Scroll untuk baca artikel
Industri

MenKopUKM Dukung Inovasi Serat Rami untuk Dongkrak Industri Tekstil Nasional

50
×

MenKopUKM Dukung Inovasi Serat Rami untuk Dongkrak Industri Tekstil Nasional

Sebarkan artikel ini
MenKopUKM Teten Masduki saat kunjungannya ke CV Ramindo Berkah Persada Sejahtera (Rabersa) di Dusun Gandok, Kalikajar, Wonosobo, Jawa Tengah, pada Sabtu (30/3).

BISNISASIA.CO.ID, WONOSOBO – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendorong inovasi dalam pengembangan komoditas rami, yang mampu menghasilkan serat kain dan benang sebagai alternatif bahan baku bagi industri tekstil nasional.

“Terkait kondisi industri tekstil kita yang berhadapan dengan tantangan produksi massal dari China, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berupaya keras untuk menjaga kompetitivitasnya. Rami menawarkan produktivitas yang sangat baik dan berpotensi menjadi pilar ekonomi kita, terutama dalam mendukung industri tekstil dalam negeri,” ujar MenKopUKM Teten Masduki saat kunjungannya ke CV Ramindo Berkah Persada Sejahtera (Rabersa) di Dusun Gandok, Kalikajar, Wonosobo, Jawa Tengah, pada Sabtu (30/3).

Rami dari Indonesia memiliki kualitas yang sangat baik dan potensial untuk menjadi landasan bagi industri tekstil nasional.

Menurut Menteri Teten, upaya pengolahan rami yang dilakukan oleh CV Rabersa, meskipun dalam skala yang sederhana, telah menerapkan proses yang setara dengan industri. Produk yang dihasilkan juga tidak kalah baiknya dengan produk pakaian yang beredar di pasaran.

“Industri ini membutuhkan pemodernan dalam ekosistemnya. Jika rami dapat menjadi sumber serat nasional, maka kita dapat membangun rantai pasok yang melibatkan petani-petani kecil di Indonesia. Ini akan menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa,” tambahnya.

Menurutnya, sektor hilir industri tekstil saat ini telah menunjukkan perkembangan yang positif, namun masih bergantung pada impor bahan baku karena ketersediaan bahan baku lokal yang terbatas.

“Dari segi ekonomi sirkular, penggunaan rami memiliki potensi besar. Daunnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, biomassa dari ternak digunakan untuk pupuk organik, dan bulu domba dapat diolah menjadi benang wol, sehingga kita menciptakan sistem zero waste. Manfaat ekonomi sirkular ini akan dirasakan oleh para petani,” ungkap MenKopUKM.

Baca Juga :   Kemitraan UMKM dengan Industri Otomotif Kunci Utama Menuju Industrialisasi Sektor Otomotif

Saat ini, Indonesia juga tengah berupaya memperkuat posisinya dalam industri modest fashion melalui berbagai acara internasional. Dalam persaingan di industri ini, kekhasan dan keunikan produk menjadi kunci bagi Indonesia.

Untuk mendukung pengembangan serat rami sebagai langkah strategis dalam meningkatkan industri tekstil, KemenKopUKM bersama Pemerintah Daerah Wonosobo merencanakan pembangunan Rumah Produksi Bersama (RPB) serat rami.

“Diperlukan sekitar 5.000 meter persegi area yang dikelola secara berbasis koperasi multipihak, agar memudahkan kita dalam mencari investor yang tertarik pada produk khusus dan ketersediaan bahan baku,” jelas Menteri Teten.

Pada bulan Januari 2024, neraca perdagangan komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia (kode HS 50-63) mencatatkan surplus sebesar 210 juta dolar AS. Meskipun secara keseluruhan TPT mengalami surplus, namun komoditas seperti sutra (HS 50), wol (HS 51), kapas (HS 52), dan serat tekstil nabati (HS 53) masih mengalami defisit.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan serat alam, Indonesia masih mengimpor serat alam sekitar tiga kali lipat dari nilai ekspornya (rata-rata impor 2,448 miliar dolar AS sedangkan rata-rata ekspor 0,841 miliar dolar AS).

