BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Fortinet merilis 2025 Global Cybersecurity Skills Gap Report yang menegaskan bahwa keterampilan berbasis kecerdasan buatan (AI) semakin krusial untuk mengatasi krisis kekurangan tenaga ahli keamanan siber di seluruh dunia.
Laporan ini menunjukkan bahwa meskipun organisasi semakin mengandalkan AI dalam memperkuat keamanan, kurangnya keahlian terkait AI justru menimbulkan risiko baru.
Menurut laporan, 96% profesional keamanan siber yakin AI akan meningkatkan peran mereka dan meringankan beban kerja di tengah kekurangan staf, namun sebagian besar perusahaan belum memiliki tenaga ahli yang cukup untuk memanfaatkan teknologi tersebut secara optimal.
Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, mengatakan kondisi ini menjadi peringatan serius. “Tanpa menutup kesenjangan keterampilan, organisasi akan menghadapi peningkatan insiden dan biaya. Ini adalah titik kritis bagi sektor publik maupun swasta,” ujarnya.
Kekurangan Keahlian Memicu Lonjakan Pelanggaran
Kekurangan lebih dari 4,7 juta tenaga keamanan siber terampil secara global mendorong meningkatnya risiko. Temuan laporan mencatat:
- 100% organisasi mengalami setidaknya satu pelanggaran pada 2024, dan 48% mengalami lima atau lebih—naik pesat dari hanya 19% pada 2021.
- 68% responden menyatakan kurangnya keahlian dan pelatihan keamanan TI menjadi penyebab utama pelanggaran.
- 62% organisasi menanggung biaya insiden lebih dari USD 1 juta selama 2024.
AI Diadopsi Luas, tetapi Kesiapan Minim
Semua organisasi yang disurvei telah atau akan menggunakan solusi keamanan berbasis AI. Namun:
- 40% pemimpin TI menyebut kekurangan keahlian AI sebagai hambatan utama implementasi.
- 86% menilai AI meningkatkan efektivitas tim, tetapi belum sepenuhnya siap menghadapi potensi penyalahgunaan AI oleh pelaku kejahatan siber.
Dewan Direksi Meningkatkan Fokus, tetapi Belum Paham Risiko AI
Laporan mencatat bahwa 94% dewan direksi meningkatkan perhatian terhadap keamanan siber dan 98% melihatnya sebagai prioritas bisnis. Namun pemahaman dewan terhadap risiko AI masih terbatas pada penggunaan AI internal, bukan ancaman yang mungkin muncul dari teknologi tersebut.
Sertifikasi Masih Jadi Indikator Keahlian Utama
Sebanyak 90% pengambil keputusan TI lebih memilih kandidat bersertifikasi. Namun dukungan pembiayaan sertifikasi justru menurun dari 88% (2023) menjadi 76% (2024).
Pelatihan dan Akses Sertifikasi Jadi Solusi
Untuk menjembatani kesenjangan keterampilan, Fortinet Training Institute menyediakan modul pelatihan termasuk Security Awareness Training, kurikulum AI, ancaman berbasis AI, hingga pengenalan GenAI. Fortinet juga menargetkan mencetak 1 juta profesional keamanan siber global pada akhir 2026.
Survei ini dilakukan terhadap 1.850 pengambil keputusan TI dan keamanan dari 29 negara, mewakili berbagai sektor seperti teknologi, manufaktur, dan layanan keuangan.











