelanjutan di Indonesia.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu, menjelaskan bahwa inisiatif ini adalah strategi KKP dalam meningkatkan produksi komoditas unggulan yang diekspor dari Indonesia.

Sebelumnya, KKP telah berhasil membangun model tambak udang berbasis kawasan di Kebumen, Jawa Tengah. Selanjutnya, KKP juga sedang mempersiapkan pembangunan budidaya udang yang terintegrasi dari hulu hingga hilir di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

“Pembangunan ini menekankan pada prinsip keberlanjutan lingkungan dan prioritas penggunaan tenaga kerja lokal. Dengan program pembangunan model dan revitalisasi tambak udang, kami berharap ekspor udang Indonesia dapat mencapai USD2,1 miliar pada tahun 2024,” ungkap Haeru dalam pernyataannya, Sabtu (19/2/2024).

Lebih lanjut, Haeru menjelaskan bahwa model budidaya rumput laut juga telah dikembangkan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo tentang hilirisasi industri kelautan dan perikanan, KKP kini tengah mempersiapkan program pembangunan model rumput laut di Maluku Tenggara dan Rote Ndao.

Baca Juga :   Didukung Integrasi Grup Anak Usaha, TRIS Optimis Prospek Ekspor Bisnis Apparel di 2024

“Dengan program ini, kami berharap ekspor rumput laut Indonesia dapat meningkat menjadi USD658 juta pada 2024,” tambah Haeru.

Selain itu, KKP juga tengah merencanakan program budidaya ikan nila. Program ini akan dimulai dengan revitalisasi tambak udang di Pantai Utara Jawa yang sebelumnya tidak digunakan. Program tersebut juga akan mendorong peralihan dari budidaya di danau menjadi di daratan. Diharapkan program ini dapat meningkatkan ekspor nila Indonesia menjadi USD77 juta pada 2024.

Haeru juga menjelaskan bahwa KKP akan segera memulai program budidaya kepiting. Diharapkan, melalui program ini, ekspor kepiting Indonesia dapat meningkat menjadi USD476 juta pada tahun 2024.

Selain itu, program budidaya lobster juga menjadi fokus. Ini akan dilakukan melalui kerjasama dengan negara-negara yang telah maju dalam budidaya lobster, dengan tujuan untuk mengundang investasi ke Indonesia. Dengan langkah ini, diharapkan ekspor lobster Indonesia dapat mencapai USD25 juta pada tahun 2024.

“Menteri Trenggono selalu menegaskan bahwa subsektor perikanan budidaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Perikanan budidaya telah menjadi salah satu sektor yang menarik investasi terbesar di sektor kelautan dan perikanan. Data dari Triwulan III tahun 2023 menunjukkan bahwa subsektor perikanan budidaya menduduki peringkat kedua setelah pengolahan perikanan, dengan proporsi 27 persen,” ungkap Haeru.

Baca Juga :   PT ACE Hardware Indonesia Tbk (ACES) Perluas Layanan ke Banyuwangi

Dirjen Haeru juga menyampaikan bahwa menurut data FAO 2023, persentase penduduk dunia yang mengalami kelaparan meningkat dari 7,9 persen pada tahun 2019 menjadi 9,2 persen pada 2022. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan akan protein dunia hingga 70 persen. Oleh karena itu, permintaan ikan global diperkirakan akan meningkat dua kali lipat antara tahun 2020 dan 2050, yang akan sebagian besar dipenuhi oleh produksi perikanan budidaya.

Perlu diketahui, pasar udang global mencapai USD60,4 miliar pada tahun 2023, dan diprediksi akan mencapai USD123,8 miliar pada tahun 2033. Bagian ekspor udang Indonesia pada tahun 2022 adalah sebesar 6,7 persen dari total ekspor global. Pasar rumput laut global pada tahun 2023 mencapai USD16,7 miliar, dan diprediksi akan mencapai USD30,2 miliar pada tahun 2033, dengan ekspor Indonesia menyumbang 16,4 persen dari total.

Baca Juga :   Resmikan Kampung Nelayan Modern, KKP Perkuat Hilirisasi Teri dengan Kalamo di Pulau Pasaran

Nilai pasar ikan nila global pada tahun 2023 mencapai USD13,9 miliar, dan diperkirakan akan mencapai USD21,6 miliar pada tahun 2033. Bagian ekspor nila Indonesia pada tahun 2022 adalah sebesar 9,7 persen dari total.

Sementara itu, potensi pasar kepiting global pada tahun 2023 adalah USD879 juta, dan diperkirakan akan mencapai USD1,51 miliar pada tahun 2033, dengan bagian ekspor Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1,9 persen dari total. Begitu juga dengan lobster, yang memiliki potensi pasar global pada tahun 2023 sebesar USD7,2 miliar, dengan bagian ekspor Indonesia pada tahun 2022 sebesar 0,5 persen dari total.

Sebelumnya, Menteri Trenggono telah mengundang investor dengan harapan untuk membangun koneksi dan kerjasama dengan negara-negara sahabat, sehingga Indonesia dapat menjadi pemain setara karena produk-produk Indonesia sangat dibutuhkan oleh negara-negara tersebut.

Selain mengejar peluang investasi, KKP juga menempatkan prioritas pada pengelolaan berbasis ekonomi biru untuk memastikan keberlanjutan ekosistem kelautan dan perikanan, serta untuk memastikan bahwa industri di dalamnya beroperasi secara berkelanjutan.(saf/infopublik.id)