Scroll untuk baca artikel
Nasional

Kemenperin Ajak IKM Tenun Gunakan Pewarna Alam untuk Tingkatkan Daya Saing

68
×

Kemenperin Ajak IKM Tenun Gunakan Pewarna Alam untuk Tingkatkan Daya Saing

Sebarkan artikel ini
Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan (Dit. IKM KSK), Budi Setiawan.

BISNISASIA.CO.ID, PENAJAM PASER UTARA – Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) terus berupaya untuk meningkatkan daya saing Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia. Salah satu sektor yang mendapatkan perhatian khusus adalah IKM wastra, di mana kain tenun menjadi salah satu komoditas unggulan yang kaya akan nilai budaya Indonesia.

Kain tenun sebagai bagian dari industri tekstil memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Buku Profil Industri Mikro dan Kecil 2022, industri tekstil menempati urutan keempat sektor industri kecil terbanyak, dengan lebih dari 300 ribu unit usaha, serta menyerap sekitar 450 ribu tenaga kerja pada tahun 2022. Kain tenun juga memiliki potensi pasar global yang besar, dengan ekspor kain tenun ikat pada tahun 2024 diperkirakan mencapai nilai USD 701,6 juta.

Menurut Direktur Jenderal IKMA, Reni Yanita, kain tenun memiliki daya tarik internasional yang kuat berkat keindahan dan kekayaan budayanya. “Kain tenun merupakan produk budaya Indonesia yang dikenal luas hingga mancanegara, dan berpotensi memberikan dampak ekonomi yang besar. Oleh karena itu, kita harus terus melestarikan dan mengembangkan industri ini,” ujarnya pada acara di Jakarta (18/03).

Namun, para pelaku industri kain tenun menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas dan inovasi produk, salah satunya terkait dengan bahan pewarna. Untuk itu, Ditjen IKMA mendorong IKM tenun agar beralih menggunakan pewarna alam.

Pewarna alam tidak hanya ramah lingkungan dan sesuai dengan prinsip industri hijau, tetapi juga melimpah di sekitar kita. Reni menambahkan, “Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang bisa dijadikan bahan pewarna alami, seperti kunyit, kayu nangka, daun mangga, jambu biji, dan lainnya. Sudah sewajarnya kita memanfaatkan kekayaan alam kita untuk mewarnai kain tenun sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.”

Baca Juga :   Mentan Amran Pastikan Tambahan Anggaran untuk Produksi dan Pupuk Bersubsidi Segera Terealisasi

Selain lebih ramah lingkungan, pewarna alam juga menawarkan keuntungan ekonomi dan dapat meningkatkan daya saing produk tenun Indonesia di pasar global. “Penggunaan pewarna alam tidak hanya memberikan corak yang khas, tetapi juga memenuhi preferensi konsumen yang semakin peduli terhadap isu keberlanjutan,” tambah Reni.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan daya saing, Ditjen IKMA bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggelar kegiatan “Bimbingan Teknis Pewarnaan Alam IKM Tenun di Kalimantan Timur” yang berlangsung di Kabupaten Penajam Paser Utara pada 18-21 Maret 2025.

Bimbingan teknis ini merupakan rangkaian perayaan HUT Dekranas ke-45 yang dibuka pada 11 Maret 2025. Kegiatan ini melibatkan Dinas KUKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Penajam Paser Utara, Ketua Dekranasda Kota Penajam Paser Utara, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, dan Kepala Desa Telemow. Sebanyak 20 IKM Tenun dari Kabupaten Penajam Paser Utara mengikuti kegiatan ini, dengan instruktur dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJI Kerajinan dan Batik).

Baca Juga :   Pendampingan Teknis IKM Olahan Kelapa dan Tenun di Lombok, Tingkatkan Kapasitas dan Daya Saing

Menurut Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan (Dit. IKM KSK), Budi Setiawan, sebagian besar kegiatan bimbingan teknis terdiri dari praktik langsung. “Peserta akan langsung terjun ke lapangan dan mempraktikkan proses pewarnaan alam pada benang tenun. Mereka juga akan memanfaatkan bahan pewarna alam yang tersedia di sekitar mereka, sehingga dapat menghasilkan produk tenun dengan ciri khas lokal,” tutupnya.

Dengan langkah ini, diharapkan para pelaku IKM tenun dapat lebih berdaya saing di pasar global dengan produk yang lebih ramah lingkungan dan bernilai tambah tinggi. (saf)