BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA — Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus menjadi penopang utama perekonomian Indonesia, dengan kontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hingga 97% tenaga kerja. Namun, banyak pelaku UMKM masih menghadapi keterbatasan dalam manajemen, pemasaran, hingga kualitas produk.
Fenomena ini terlihat jelas di Desa Malanggaten, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Desa dengan 208 UMKM aktif dan produksi padi mencapai 858 ton per tahun ini tengah bertransformasi berkat pendampingan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS). Sebagian besar UMKM bergerak di sektor kuliner, namun baik sektor kuliner maupun lainnya masih terkendala pengelolaan usaha. Bahkan sekitar 10% produksi beras tidak memenuhi standar pasar. Kondisi inilah yang mendorong mahasiswa UNS untuk hadir membantu UMKM desa agar naik kelas.
Melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian UNS meluncurkan program “Lokawira Mandiri”, sebuah inisiatif untuk memperkuat UMKM desa melalui hilirisasi beras, digitalisasi, dan penguatan kelembagaan. Program ini dijalankan di bawah bimbingan dosen dan praktisi agribisnis UNS, Ernoiz Antriyandarti, serta dipimpin oleh Dekan Fatur Rohman.
“Melalui Lokawira Mandiri, kami ingin menghadirkan solusi yang tidak hanya meningkatkan kapasitas UMKM, tetapi juga membuka lapangan kerja baru melalui produk inovatif berbasis beras seperti cireng nasi, rice cracker, dan gipang,” ujar Fatur Rohman.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk Komunitas Lokawira Mandiri sebagai wadah resmi bagi UMKM lokal, PKK desa, dan BUMDes. Melalui proses wawancara, dipilih Dina—seorang pelaku usaha—sebagai ketua komunitas. Tim mahasiswa juga memfasilitasi pendaftaran legalitas organisasi ke instansi terkait, sehingga Lokawira Mandiri memiliki pijakan hukum yang sah untuk berkembang.
“UMKM di Desa Malanggaten banyak, namun belum ada wadah bersama. Dengan adanya Lokawira Mandiri, kami berharap UMKM dapat lebih maju dan meningkatkan kesejahteraan warga,” kata Sunarto, Kepala Desa Malanggaten.
Selain memperkuat kelembagaan, para pelaku usaha dilatih untuk meningkatkan kapasitas usaha. Di bawah bimbingan Ernoiz Antriyandarti, mereka belajar membuat akun e-commerce, mengelola media sosial bisnis, hingga memasarkan produk dengan konsep branding modern. Produk berbasis beras yang dihasilkan juga tengah diproses untuk mendapatkan sertifikasi halal agar lebih mudah diterima pasar yang lebih luas.
Bagi banyak pelaku UMKM, kesempatan ini membuka harapan baru. Dina merasakannya secara langsung. “Biasanya beras yang tidak laku hanya jadi limbah. Sekarang bisa diolah jadi camilan yang punya nilai jual. Dengan adanya komunitas ini, kami juga jadi lebih percaya diri mengembangkan usaha bersama,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, tim mahasiswa turut menyerahkan alat pengolahan produk untuk meningkatkan kapasitas produksi. Program ditutup dengan lokakarya bersama pemerintah desa, akademisi, mitra bisnis, dan komunitas UMKM yang menghasilkan strategi pemasaran bersama serta peluang kolaborasi jangka panjang.
Inisiatif ini sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada aspek pertumbuhan ekonomi inklusif dan penciptaan lapangan kerja. Ke depan, Desa Malanggaten diproyeksikan menjadi model Desa Agrosociopreneur Inklusif Berkelanjutan, yang tidak hanya menginspirasi desa lain di Karanganyar, tetapi juga menjadi contoh pemberdayaan UMKM di tingkat nasional.