Scroll untuk baca artikel
Lifestyle

Jangan Tunggu Kuning: Hepatitis Masih Jadi Epidemi Diam yang Mengintai Jutaan Warga Indonesia

2
×

Jangan Tunggu Kuning: Hepatitis Masih Jadi Epidemi Diam yang Mengintai Jutaan Warga Indonesia

Sebarkan artikel ini
Wajah ceria seorang anak tak selalu menandakan tubuh yang sehat. Di balik senyuman itu, bisa saja tersembunyi virus hepatitis B atau C yang telah menginfeksi sejak bayi—tanpa gejala, tanpa disadari. Sayangnya, infeksi diam-diam ini bisa bertahan puluhan tahun, hingga tiba-tiba muncul sebagai kerusakan hati berat atau kanker hati di usia produktif

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Wajah ceria seorang anak tak selalu menandakan tubuh yang sehat. Di balik senyuman itu, bisa saja tersembunyi virus hepatitis B atau C yang telah menginfeksi sejak bayi—tanpa gejala, tanpa disadari.

Sayangnya, infeksi diam-diam ini bisa bertahan puluhan tahun, hingga tiba-tiba muncul sebagai kerusakan hati berat atau kanker hati di usia produktif.

Inilah mengapa hepatitis disebut sebagai silent epidemic. Tanpa gejala yang jelas di awal, jutaan orang Indonesia membawa virus ini tanpa menyadarinya.

28 Juta Terinfeksi, Mayoritas Belum Terdeteksi

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, sekitar 28 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap hepatitis B atau C. Yang mengejutkan, hanya 10% yang telah terdiagnosis, dan lebih sedikit lagi yang mendapatkan pengobatan. WHO pun menempatkan hepatitis dalam kategori epidemi diam-diam (silent epidemic) karena sifatnya yang tanpa gejala hingga mencapai stadium lanjut seperti sirosis hati atau kanker hati.

Hepatitis B menjadi jenis paling umum di Indonesia, disusul oleh hepatitis C. Penularan terbanyak terjadi secara perinatal—dari ibu ke bayi saat persalinan—serta lewat darah dan cairan tubuh.

Baca Juga :   Kata Ilmu Pengetahuan Terkait Mimpi Berwarna dan Hitam Putih 

Gejala Sering Diabaikan

Sebagian besar penderita hepatitis kronis tidak merasakan gejala apa pun. Kalaupun ada, gejala awal yang muncul sering dianggap ringan atau dikaitkan dengan penyakit umum lainnya.

Gejala Umum Hepatitis:

  • Kulit dan mata menguning
  • Urine gelap seperti teh
  • Tinja pucat
  • Kelelahan berat
  • Nyeri di perut kanan atas
  • Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan
  • Demam ringan

Pada anak, gejala ini bisa lebih ringan—atau bahkan tidak muncul sama sekali. Namun infeksi yang menetap bisa menggerogoti hati seiring waktu.

“Anak-anak bisa terinfeksi sejak lahir tanpa menunjukkan gejala,” jelas dr. Ahmar Abyadh, Sp.PD-KGEH, FINASIM, Mkes, Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi dari Primaya Hospital Bekasi Barat. “Tes darah sangat penting untuk deteksi dini, karena kerusakan hati bersifat progresif.”

Segmentasi Risiko Berdasarkan Usia:

  • Anak & Remaja: Rentan hepatitis A dan E akibat konsumsi makanan/minuman tercemar.
  • Usia Produktif (20–49 tahun): Rentan hepatitis B dan C akibat hubungan seksual tidak aman, transfusi darah tidak steril, atau penggunaan jarum suntik bersama.
  • Lansia: Rentan hepatitis karena konsumsi obat jangka panjang dan menurunnya fungsi metabolisme hati.
Baca Juga :   THE 1O1 Jakarta Airport CBC hadirkan Homemade All You Can Eat Dimsum Sunday Brunch

Harapan di Tengah Ancaman

Kabar baiknya, hepatitis bisa dikendalikan—bahkan disembuhkan, tergantung jenisnya.

  • Hepatitis A & E: Bisa sembuh total tanpa komplikasi jangka panjang.
  • Hepatitis B: Dapat dikontrol dengan terapi antivirus (TAF) untuk mencegah kerusakan hati.
  • Hepatitis C: Bisa disembuhkan dengan terapi generasi baru (DAA) dengan tingkat keberhasilan lebih dari 95%.

Teknologi Maju, Tapi Tak Cukup

Beberapa kemajuan yang kini tersedia:

  • Terapi antiviral generasi terbaru (TAF, DAA)
  • Vaksin berbasis DNA dan mRNA yang sedang dikembangkan
  • Tes cepat (rapid test) dan PCR portabel
  • Individualisasi terapi berdasarkan profil virus tiap pasien

Namun, seperti ditegaskan para ahli, teknologi saja tidak cukup. Tanpa dukungan kebijakan publik dan kesadaran masyarakat, laju penularan hepatitis akan sulit dihentikan.

Baca Juga :   70% Kasus Kanker Serviks Ditemukan Terlambat, Ahli Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini dan Kesiapan Finansial

“Kebanyakan pasien datang ketika sudah komplikasi. Karena itu edukasi dan skrining harus menjadi bagian dari sistem kesehatan nasional,” kata dr. Ahmar.

Rekomendasi Kebijakan dan Aksi Nyata

Agar Indonesia mampu mengendalikan hepatitis secara sistemik, dibutuhkan langkah konkret:

  1. Perluasan vaksinasi hepatitis B, terutama bagi bayi baru lahir dan populasi berisiko.
  2. Skrining gratis dan massal bagi kelompok risiko tinggi.
  3. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, termasuk pelatihan mendeteksi gejala dini dan tata laksana infeksi kronis.
  4. Edukasi publik melalui kampanye yang menjangkau sekolah, tempat ibadah, dan media sosial.

Jaga Hati, Sebelum Terlambat

Hepatitis bukan hanya soal virus. Ini tentang kesadaran, deteksi dini, dan keberpihakan sistem kesehatan terhadap isu yang selama ini luput dari perhatian publik.

Saat gejalanya muncul, bisa jadi sudah terlambat.

Maka, jangan tunggu kuning. Lakukan tes, edukasi keluarga, dan lindungi hati Anda. Karena kesehatan hati adalah pondasi hidup yang sehat dan produktif.