Wakil Bupati Kabupaten Wonosobo, Muhammad Albar, yang turut hadir dalam kunjungan MenKopUKM, menyambut baik dukungan pemerintah dalam pengembangan potensi rami. “Dengan kehadiran MenKopUKM, saya yakin potensi rami akan semakin dikenal secara nasional dan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Wonosobo maupun secara lebih luas, di tingkat nasional,” katanya.

Baca Juga :   Industri Alat Kesehatan Nasional Raih Kerja Sama Sebesar 1 Juta Euro saat Pameran Arab Health 2024

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) CV Rabersa, Wibowo Akhmad, menjelaskan bahwa sejak berdiri pada tahun 1999, perusahaan ini telah menghasilkan produk setengah jadi berupa serat rami inagrass. Produk CV Rabersa saat ini dipasok kepada dua perusahaan ekspor, yaitu PT Retota di Magelang dan PT Gisapda di Pekalongan.

Kedua perusahaan ini menggunakan serat rami tersebut sebagai bahan home decoration, dengan sebagian besar produknya diekspor khususnya ke Amerika Serikat. “Produk kami, serat inagrass rami, mendapat permintaan dari beberapa negara lain. Namun, permintaan tersebut belum dapat kami penuhi sepenuhnya karena kendala dalam mesin produksi, modal, dan ketersediaan lahan,” ungkapnya.

Beberapa negara yang menjadi pasar potensial bagi produk rami Indonesia antara lain China dengan permintaan sebesar 40 ton per bulan (setara dengan 1 kontainer 40 ft), Korea Selatan sebanyak 1 ton per bulan (dari perusahaan di Indonesia), dan Jepang dengan permintaan sebesar 400 ton per bulan (dari PT Tosca Corp). Negara-negara tersebut mengakui bahwa produk rami Indonesia memiliki kualitas lebih baik dibandingkan produk dari Vietnam dan Thailand.

“Namun untuk dapat memenuhi permintaan tersebut, kami membutuhkan lahan minimal 200 hektar dengan pola panen rami setiap 60 hari. Saat ini, lahan yang tersedia baru mencapai 25 hektar,” tambahnya.

Baca Juga :   ZTE Masuk dalam "A List" CDP sebagai Pemimpin Aksi Iklim

Wibowo berharap agar kerja sama dengan KemenKopUKM dapat terus berlanjut dan berkembang. Ia tidak hanya bermimpi untuk membangun industri, tetapi juga untuk mengedukasi masyarakat tentang manfaat dari serat alam.

“Tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai sarana untuk melihat bagaimana tanaman menjadi kain, bagaimana bulu domba menjadi bahan kain, dan bagaimana semua itu memiliki nilai ekonomi. Kami berharap dapat mewujudkan edukasi tentang serat alam Indonesia dengan dukungan dari semua pihak, terutama KemenKopUKM,” ucapnya.

KemenKopUKM bersama CV Rabersa dan KaIND (Kain Indonesia) Sustainable Fashion yang dipimpin oleh Melie Indarto, seorang penggiat sutera dari Pasuruan, saat ini sedang menyusun studi kelayakan dan perhitungan untuk pengembangan sentra industri serat alam dengan pendekatan Integrated Farming. Rencananya, sentra ini akan dioperasikan oleh koperasi dan UKM sebagai suatu ekosistem bisnis untuk serat alam dari berbagai bahan baku seperti Rami, Nanas, Wol Bulu Domba, dan Sutera Eri.

Untuk memastikan pasokan bahan baku yang stabil, KemenKopUKM telah memfasilitasi koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang yang merupakan sentra produksi nanas madu. Di masa mendatang, kabupaten ini diharapkan dapat menjadi pusat logistik pasokan bahan baku daun nanas.

Dalam kesempatan yang sama, MenKopUKM Teten Masduki juga mengunjungi peternakan domba yang merupakan bagian dari ekosistem ekonomi sirkular dalam industri tekstil, melalui pendekatan Integrated Farming. (saf)