Scroll untuk baca artikel
Nasional

Swasembada Bawa Dampak Fiskal: Bea Masuk Pangan Turun, Bea Keluar Naik Tajam

49
×

Swasembada Bawa Dampak Fiskal: Bea Masuk Pangan Turun, Bea Keluar Naik Tajam

Sebarkan artikel ini
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi bea masuk pada April 2025 hanya mencapai Rp15,4 triliun atau 29,2 persen dari target APBN. Angka ini turun 1,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, penurunan ini bukanlah pertanda negatif, melainkan sinyal positif atas keberhasilan swasembada.

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Penurunan realisasi penerimaan bea masuk sektor pangan pada April 2025 justru menjadi indikator positif.

Hal ini menjadi penegas keberhasilan program swasembada pangan yang selama ini menjadi fokus pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Kementerian Keuangan mencatat penerimaan bea masuk sebesar Rp15,4 triliun, atau setara 29,2 persen dari target APBN 2025, mengalami penurunan 1,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Namun, penurunan ini terjadi bukan karena pelemahan ekonomi atau kinerja perdagangan, melainkan karena tidak adanya impor beras, jagung, dan gula.

“Penurunan ini bukan hal negatif. Justru mencerminkan keberhasilan kita membangun ketahanan pangan. Tanpa impor tiga komoditas utama itu, tentu penerimaan bea masuk menurun. Tapi ini kabar baik,” jelas Wamenkeu Anggito Abimanyu, Senin (26/5).

Baca Juga :   Nge-DJ di Sekolah, FN Man Hadirkan DJ Dipha Barus dan Ari Irham untuk Bikin Good Vibes

Jika komoditas beras, jagung, dan gula dikeluarkan dari perhitungan, bea masuk justru mengalami kenaikan tahunan sebesar 4,3 persen. Artinya, bea masuk dari sektor-sektor lainnya masih tumbuh stabil.

Kemandirian Pangan Mulai Terlihat

Capaian ini tak lepas dari keberhasilan pemerintah dalam menjaga produksi pangan nasional, termasuk menjaga distribusi, memperluas lahan panen, dan memberikan dukungan langsung ke petani.

Presiden Prabowo Subianto, yang didampingi Menko Pangan Zulkifli Hasan dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, meninjau langsung panen raya di Sumatera Selatan pekan lalu sebagai bentuk pengawalan program swasembada.

Baca Juga :   Perkuat Ekonomi Kreatif, UniPin Gagas Kolaborasi Lintas Industri yang Didukung Kemenekraf

Mentan Amran menyebut stok cadangan beras Bulog per 24 Mei telah mencapai 3,9 juta ton, sebuah pencapaian yang mencerminkan kesiapan nasional menghadapi krisis pangan global.

“Ini prestasi bersama petani dan semua pihak. Ketahanan pangan nasional kini jauh lebih kokoh,” tegas Amran.

Data Badan Pusat Statistik turut mendukung pernyataan ini. Produksi beras pada Januari–Juni 2025 diproyeksikan mencapai 18,76 juta ton, naik 11,17 persen dari periode sama tahun sebelumnya. Produksi jagung pipilan diprediksi menyentuh 10,91 juta ton, meningkat 12,88 persen.

Baca Juga :   Mentan Amran Jaga Stabilitas Harga Jagung Petani

Bea Keluar Naik, CPO Jadi Andalan

Sementara bea masuk menurun karena sukses swasembada, penerimaan dari bea keluar justru melonjak tajam.

Per April 2025, penerimaan bea keluar tercatat Rp11,3 triliun, naik 95,9 persen secara tahunan.

Lonjakan ini didorong oleh kenaikan harga ekspor CPO (crude palm oil) yang masih menjadi andalan ekspor nasional.

Dengan kondisi ini, sektor pertanian tak hanya menopang ketahanan pangan nasional, tetapi juga memberi kontribusi nyata terhadap pendapatan negara. (Infopublik.id)