BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Masa depan keberlanjutan adalah tanggung jawab bersama, dan hilirisasi merupakan salah satu langkah menuju operasional bisnis yang lebih ramah lingkungan. Memahami pentingnya hal ini, Bank DBS Indonesia kembali menggelar DBS Asian Insights Conference 2024 dengan tema “Election to Action: Crafting A Sustainable Future Towards Golden Indonesia 2045 and ESG Excellence”. Dalam salah satu sesi bertajuk “Sustainable Downstream Processing: Balancing Economic Growth with Environmental Integrity”, para ahli dan pelaku usaha seperti Ketua Kadin Energy Transition Task Force Anthony Utomo dan Executive Vice President Commercial Product Development PT PLN (Persero) Ririn Rachmawardini hadir untuk berbagi pandangan mereka mengenai manfaat hilirisasi.
Dalam sesi panel di DBS Asian Insights Conference 2024, Ketua Kadin Energy Transition Task Force Anthony Utomo mengungkapkan, “Ada banyak peluang dari kebijakan hilirisasi, terutama di bidang otomotif. Banyak OEM (Original Equipment Manufacturer) yang tertarik masuk ke Indonesia, ini peluang besar. Kebijakan EV (electric vehicle) dalam Perpres memberikan insentif bagi produsen yang ingin melakukan manufaktur di Indonesia, termasuk pembebasan bea impor. Ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk membangun industri ekonomi hijau.”
Kadin Indonesia juga aktif mendukung pelaku industri untuk memahami keberlanjutan dan tanggung jawab perusahaan melalui platform Kadin Net Zero Hub, di mana perusahaan yang ingin bertransisi menuju net zero emission diberikan pelatihan secara pro bono. Pelatihan ini menjadi panduan bagi para pebisnis untuk menerapkan kerangka keberlanjutan yang tepat. Saat ini, 80 perusahaan telah tergabung dalam Kadin Net Zero Hub dengan banyak perusahaan lainnya dalam daftar tunggu.
Dalam kesempatan yang sama, Executive Vice President Commercial Product Development PT PLN (Persero) Ririn Rachmawardini menyampaikan komitmen PLN dalam mendukung program energi terbarukan dan persiapan masa depan yang berkelanjutan. “Kami mendukung percepatan energi terbarukan sesuai dengan roadmap pemerintah. Setelah berkomitmen pada net zero emission, kami menyusun RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) berbasis hijau. Ini adalah RUPTL pertama dalam sejarah PLN yang memasukkan EBT untuk memenuhi kebutuhan investor yang akan melakukan hilirisasi,” kata Ririn Rachmawardini.
PLN menargetkan penambahan kapasitas listrik ramah lingkungan sebesar 54 gigawatt pada tahun 2040 dan menjajaki berbagai model kemitraan untuk mempercepat proyek energi terbarukan di Indonesia. Pada 2023 lalu, PLN melalui PT State Grid Power Indonesia (SGPI) juga mendapatkan pinjaman senilai US$ 100 juta dari Bank DBS Indonesia untuk mendukung layanan Advanced Metering Infrastructure (AMI). Kerja sama ini bertujuan meningkatkan transformasi digital di sektor energi untuk memperbaiki akurasi transaksi listrik.
Selain PLN, Bank DBS Indonesia pada 2023 telah mengalokasikan dana sebesar Rp6,1 triliun untuk mendanai proyek hijau dan berkelanjutan di berbagai sektor seperti otomotif, pangan dan pertanian, minyak dan gas, serta energi. Sebanyak 30 persen dari dana ini dialokasikan khusus untuk proyek energi terbarukan, sesuai dengan pilar keberlanjutan pertama Bank DBS Indonesia, yaitu Responsible Banking.
Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong menekankan pentingnya langkah berkelanjutan untuk masa depan Indonesia. “Lonjakan ekspor dan investasi asing langsung, serta peningkatan status ekonomi Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas oleh Bank Dunia pada pertengahan 2023, menunjukkan potensi besar Indonesia. Untuk menjaga pertumbuhan ini, diperlukan langkah berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik. Bank DBS Indonesia berkomitmen mendukung ini melalui pembiayaan dan inisiatif berkelanjutan, sejalan dengan misi kami menjadi ‘The Best Bank for a Better World’,” ujar Lim Chu Chong.
Sebagai bagian dari DBS Asian Insights Conference, Bank DBS Indonesia juga mengadakan Indonesia-China Business Forum 2024 untuk memfasilitasi diskusi dan kolaborasi guna langkah nyata dalam pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Mengatasi Masalah Lingkungan dengan Program Keberlanjutan dari Plana dan Nafas
Selain pemerintah dan BUMN, DBS Asian Insights Conference 2024 juga menghadirkan beberapa pendiri startup yang peduli akan keberlanjutan, seperti Founder & CEO Plana Juan Apriliano Chandra serta Co-Founder & Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski. Plana adalah social enterprise yang mengolah sampah plastik menjadi bahan baru yaitu Plana Wood, alternatif kayu alami yang tahan lama. Sedangkan Nafas menyediakan data kualitas udara (Air Quality Index/AQI) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang polusi udara dan mendorong perubahan kebijakan.
Baru-baru ini, kedua social enterprise tersebut bersama dua lainnya, Magalarva dan Liberty Society, mendapatkan hibah senilai 710 ribu dolar Singapura (Rp8,2 miliar) dari DBS Foundation (DBSF) Business for Impact Grant Award Programme 2023. Dana ini digunakan untuk meningkatkan dampak positif dan menginspirasi orang lain untuk berpartisipasi dalam masa depan yang lebih berkelanjutan.
DBS Asian Insights Conference adalah acara tahunan yang menyatukan para pemimpin global untuk membahas peluang dan tantangan perubahan di Indonesia. Konferensi ini diharapkan dapat mengubah kekhawatiran menjadi aksi nyata dan keputusan strategis terkait arah bisnis di masa depan. (saf)