BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Rumah Sakit (RS) Prof. Ngoerah Bali pada Senin (2/9). Gedung KIA ini merupakan gedung kelima yang diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi, didampingi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, tiba di lokasi pukul 14.30 Waktu Indonesia Tengah (WITA). Setibanya di lokasi, Presiden langsung masuk gedung baru untuk meninjau poliklinik anak, ruang bersalin, dan ruang operasi krisan (OK).
Setelah meninjau ruangan, Presiden mengaku sangat kagum dengan desain bangunan dan interior ruangan yang selayaknya hotel bintang lima.
“Saya masuk tadi ke gedung baru RS Prof Ngoerah ini seperti masuk hotel bintang lima, ruang tunggu sangat bagus, furniture ditata sangat bagus sekali,” ucap Presiden.
Presiden menambahkan, setiap ruangan juga telah dilengkapi dengan peralatan kesehatan yang canggih dan modern. Ia optimistis berbagai peralatan yang tersedia dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Bali, bahkan di seluruh Indonesia.
“Ini akan mengurangi kematian ibu dan anak di Provinsi Bali dan pada umumnya di negara kita Indonesia,” kata Presiden Jokowi.
Kepala Negara juga menyampaikan, pembangunan gedung dengan kapasitas 326 tempat tidur ini telah menelan anggaran sebesar Rp 233 miliar. Presiden menilai, besarnya anggaran bukanlah masalah utama, asalkan digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
“Tapi tidak apa-apa, asal masyarakat khususnya ibu dan anak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya,” tutur Presiden Jokowi.
Menkes Budi menyampaikan latar belakang pembangunan gedung pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut. Menurutnya, pembangunan gedung setinggi lima lantai dengan satu lantai rubanah (basement) ini didorong oleh tingginya angka kematian bayi di Indonesia, yaitu sekitar 78 ribu kematian setiap tahunnya.
“Setiap tahunnya sebanyak 78 ribu bayi meninggal dari 4,6 juta yang lahir. Indonesia termasuk yang paling tinggi, itu di atas 15/1.000, negara-negara maju bisa 2/1.000,” kata Menkes Budi.
Menkes Budi menyampaikan, penyebab utama tingginya angka kematian bayi di Indonesia karena prematur, yakni bayi yang lahir saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu dan memiliki berat badan di bawah bayi normal yang berkisar 2,5-4 kilogram (kg).
“Paling banyak meninggal di Indonesia karena prematur. Persoalan menikah terlampau cepat, ada masalah didalam kandungannya, maka dibawah 37 minggu lahirnya,”terangnya.
Menkes Budi mengungkapkan, saat ini pemerintah telah membagi fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan kemampuannya dalam menangani kelahiran prematur.
Pelayanan di tingkat puskesmas untuk membantu persalinan bayi dengan berat badan di bawah 2.000 gram. Sementara itu, RSUD di 514 kabupaten/kota siap membantu kelahiran bayi dengan berat badan di bawah 1.800 gram atau usia kehamilan >34 minggu.
Selanjutnya, rumah sakit provinsi memiliki kompetensi untuk menangani persalinan bayi dengan berat badan hingga 1.000 gram atau usia kehamilan lebih dari 28 minggu. Sementara itu, rumah sakit vertikal memiliki kemampuan untuk menangani persalinan dan perawatan bayi dengan berat badan di bawah 1.000 gram atau usia kehamilan di bawah 28 minggu.
“Itu sebabnya dibangun gedung pelayanan ibu dan anak untuk menangani kelahiran dibawah 1 kg, karena (jumlahnya) masih banyak dan mengurangi kematian,” kata Menkes.
Direktur Utama RS Prof. Ngoerah, I Wayan Sudana, menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada pemerintah pusat atas bantuan serta dukungan yang diberikan kepada RS Prof. Ngoerah dalam pembangunan gedung baru tersebut.
“Saya sangat bahagia dan terima kasih kami ucapkan untuk Presiden dan Menteri Kesehatan untuk gedung yang sangat luar biasa ini,” ucapnya.
Ia berharap, gedung baru yang telah dilengkapi dengan alkes super canggih ini akan meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pada ibu dan anak. Dengan demikian, tujuan dari pembangunan gedung baru ini yakni menurunkan angka kematian ibu dan bayi, khususnya di wilayah Bali dan sekitarnya, tercapai.