BISNISASIA.CO.ID, AMERIKA SERIKAT – CTO Meta, Andrew Bosworth, menyoroti dinamika persaingan di industri kecerdasan buatan (AI) dan menegaskan bahwa perusahaan teknologi besar generasi sebelumnya belum tentu akan menjadi pemimpin di era AI saat ini.
Dalam sebuah wawancara di podcast “Possible,” Bosworth menyatakan bahwa Microsoft berada dalam posisi yang kuat, sementara Google menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan dominasinya.
Bosworth mengungkapkan bahwa Google tengah mengalami ketegangan besar dalam menjalankan bisnis AI-nya.
Menurutnya, raksasa pencarian ini berada dalam dilema antara mempertahankan model bisnis yang telah terbukti sukses atau melakukan perubahan radikal untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan AI.
“Google menghadapi tantangan model bisnis. Apakah mereka bersedia melemahkan dan mengkanibal salah satu model bisnis tersukses sepanjang masa
? Mereka memiliki teknologi dan kapabilitas, tetapi ada ketegangan besar dalam hal ini,” ujar Bosworth.
Di sisi lain, Microsoft dinilai lebih siap untuk memanfaatkan gelombang AI.
Bosworth menilai bahwa integrasi AI dalam produk-produk Microsoft, seperti Office, memberikan keuntungan besar bagi perusahaan.
“Memiliki semua teknologi AI tidak cukup untuk membangun produk seperti Office.
Namun, memiliki Office dengan AI yang lebih baik bisa sangat menguntungkan. Saya merasa kami dan Microsoft adalah pemenang dalam situasi ini, apa pun yang terjadi,” jelasnya.
Meta Bertaruh Besar pada AI
Bosworth juga mengungkapkan bahwa Meta telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan AI, termasuk dengan proyek sumber terbuka mereka, Llama.
Menurutnya, Llama memberikan dasar yang kuat bagi perusahaan rintisan untuk berinovasi dan menciptakan ekosistem AI yang lebih luas.
“Kami melihat bahwa perusahaan hyperscaler sekarang harus mengadopsi inovasi yang datang dari startup kecil. Ini adalah pergeseran besar dalam industri,” kata Bosworth.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, juga telah menegaskan komitmennya terhadap AI dengan rencana investasi lebih dari 60 miliar dolar tahun ini.
“Semua produk kami menjadi lebih baik berkat AI. Ini adalah kabar baik bagi kami,” tambah Bosworth.
Amazon di Persimpangan Jalan
Sementara itu, Amazon disebut berada di tengah-tengah persaingan AI.
Bosworth mengakui bahwa layanan cloud Amazon Web Services (AWS) dapat memperoleh manfaat besar dari AI, tetapi tetap menghadapi persaingan ketat.
“AWS mungkin bisa mendapat keuntungan dari AI, tetapi apakah ini hanya akan menjadi layanan tambahan? Itu masih menjadi pertanyaan,” ujarnya.
Namun, ia juga menyoroti potensi Amazon untuk mengembangkan kembali Alexa dengan teknologi AI terbaru, terutama setelah perusahaan mengumumkan kemitraan dengan Anthropic.
“Alexa memiliki jejak yang sangat besar. Pertanyaannya adalah, bisakah mereka meremajakan Alexa dengan inovasi AI terbaru?” tambahnya.
Startup Bisa Jadi Kuda Hitam
Meski Meta dan Microsoft dianggap unggul, Bosworth tidak menutup kemungkinan munculnya pemain baru dalam industri AI.
Ia percaya bahwa startup memiliki potensi besar untuk mengguncang pasar dengan inovasi yang lebih disruptif.
“Startup selalu menjadi faktor yang tidak terduga. Mereka bisa muncul dari mana saja dan mengubah lanskap industri secara drastis,” katanya.
Dalam perlombaan AI yang semakin kompetitif, Bosworth menegaskan bahwa pemenang akhir masih belum pasti.
Namun, jelas bahwa perusahaan yang mampu mengadaptasi AI ke dalam produk mereka dengan cara paling inovatif akan memiliki keunggulan dalam era baru teknologi ini. (Business Insider)