BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di kalangan perempuan terus digalakkan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, tingkat literasi keuangan perempuan Indonesia tercatat 65,6%, masih lebih rendah dibandingkan laki-laki yang mencapai 67,3%.
Kondisi ini menunjukkan perlunya peningkatan pemahaman terhadap produk dan layanan keuangan digital, terutama bagi ibu rumah tangga yang berperan besar dalam mengelola keuangan keluarga.
Sebagai bagian dari komitmen mendukung literasi keuangan nasional, PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) menggelar sesi edukatif di ajang FinExpo Surabaya 2025, puncak perayaan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025. Dengan tema “Bincang-Bincang Ibu2Canggih Bijak Finansial: Keuangan Aman, Masa Depan Nyaman,” acara ini menghadirkan perwakilan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perencana keuangan, dan komunitas Ibu2Canggih Surabaya.
Acara yang dihadiri hampir 100 peserta ini membahas pentingnya pengelolaan keuangan keluarga, penggunaan layanan digital yang aman, serta tips menghindari pinjaman online (pinjol) ilegal. Selain talkshow, AdaKami juga membuka booth edukatif dan interaktif selama FinExpo Surabaya 2025 berlangsung pada 23–26 Oktober 2025.
Adelheid Helena Bokau, Head of Government Relations AdaKami, menjelaskan bahwa perempuan memiliki peran penting sebagai pengelola keuangan keluarga dan agen perubahan dalam ekosistem finansial digital.
“Sebagai platform pendanaan berizin dan diawasi OJK, kami terus memastikan keamanan dan kenyamanan pengguna melalui edukasi berkelanjutan, kepatuhan regulasi, serta inovasi teknologi,” ujar Adelheid.
Dukungan juga datang dari OJK Provinsi Jawa Timur. Wahyu Puspitaningrum, Kepala Divisi Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, menegaskan bahwa peningkatan literasi perempuan menjadi prioritas.
“Perempuan merupakan salah satu sasaran utama peningkatan literasi dan inklusi keuangan. OJK menargetkan tingkat literasi nasional mencapai 98%, dan kegiatan seperti ini sejalan dengan tujuan tersebut,” jelas Wahyu.
Sementara itu, Gledys Sinaga, Head of Corporate Affairs & Engagement Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), menambahkan bahwa peningkatan literasi perempuan berdampak positif terhadap perekonomian.
“Perempuan kini menjadi motor penggerak ekonomi keluarga. Mereka memanfaatkan akses keuangan digital untuk usaha mikro dan kebutuhan rumah tangga,” kata Gledys.
Dari sisi edukasi finansial, Rista Zwestika, Perencana Keuangan Profesional, memberikan berbagai tips tentang manajemen keuangan keluarga dan cara mengenali pinjol ilegal.
“Dengan strategi sederhana, para ibu sebagai ‘menteri keuangan keluarga’ bisa mengelola keuangan rumah tangga dengan bijak dan percaya diri,” ujarnya.
Sementara itu, Amanda Harmanie, Brand and Community Lead Ibu2Canggih, menilai diskusi ini relevan dengan kebutuhan para ibu di berbagai daerah.
“Keuangan adalah topik yang paling diminati di komunitas kami. Edukasi seperti ini membantu para ibu memahami cara mengatur uang sekaligus menghindari jebakan pinjol ilegal,” katanya.
Menutup sesi, Adelheid menegaskan kembali komitmen AdaKami untuk terus berkontribusi pada inklusi keuangan digital.
“Literasi bukan hanya soal mengenal produk keuangan, tetapi juga memberdayakan perempuan agar mampu membuat keputusan finansial yang bijak demi masa depan yang lebih aman dan berdaya,” tegasnya.

 
									










