BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Lonjakan belanja online dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan volume pengiriman paket di Indonesia.
Pertumbuhan ini mempermudah transaksi digital, namun turut menghadirkan risiko baru yang kerap luput dari perhatian, termasuk potensi kebocoran data pribadi dan bertambahnya limbah kemasan.
Menanggapi kondisi tersebut, PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) mengajak masyarakat lebih bijak dalam mengelola resi dan kemasan paket. Inisiatif ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam membangun ekosistem logistik yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.
Direktur Utama TIKI, Yulina Hastuti, menjelaskan bahwa label pengiriman yang menempel pada paket menyimpan informasi sensitif seperti nama, nomor telepon, dan alamat lengkap. Jika dibuang tanpa dihapus, informasi tersebut berpotensi disalahgunakan. Pada saat yang sama, meningkatnya volume paket berdampak pada bertambahnya sampah kemasan. Edukasi kepada konsumen dinilai penting guna menyeimbangkan keamanan data dan pelestarian lingkungan.
Sebagai bagian dari kampanye edukasi publik, TIKI membagikan panduan sederhana untuk membangun kebiasaan “smart shipping habit” yang dapat diterapkan konsumen saat menerima dan mengelola paket:
- Menghapus atau merobek bagian resi yang berisi informasi pribadi sebelum membuang kemasan. Langkah ini mencegah penyalahgunaan data dari resi atau label pengiriman yang kerap diabaikan.
- Menggunakan kembali kemasan bekas yang masih layak. Kardus, bubble wrap, dan paper wrap dapat dimanfaatkan ulang setelah label lama dilepaskan atau ditutup. TIKI mendorong kebiasaan “Reuse Before You Throw” untuk mengurangi tumpukan sampah kemasan sekaligus menekan biaya tambahan.
- Memilah limbah kemasan dan mengirimkannya ke fasilitas daur ulang. Kardus dan material berbasis kertas sebaiknya disimpan dalam kondisi kering, sementara plastik pembungkus dapat dikumpulkan untuk disalurkan ke bank sampah atau gerai daur ulang.
TIKI menegaskan komitmen dalam menjaga keamanan data pelanggan melalui teknologi enkripsi, autentikasi berlapis, serta pemantauan sistem secara real-time. Perusahaan juga menggunakan label resi berukuran kecil untuk meminimalkan data yang ditampilkan.
Penggunaan resi digital melalui Aplikasi TIKI turut dianjurkan agar konsumen bisa melacak kiriman tanpa menyimpan dokumen fisik.
Selain edukasi keamanan data, TIKI konsisten menjalankan inisiatif keberlanjutan internal. Perusahaan memanfaatkan kemasan ramah lingkungan seperti plastik dengan kandungan OXIUM yang lebih cepat terurai, serta mengurangi penggunaan kertas melalui digitalisasi dokumen pengiriman. Kardus dan karung yang masih layak pakai juga dikumpulkan kembali untuk dimanfaatkan ulang.
Untuk memperkuat pengelolaan kemasan berkelanjutan, TIKI mulai menerapkan sistem reverse logistics pada jenis pengiriman tertentu. Melalui mekanisme ini, kemasan bekas dikumpulkan antar agen dan cabang untuk digunakan kembali, sehingga membantu mengurangi sampah kemasan dan memperpanjang siklus hidup material.
Yulina menegaskan bahwa keberlanjutan merupakan bagian dari tanggung jawab operasional perusahaan. Langkah-langkah seperti inovasi kemasan ramah lingkungan, digitalisasi proses, dan penerapan reverse logistics terus dijalankan untuk menghadirkan rantai logistik yang lebih efisien dan rendah emisi.











