Scroll untuk baca artikel
Finansial

Allianz Indonesia Terapkan Strategi Dinamis dalam Mengelola Dana di 2024 dan Fokus Hadapi Dinamika Ekonomi 2025

26
×

Allianz Indonesia Terapkan Strategi Dinamis dalam Mengelola Dana di 2024 dan Fokus Hadapi Dinamika Ekonomi 2025

Sebarkan artikel ini
Allianz

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Allianz Indonesia melewati berbagai tantangan yang dihadapi pada tahun 2024 dengan tetap mempertahankan kinerja dana kelolaan yang baik. Menghadapi dinamika pasar yang penuh ketidakpastian, perusahaan menerapkan strategi yang dinamis dan adaptif untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dalam upaya mempertahankan kinerja yang optimal, Allianz Indonesia terus berfokus pada pengelolaan risiko yang hati-hati, serta terus berinovasi pada solusi perlindungan dan di layanan untuk kemudahan dan kenyaman nasabah.

Kondisi Ekonomi di 2024

Pada tahun 2024, Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang dipengaruhi oleh kondisi global. Ketidakpastian terkait perubahan suku bunga global, inflasi yang mulai terkendali, terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dan pelemahan ekonomi Tiongkok menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Konflik di Timur Tengah juga menambah ketidakpastian di pasar.

Meskipun demikian, Indonesia sempat mengalami pertumbuhan ekonomi positif pada kuartal pertama dengan angka 5,11%, yang didorong oleh konsumsi masyarakat yang meningkat akibat Pemilu dan hari raya. Namun, seiring dengan ketidakpastian global dan pelemahan konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 5,05% di kuartal kedua dan 4,95% di kuartal ketiga. Secara keseluruhan selama 2024 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03%.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh tekanan global. Hal ini mendorong Bank Indonesia melakukan langkah kebijakan dengan menaikkan suku bunga pada April 2024 dan kemudian mengambil langkah berani dengan menurunkan suku Bunga ke level 6% pada September 2024. yang membuat rupiah sempat menguat.

Namun keadaan yang membaik ini tidak berlangsung lama, dengan  ketidakpastian penurunan suku bunga Amerika Serikat dan terpilihnya Trump sebagai presiden dengan wacana kebijakan yang dianggap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta perang dagang, pengetatan imigrasi dan pemangkasan pajak, kembali mendorong penguatan dolar. Pada akhir 2024, rupiah tercatat melemah di kisaran Rp16.157 per dolar AS atau mengalami depresiasi 4,81% dibanding 2023. Selain itu Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00%.

Di sisi inflasi, meskipun sempat mencapai 3,05% pada Maret 2024, angka inflasi mulai menurun hingga Desember, dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 1,57%. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat, terutama pada kelompok menengah bawah. Tahun 2024 juga menjadi tahun politik Indonesia dengan Pemilu Presiden dan Legislatif serta Pilkada Serentak, yang turut memberi dampak pada sentimen pasar dan arah kebijakan ekonomi pemerintah.

Pasar Modal Indonesia 2024

Pasar modal Indonesia pada 2024 dipengaruhi oleh dinamika global yang signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi dan ditutup dengan koreksi -2,65% di level 7.080, meski sempat mencapai rekor tertinggi 7.905 pada 19 September 2024.

Baca Juga :   BCA Business Case Competition 2024 "The Mastermind of Strategic bluprint", Wadah Kreativitas Generasi Muda di Era Digital

Sedangkan Indeks Jakarta Islamic Index menutup tahun 2024 dengan mengalami koreksi -9,58% secara tahunan di level 484,37. Pencapaian ini terjadi seiring dengan pemangkasan suku bunga The Fed dan proyeksi pemangkasan lebih lanjut pada 2025. Serta, hasil Pemilu Amerika Serikat yang dimenangkan oleh Trump menyebabkan investor asing mundur sementara dari pasar modal Indonesia dan memilih untuk wait and see.

Pasar obligasi juga menunjukkan volatilitas. Indeks IBPA Indonesia Government Bond mencatatkan return positif 4,64% YoY di akhir tahun. Yield obligasi meningkat setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga pada April 2024, dan inflasi Amerika Serikat yang tetap tinggi di level 2%, ditambah ketegangan geopolitik di Timur Tengah, memicu aksi jual.

