BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – SCG, perusahaan terkemuka di ASEAN, menerapkan teknologi Alternative Fuel & Alternative Raw Material (AF/AR) untuk mengubah limbah industri menjadi bahan bakar dan bahan baku alternatif di pabrik semen PT Semen Jawa, Indonesia. Pada tahun 2023, operasi AF/AR di PT Semen Jawa telah memasuki fase kedua, memungkinkan penggunaan bahan bakar alternatif mencapai 5.000 ton/bulan atau sekitar 19,6% dari total bahan bakar, serta penggunaan bahan baku alternatif sebesar 8.000 ton/bulan atau sekitar 3% dari total bahan baku. SCG turut mendukung target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia sebesar 31,89%, sesuai dengan target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), serta komitmen “Set Net Zero” sebagai bagian dari prinsip ESG 4 Plus Perusahaan.
Menurut Warit Jintanawan, Direktur Negara SCG di Indonesia, “Di SCG, kami meyakini bahwa tanggung jawab lingkungan adalah bagian integral dari kesuksesan jangka panjang dalam bisnis. Melalui penerapan Alternative Fuel & Alternative Raw Material, kami tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga secara aktif mengurangi jejak karbon kami. Pada tahun 2023, kami berhasil melipatgandakan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengintegrasikan bahan baku alternatif dalam proses produksi dalam persentase yang signifikan. Dengan kemajuan ini, kami optimistis melihat peningkatan yang konsisten, baik dalam penggunaan bahan bakar maupun bahan baku, di setiap tahap produksi SCG di seluruh Indonesia melalui berbagai anak perusahaan. Kami berkomitmen untuk beraksi konkret dalam mendukung Indonesia mencapai target ENDC-nya dengan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sebesar 31,89%, serta mewujudkan komitmen ‘Set Net Zero’ sebagai prinsip utama dalam setiap langkah kami.”
Alternative Fuel (AF) atau bahan bakar alternatif berasal dari limbah dan produk sampingan tertentu, baik internal maupun eksternal, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti atau pelengkap batu bara setelah melalui proses pengolahan. Jenis limbah yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif termasuk plastik, karet, bahan tekstil, karbon aktif, serpihan kayu, sekam padi, cangkang kelapa sawit, serabut kelapa, serabut aren, dan limbah tanaman lainnya. Limbah diolah menggunakan sistem co-processing, yaitu pengumpanan dan pembakaran pada suhu 750 – 1.450°C bersama dengan batu bara dalam sistem tertutup yang tidak menghasilkan residu. Pada tahun 2023, penggunaan bahan bakar alternatif di PT Semen Jawa mencapai 5.000 ton/bulan atau sekitar 19,6% dari total penggunaan bahan bakar, meningkat secara signifikan dari 3,6% pada tahun 2022. Pada saat yang sama, PT Dayasa Aria Prima, salah satu anak perusahaan SCG di bidang Packaging, telah menggunakan limbah palet kayu sebagai bahan bakar alternatif sejak 2022, mengurangi penggunaan batu bara hingga 4% atau sekitar 1.211 ton, dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 6-10%.
Sementara itu, Alternative Raw Material (AR) atau bahan baku alternatif meliputi ironslag (terak besi), fly ash dan bottom ash, artificial gypsum, serta limbah B3 dan non-B3 yang mengandung mineral substitusi seperti kalsium, silika, alumina, dan besi. PT Semen Jawa telah menggunakan limbah B3 dan non-B3 sebagai bahan baku alternatif dalam produksi semen dengan sistem co-processing, mencapai 8.000 ton/bulan atau sekitar 3% dari total bahan baku.
SCG terus berperan dalam mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca di semua negara di mana mereka beroperasi, termasuk Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai National Focal Point UNFCCC telah meningkatkan ambisi dalam penurunan emisi gas rumah kaca melalui Enhanced NDC (ENDC) Indonesia, sebesar 31,89% dengan kemampuan domestik dan 43,20% dengan dukungan internasional.
Peningkatan efisiensi produksi melalui adopsi teknologi yang mendorong penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif merupakan salah satu implementasi dari komitmen ESG 4 Plus di SCG, yang merupakan landasan operasional perusahaan yang dipersonalisasi dari kerangka kerja ESG (Environmental, Social, dan Governance) global. ESG 4 Plus terdiri dari empat komitmen utama; mencapai Nol Bersih Emisi per Tahun 2050 (Set Net Zero), mewujudkan Industri Hijau (Go Green), menekan Kesenjangan Sosial (Reduce Inequality), dan merangkul Kolaborasi (Embrace Collaboration), dengan Keadilan dan Transparansi dalam setiap operasi (Plus). (saf)