BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Chief Investment Officer (CIO) DBS, Hou Wey Fook merilis rekomendasi investasi untuk kuartal kedua 2025, menyoroti strategi bertahan di tengah volatilitas akibat kebijakan tarif AS di era Trump 2.0.
Berikut ringkasan utama:
Kebijakan Makro & Prospek Ekonomi
AS menghadapi risiko stagflasi dengan perlambatan ekonomi jangka pendek, mendorong ekspektasi pelonggaran moneter.
Tiongkok dan Eropa diprediksi melanjutkan stimulus, sementara Jepang menaikkan suku bunga. Tarif AS terhadap mitra dagang berpotensi memicu inflasi dan menghambat pertumbuhan global, dengan stimulus di Eropa dan Tiongkok berpeluang mendongkrak ekonomi.
Saham
DBS CIO merekomendasikan pengurangan bobot saham AS (underweight 3 bulan, overweight 12 bulan) dan peningkatan bobot saham Eropa (overweight 3 bulan) karena belanja pertahanan meningkat. Saham Asia (kecuali Jepang) tetap overweight dengan fokus pada teknologi Tiongkok, sementara sektor teknologi dan kesehatan AS disarankan untuk pertumbuhan jangka panjang.
Obligasi
Prioritaskan obligasi rating A/BBB, selektif pada rating BB untuk durasi 1-3 tahun. Portofolio disarankan mengadopsi strategi barbell, dengan bobot tambahan pada durasi 2-3 tahun untuk pendapatan dan 7-10 tahun untuk keuntungan saat kurva turun.
Suku Bunga
Imbal hasil obligasi AS melemah dibandingkan negara G3 (Eropa, Jepang) akibat kekhawatiran pertumbuhan. Belanja militer Eropa dan inflasi Jepang mendorong kenaikan imbal hasil obligasi lokal.
Mata Uang
Dolar AS kehilangan momentum bullish, namun penurunan signifikan belum diantisipasi dalam waktu dekat.
Aset Alternatif
Emas tetap jadi pilihan utama di tengah ketidakpastian Trump 2.0, didorong permintaan safe haven dan risiko de-dolarisasi. Diversifikasi ke aset privat dan dana lindung nilai juga disarankan untuk ketahanan portofolio.
Komoditas
Komoditas mencatat keuntungan, namun ancaman tarif dapat menekan permintaan. Sektor energi, khususnya minyak dan gas AS, diprediksi untung dari kebijakan Trump, dengan peluang pada perusahaan shale dan jasa ladang minyak.
Fokus Tematik: Energi & AI
Produksi minyak AS diperkirakan naik, mendukung perusahaan energi. Di sisi teknologi, terobosan AI seperti DeepSeek menekan saham teknologi jangka pendek, namun mempercepat adopsi AI secara global, menguntungkan ekonomi jangka panjang.
Strategi Portofolio
DBS CIO menyarankan portofolio 40/30/30 (40% ekuitas, 30% obligasi, 30% alternatif) untuk volatilitas lebih rendah dibandingkan 60/40. Obligasi jadi lindung nilai utama, dengan fokus pada rating A/BBB. Investor disarankan diversifikasi ke Eropa dan Tiongkok, sambil mempertahankan eksposur teknologi AS untuk pertumbuhan.
Pada awal kuartal pertama, DBS CIO memperkirakan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun yang diwarnai oleh volatilitas. Ini terbukti dengan terbitnya berbagai kebijakan oleh Presiden Trump. Kekhawatiran seputar kenaikan tarif yang meluas, ditambah dengan kebijakan imigrasi dan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) untuk memangkas jumlah pegawai federal telah mengurangi kepercayaan konsumen dan memicu kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi.
Sejak euforia pasar pasca kemenangan Trump dalam pemilu, aset-aset berisiko telah mengalami penyesuaian dengan S&P yang membalikkan kenaikannya sementara imbal hasil Treasury AS dan dolar AS (greenback) keduanya mengalami penurunan.