Meski ada indikasi penurunan suku bunga oleh The Fed pada September 2024, yield obligasi kembali naik pada Oktober karena meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian kebijakan ekonomi AS. Kekhawatiran terkait kebijakan domestik Trump yang berorientasi ke dalam negeri dan ketidakpastian pemulihan ekonomi Tiongkok menyebabkan penurunan permintaan obligasi Indonesia.

Pada akhir 2024, kepemilikan asing turun menjadi 14,52% dari 14,93% di tahun sebelumnya, dan yield obligasi pemerintah tercatat di level 7%, lebih tinggi dibandingkan 6,48% pada akhir 2023. Sejalan dengan tren imbal hasil positif di obligasi konvensional, pasar obligasi syariah juga melanjutkan tren positif dimana  indeks IBPA Govt Sukuk (IGSIX) ditutup positif +6,1%.

“Allianz Indonesia mencatatkan total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) sebesar Rp39,8 triliun (termasuk dana kelolaan Allianz Life, Allianz Syariah, dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan/DPLK Allianz), berdasarkan Laporan Keuangan perusahaan tahun 2024,” kata ujar Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Indonesia dalam keterangannya.

Pada tahun 2024, Allianz Indonesia mengelola aset di 51 jenis unit link fund. Tiga fund dengan dana kelolaan tertinggi sepanjang 2024 adalah Smartlink Rupiah Equity Fund dengan dana kelolaan sebesar Rp 6,9 triliun, Smartlink Rupiah Fixed Income Fund dengan dana kelolaan sebesar Rp1,8 triliun, dan Smartlink Rupiah Balanced Fund dengan dana kelolaan sebesar Rp 1,5 triliun.

Dilihat dari pertumbuhan unit pemegang polis dibandingkan tahun 2023, Smartlink Rupiah Fixed Income Fund tumbuh 34,5%, Smartlink Rupiah Equity Fund turun 6,2% dan Smartlink Rupiah Balanced Fund turun 4,9%.

“Kenaikan unit pada Smartlink Rupiah Fixed Income sejalan dengan kondisi pasar yang cukup menantang di 2024 sehingga nasabah memilih fund yang lebih konservatif,” katanya.

Baca Juga :   Tiga Tips Jaga Kesehatan Mental Menuju Masa Pensiun

Proyeksi 2025

Tahun 2025 diperkirakan masih akan menghadapi tantangan eksternal yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, seperti kebijakan Trump terkait tarif dagang dan pemotongan pajak yang berpotensi mendorong inflasi di AS. Ini dapat memperlambat pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Selain itu, pelemahan ekonomi Tiongkok dan ketegangan geopolitik turut menjadi faktor penghambat.

Allianz Indonesia percaya bahwa di berbagai kondisi ekonomi, tetap ada peluang investasi untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal. Begitu pula dengan kondisi saat ini dimana kebijakan tarif Trump akan berdampak pada volatilitas saham dan obligasi. Allianz Indonesia terus memantau dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi dan pasar modal Indonesia dengan tetap menerapkan pendekatan fundamental, strategi yang dinamis dan mengutamakan prinsip kehati hatian dalam pengelolaan risiko.

Untuk subdana dengan underlying saham, Allianz Indonesia menerapkan strategi tactical underweight and selectively defensive. Dari segi strategi penempatan portofolio, kami secara taktis mengurangi bobot dan secara selektif lebih defensif. Kami telah menyaksikan peningkatan tarif pada pemerintahan Trump yang memicu aksi jual di pasar global karena ketidakpastian meningkat.

Pelaku pasar mulai memperhitungkan skenario resesi di AS yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan PDB di global. Dikarenakan hal tersebut, laba perusahaan juga akan direvisi lebih rendah dari perkiraan awal.

Di balik ketidakpastian global yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam domestik, pemerintahan baru juga berada dalam fase transisi yang mencoba menjalankan kebijakan-kebijakan barunya. Melihat semua latar belakang yang terjadi diatas, kami telah memposisikan portfolio kami secara keseluruhan pada kondisi yang defensif dan dalam proses pemilihan kami terus mendukung perusahaan yang memiliki neraca yang kuat dan tata kelola perusahaan yang baik.

Lalu untuk subdana dengan underlying pendapatan tetap, Allianz Indonesia menerapkan strategi posisi Netral untuk mengantisipasi volatilitas yang lebih tinggi di masa mendatang dan ekspektasi lebih rendahnya besaran penurunan suku bunga.

