Scroll untuk baca artikel
Nasional

Pelajar Berinovasi demi Memperluas Aksesibilitas Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan

32
×

Pelajar Berinovasi demi Memperluas Aksesibilitas Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan

Sebarkan artikel ini
Para pelajar Mentari Intercultural School (MIS) Grand Surya merancang aplikasi ruang terbuka hijau dan sistem transportasi otomatis

BISNISASIA.CO,ID, JAKARTA — Dalam kompetisi tahunan keempat “Made to Move Communities” yang digelar Otis, para pelajar dan mahasiswa mengembangkan solusi mobilitas inovatif yang memperluas akses ruang hijau terbuka bagi masyarakat perkotaaan untuk meningkatkan taraf hidup para warga.

Otis (NYSE: OTIS) adalah perusahaan terbesar di dunia yang memproduksi, menginstalasi, dan merawat elevator dan eskalator.

Kompetisi global 2023-2024 ini melibatkan lebih dari 240 pelajar dan mahasiswa di 15 negara dan wilayah. Dibimbing relawan Otis yang menjadi mentor, pelajar dan mahasiswa ini menggunakan konsep desain untuk mengembangkan solusi mobilitas yang memanfaatkan teknologi mutakhir guna memperluas aksesibilitas taman bagi warga disabilitas atau warga yang tinggal di kota-kota yang kurang terlayani—meningkatkan taraf hidup masyarakat dan merumuskan masa depan komunitas perkotaan.

Baca Juga :   Mendagri Tekankan Pentingnya Pemerataan Pembangunan untuk Hindari Resesi Ekonomi

Tim-tim peserta kompetisi lalu mempresentasikan proposal berbasiskan STEM di hadapan dewan juri Otis. Dewan juri kemudian memilih para pemenang dan memberikan hadiah untuk masing-masing sekolah dan kampus. Dengan demikian, pihak sekolah dan kampus dapat meningkatkan program STEM agar semakin banyak pelajar dan mahasiswa yang memperoleh manfaatnya.

“Di tengah laju urbanisasi yang berlangsung pesat di Indonesia, kita harus memprioritaskan pengembangan ruang terbuka hijau demi meningkatkan taraf hidup warga dan keberlanjutan lingkungan hidup,” ujar Joseph Hasnan, Managing Director, Otis Indonesia.

“Relawan Otis yang menjadi mentor dalam kompetisi ini gembira berkolaborasi dengan para pelajar Mentari Intercultural School (MIS) Grand Surya untuk mengajukan proposal yang meningkatkan aksesibilitas ruang terbuka hijau bagi publik, serta mengubah lingkungan perkotaan.”

Para pelajar MIS Grand Surya yang meraih penghargaan “Honorable Mention” dalam kompetisi ini merancang konsep aplikasi ruang terbuka hijau.

Baca Juga :   PUPR Manfaatkan Aplikasi RUTENA INA RISK untuk Tangani Dampak Gempa di Pulau Bawean

Aplikasi ini menjadi solusi terintegrasi yang membantu masyarakat menemukan ruang terbuka hijau terdekat menurut kebutuhan dan preferensi mereka. Di sisi lain, para pelajar tersebut juga mengajukan gagasan tentang sistem transportasi otomatis dan ramah lingkungan agar warga semakin cepat dan efisien menjangkau ruang terbuka hijau.

“Di Mentari, misi kami adalah membina sosok yang mampu belajar dalam jangka panjang dengan pola pikir yang mengutamakan perkembangan diri (growth mindset) dan sikap positif untuk berkontribusi kepada masyarakat,” kata Yudi Kristianto, Vice Principal, Mentari Intercultural School Grand Surya.

“Dengan mengikuti kompetisi ‘Made to Move Communities’ Otis, para siswa kami tak hanya memperluas wawasan seputar konsep Science, Technology, Engineering and Mathematical (STEM), namun juga mendapat kesempatan untuk mengemban peran penting sebagai arsitek yang merancang ruang publik di perkotaan.”

Baca Juga :   Atasi Banjir Karawang-Bekasi, Brantas Abipraya Bangun Bendungan Cijurey

Sejak 2020, kompetisi pelajar dan mahasiswa global yang digelar setiap tahun ini telah melibatkan ratusan karyawan Otis sebagai mentor bagi lebih dari 750 pelajar dan mahasiswa.

Dengan berkolaborasi, mereka mengembangkan dan mengajukan gagasan tentang solusi mobilitas yang menjawab tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat dalam bidang mobilitas. Kompetisi ini juga mempercepat pencapaian tiga target ESG yang telah dicanangkan Otis: mendatangkan manfaat bagi 15.000 pelajar dan mahasiswa di seluruh dunia melalui STEM dan pendidikan kejuruan, mengalokasikan 50% donasi untuk program STEM, serta melaksanakan 500.000 jam kerja karyawan yang menjadi tenaga relawan pada 2030. (tch)