Di belahan dunia lain, fondasi hubungan AS-Eropa yang telah berlangsung lama mendapat goncangan hebat karena para pemimpin Eropa menyadari bahwa aliansi barat sekarang berada dalam krisis yang parah. Situasi ini memicu momen “apa pun taruhannya” di Jerman (dan secara luas, Eropa), di mana kebijakan fiskal konservatif yang telah mengakar kini mulai bergeser menuju stimulus besar-besaran.
Untuk mencerminkan memudarnya keistimewaan AS dan realitas geopolitik yang baru, DBS CIO melakukan dua perubahan portofolio utama pada kuartal ini: (a) Menurunkan porsi saham AS menjadi underweight dalam periode ke depan 3 bulan dengan tetap mempertahankan overweight 12 bulan; mempertahankan keyakinan pada sektor teknologi dan layanan kesehatan AS; dan (b) Meningkatkan porsi pada saham Eropa menjadi overweight 3 bulan dengan tetap mempertahankan underweight 12 bulan; mencari peluang pada industri Eropa (subsektor pertahanan), keuangan, layanan kesehatan dan teknologi.
Peralihan utama ini akan membantu untuk melakukan diversifikasi dari perdagangan yang ramai dan mengurangi risiko konsentrasi pada sektor teknologi AS dan saham Magnificent Seven (Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet (perusahaan induk Google), Meta, Nvidia, and Tesla).
Untuk memperkuat ketahanan portofolio, investor disarankan untuk memperbanyak eksposur pada emas dan aset privat. Harga emas terus melonjak seiring dengan meningkatnya permintaan aset safe haven akibat ketidakpastian di bawah kepemimpinan Trump 2.0 dalam jangka pendek.
Sementara itu, kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan meningkatnya risiko de-dolarisasi di tengah dinamika geopolitik menjadi faktor pendorong dalam jangka menengah hingga panjang.
Dalam analisis sebelumnya, DBS CIO menyimpulkan bahwa portofolio 40/30/30 (40% ekuitas, 30% obligasi, 30% aset alternatif) mengalami penurunan nilai yang lebih ringan dibandingkan portofolio tradisional 60/40 selama periode tekanan finansial. Berdasarkan data dari Desember 2007 hingga September 2023, portofolio 40/30/30 mencatat volatilitas tahunan sebesar 9,3%, lebih rendah dibandingkan 11,4% pada portofolio 60/40.
Faktor lain yang diyakini akan mendominasi narasi pasar di kuartal kedua 2025 adalah komoditisasi kecerdasan buatan (AI). Peluncuran model bahasa DeepSeek pada Januari tahun ini mengguncang industri teknologi dan AI, karena mampu menyaingi model terkemuka seperti ChatGPT-4o dari OpenAI dengan biaya yang jauh lebih rendah.
Terobosan ini memicu aksi jual saham teknologi, karena menurunkan hambatan masuk bagi pemain dalam skala kecil sekaligus menjadi tantangan bagi Big Tech dan model pengembangan AI mereka saat ini, yang bergantung pada skala investasi dan daya komputasi besar.
Meski kehadiran DeepSeek menyebabkan volatilitas jangka pendek, DBS CIO percaya bahwa dalam jangka panjang, hal ini justru akan menguntungkan ekonomi secara keseluruhan. Paradoks Jevons menunjukkan bahwa semakin efisien suatu teknologi, semakin tinggi permintaannya—dan dalam konteks AI, ini berarti adopsi yang lebih cepat.
Singkatnya, ketidakpastian akibat perang tarif, menurunnya kepercayaan konsumen terhadap DOGE, dan kebijakan imigrasi membuat keunggulan ekonomi AS mulai goyah. Dalam kondisi ini, DBS CIO tetap overweight pada obligasi, karena dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap perlambatan ekonomi.
Obligasi investment grade (IG) dengan peringkat kredit A/BBB diperkirakan akan diuntungkan dari kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih dalam oleh The Fed. Untuk saham, DBS CIO tetap netral terhadap kelas aset ini secara keseluruhan, tetapi tetap yakin pada pertumbuhan jangka panjang saham teknologi AS, sambil melakukan diversifikasi pada peluang yang ada di Tiongkok setelah terobosan DeepSeek dan di Eropa seiring pergeseran kebijakan Jerman dari disiplin fiskal ke stimulus besar-besaran.
