BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), kekhawatiran terhadap hilangnya pekerjaan manusia semakin nyata.
Namun, CEO Nvidia, Jensen Huang, memiliki sudut pandang menarik dan penuh peringatan: bukan AI yang akan mengambil pekerjaan Anda, tapi orang yang tahu cara menggunakannya.
Dalam pernyataannya di ajang Global Conference Milken Institute beberapa waktu lalu, Huang menegaskan bahwa setiap jenis pekerjaan akan terdampak oleh AI — dan dampaknya bersifat langsung.
“Anda tidak akan kehilangan pekerjaan karena AI, tapi karena seseorang yang menggunakan AI,” tegas Huang.
Pernyataan ini semakin relevan setelah CEO Anthropic, Dario Amodei, sebelumnya memberikan peringatan bahwa AI bisa menggantikan hingga 10%–20% pekerjaan kantoran (white-collar) dalam waktu dekat. Ia mendesak pemerintah, pembuat kebijakan, dan para pekerja untuk bersiap menghadapi disrupsi besar yang sedang berlangsung.
AI dan Persaingan Baru di Dunia Kerja
Amodei menyebut revolusi AI sebagai sesuatu yang “tidak terhindarkan” dan “lebih cepat dari yang kita bayangkan.” Ia juga menyoroti pentingnya kesiapan mental dan kebijakan agar masyarakat tidak gagap teknologi saat disrupsi terjadi.
Berbeda dengan nada pesimistis tersebut, Huang hadir dengan perspektif yang lebih konstruktif. Ia tidak menolak bahwa perubahan besar sedang terjadi, namun menekankan bahwa solusinya bukan melawan AI, melainkan belajar menggunakannya.
Sebagai produsen GPU yang menjadi otak dari hampir seluruh sistem AI modern — termasuk ChatGPT dan Claude — Nvidia memang berada di garis depan revolusi ini. Namun, Huang menunjukkan bahwa keberhasilan bukan ditentukan oleh teknologi semata, melainkan kemampuan manusia untuk beradaptasi dengannya.
Menguasai AI Jadi Kunci Bertahan
Pernyataan Huang menggarisbawahi tren baru di dunia kerja: kemampuan menggunakan AI akan menjadi keunggulan kompetitif utama. Dalam era digital ini, pekerja yang mampu memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi, analisis, dan kreativitas akan lebih berpeluang bertahan, bahkan unggul.
Contoh nyata sudah terlihat di berbagai industri. Dari dunia kreatif, keuangan, hingga layanan kesehatan, AI telah mempercepat banyak proses yang sebelumnya membutuhkan waktu dan tenaga besar. Kini, mereka yang memahami cara kerja AI mampu menghasilkan output lebih cepat dan akurat.
Apa Langkah Selanjutnya?
Pakar teknologi menyarankan agar institusi pendidikan, perusahaan, hingga pemerintah mulai mengadopsi strategi pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) berbasis teknologi AI.
Sementara itu, masyarakat luas juga didorong untuk tidak takut pada AI, tapi memanfaatkannya sebagai alat bantu untuk tumbuh bersama zaman. Seperti kata Huang, revolusi ini tidak bisa dihindari — tapi bisa dihadapi dengan kesiapan dan pengetahuan.