FED dan Bank Indonesia mulai menurunkan suku bunga acuan masing-masing sebesar 100bps dan 25bps sejak September 2024. Kami memperkirakan penurunan suku bunga Fed dan BI sebesar 50bps lagi pada tahun 2025.

Beberapa faktor yang kami pantau dengan seksama dari sisi global adalah dampak dari tarif dagang yang ditetapkan pemerintah AS, meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, dan potensi resesi di AS. Sementara dari dalam negeri kami juga memantau perkembangan kebijakan fiskal, dampak dari revisi UU TNI, implementasi berkelanjutan dari pembentukan Danantara (Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara), dan kejelasan kebijakan dari pemerintah ke depannya.

Baca Juga :   Berawal dari Hobi, Bella Salim Ubah Nasib Keluarga Melalui Shopee Live

Perkembangan dinamika global berpotensi memengaruhi dinamika ekonomi Indonesia dan pasar modal Indonesia. Sebagai pelaku industri finansial yang telah melalui berbagai siklus ekonomi, Allianz Indonesia memandang bahwa bisnis asuransi jiwa masih dibutuhkan untuk proteksi selama tahapan kehidupan nasabah, seperti contohnya atas risiko penyakit kritis, biaya perawatan di rumah sakit, dan juga kejadian kematian pencari nafkah, sehingga perlu dilihat dengan sudut pandang through the cycle atau jangka panjang.

Dalam horizon pengamatan jangka pendek, Allianz Indonesia mencermati bahwa pengaruhnya adalah nilai pasar asset investasi asuransi jiwa, mencakup juga lini bisnis yang terpengaruh oleh gejolak pasar adalah produk-produk berbasis investasi seperti asuransi jiwa unit link.

Fluktuasi nilai tukar dan pelemahan IHSG dapat memengaruhi kinerja dana investasi nasabah, sehingga perlu diantisipasi secara cermat agar perspektif proteksi jangka panjang tidak terlupakan oleh nasabah. Dengan sudut pandang jangka panjang, situasi saat ini juga dapat dilihat sebagai sebuah kesempatan bagi nasabah untuk melakukan top-up dana investasinya agar saat pasar rebound akan dapat bermanfaat dalam jangka panjang.

Allianz Indonesia senantiasa mengajak nasabah untuk meninjau secara berkala tujuan investasi, jangka waktu, toleransi risiko, serta alokasi aset sesuai dengan profil risiko. Jika dibutuhkan, nasabah dapat mempertimbangkan untuk menyesuaikan alokasi pada pembayaran premi berikutnya pada strategi yang memiliki volatilitas yang lebih rendah untuk menjaga stabilitas portfolio dalam memenuhi pemotongan unit untuk pembayaran biaya asuransi.

Penghargaan Kinerja Dana Kelolaan Unit Link Allianz Indonesia

Atas kinerja dana kelolaan yang baik sampai dengan tahun 2024, Allianz Life menerima tujuh penghargaan pada Best Unit Link Award 2024 dari Investortrust, untuk Smartwealth Equity IndoGlobal Fund kategori Saham IDR Konvensional periode 5, 7 & 10 tahun, Smartwealth Equity Indoasia Fund (USD) Kategori Saham USD periode 10 tahun, Smartwealth Dollar Multi Asset Fund Kategori Campuran USD periode 5 tahun, Smartwealth Dollar US Bond Fund Kategori Pendapatan Tetap USD periode 3 tahun, dan GroupLink Money Market Fund Kategori Pasar Uang IDR Konvensional periode 5 tahun.

Allianz Life juga menerima lima penghargaan Unit Link Award 2025 dari Majalah Media Asuransi untuk Smartwealth Dollar Equity World Opportunities Fund kategori Kelompok Unitlink Saham Dolar AS, Smartwealth Dollar US Bond Fund kategori Kelompok Unitlink Pendapatan Tetap Dolar AS, GroupLink Money Market Fund kategori Kelompok Unitlink Pasar Uang Rupiah, Smartwealth Equity Indoglobal Class B Fund kategori Kelompok Unitlink Saham Rupiah, Smartwealth Dollar Multi Asset Fund kategori Kelompok Unitlink Campuran Dolar AS.