Terakhir, DBS CIO mempertahankan posisi overweight pada aset alternatif, termasuk emas dan aset privat, untuk mendapatkan imbal hasil yang tidak bergantung pada pergerakan pasar sekaligus memperkuat ketahanan portofolio.
Berikut adalah imbauan taktis dari DBS CIO untuk kuartal ini:
Lintas Aset – Obligasi tetap menjadi pilihan di tengah meningkatnya ketidakpastian
Meskipun perekonomian AS menunjukkan ketahanan yang luar biasa, data terbaru mengindikasikan adanya perlambatan, dengan angka penjualan ritel dan kepercayaan konsumen yang lebih lemah dari perkiraan.
Dampak negatif potensial dari kebijakan Trump juga belum sepenuhnya tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan, mengingat kebijakan transaksionalnya yang masih berubah-ubah. Dalam kondisi ini, DBS CIO tetap lebih memilih obligasi dibandingkan saham sebagai strategi investasi utama.
Saham – Diversifikasi di luar S&P 500; cari peluang di Eropa yang sedang bangkit
Euforia awal terhadap pelonggaran fiskal di bawah Trump 2.0 meredup dengan cepat, terbukti dari S&P 500 yang telah menghabiskan seluruh kenaikan pasca-pemilu. Sebaliknya, pasar Eropa dan Asia (di luar Jepang) justru mencatat lonjakan sepanjang kuartal ini.
Menjelang kuartal berikutnya, DBS CIO menyarankan investor untuk menghindari “crowded trades” di AS dan mengalihkan fokus ke Eropa, khususnya sektor industri yang diuntungkan dari peningkatan belanja pertahanan dan infrastruktur. Selain itu, sektor teknologi dan konsumsi di Tiongkok juga menawarkan peluang menarik seiring meningkatnya permintaan perangkat berbasis AI.
Obligasi – Ketakutan akan tarif memicu arus ke aset safe haven; tetap overweight pada obligasi
Pada kuartal sebelumnya, DBS CIO memperingatkan bahwa ekspektasi kenaikan imbal hasil obligasi di bawah Trump 2.0 mungkin tidak sepenuhnya terjadi, mengingat pemerintahan baru perlu menaikkan tarif untuk sebagian membiayai pemotongan pajaknya.
Dampak ekonomi dari perang dagang global akhirnya menekan imbal hasil obligasi—dan itulah yang kini terjadi. Sejak puncaknya pada 14 Januari, imbal hasil US Treasury 10 tahun anjlok seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap tarif.
Sementara itu, spread kredit investment grade (IG) dan high yield (HY) AS tetap stabil meskipun ketidakpastian kebijakan kembali meningkat, didukung oleh beberapa faktor utama: 1) fundamental korporasi masih solid, dengan risiko gagal bayar yang tetap rendah, 2) imbal hasil yang menarik, menjaga aliran dana ke pasar kredit, dan 3) Kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed tetap rendah, mengingat risiko perlambatan ekonomi kembali meningkat.
Aset Alternatif – Emas: pemenang besar di bawah Trump 2.0; aset privat: peluang menarik
Emas tetap diuntungkan dalam skenario Trump 2.0, apa pun yang terjadi. Di satu sisi, pemotongan pajak dan deregulasi yang diterapkan Trump akan memperburuk kekhawatiran jangka panjang terkait penurunan nilai mata uang AS. Di sisi lain, kebijakan tarif perdagangan dan guncangan kebijakan yang dihasilkannya akan menekan imbal hasil obligasi, mendorong investor beralih ke safe haven seperti emas.
Di sektor aset privat, DBS CIO menyarankan investor untuk mencari peluang di tengah pembelian-pembelian yang terjadi di pasar dan saham korporat yang berfokus pada pertumbuhan. Perusahaan di segmen menengah ini cenderung memiliki valuasi pembelian lebih rendah, memberikan potensi ekspansi nilai yang lebih besar di masa depan.
Selain itu, kebutuhan leverage yang lebih rendah dalam transaksi di segmen ini membuatnya lebih tangguh di lingkungan suku bunga tinggi.