Scroll untuk baca artikel
Industri

FedEx Survey Terbaru, Asia Tenggara Hadir Top Growth Market untuk Wilayah APAC

45
×

FedEx Survey Terbaru, Asia Tenggara Hadir Top Growth Market untuk Wilayah APAC

Sebarkan artikel ini
Temuan utama dari survei ini adalah 68% responden melihat potensi pertumbuhan terbesar di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

BISNISASIA.CO.ID, SINGAPURA – FedEx Express (FedEx), anak perusahaan dari FedEx Corp. (NYSE: FDX) dan salah satu perusahaan transportasi terbesar di dunia, hari ini membagikan temuannya dari laporan riset terbaru yang bekerjasama dengan Forbes Insights, yang bertujuan untuk mengidentifikasi tren utama pertumbuhan internasional bagi usaha kecil dan menengah (UKM) di Kawasan Asia Pasifik selama tiga tahun kedepan. Survei ini mengidentifikasi peluang pertumbuhan bagi usaha kecil serta tantangan mereka terhadap perdangangan lintas-batas internasional.

Survei dilakukan pada 250 pemimpin usaha kecil dan menengah, termasuk para pendiri dan eksekutif C-suite, di berbagai sektor industri di kawasan Asia Pasifik.

Temuan utama dari survei ini adalah 68% responden melihat potensi pertumbuhan terbesar di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Menurut hasil laporan, Pertumbuhan ekonomi, kedekatan budaya dan peningkatan kesepakatan perdagangan regional memicu optimisme di pasar ASEAN. Sementara itu 88% dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka merencanakan perluasan basis pelanggan secara global dalam tiga tahun ke depan, para pemimpin bisnis di APAC merasa lebih sulit melakukan bisnis dengan mitra, pemasok, dan pelanggan di pasar seperti Eropa, Amerika Utara dan Selatan.

Baca Juga :   Ekspansi Global, PGE Tandatangani Perjanjian dengan Pengembang Panas Bumi di Turki

Masih ada tantangan untuk mewujudkan peluang lintas batas bahkan di kawasan APAC. Ketika ditanyakan mengenai hambatan dalam ekspansi internasional, sebagian dari responden menyebutkan persyaratan dan dokumentasi bea cukai yang rumit sebagai hambatan utama mereka dalam mencari pelanggan baru (45%) dan menemukan mitra atau pemasok di pasar global (42%). Dengan keterbatasan peraturan perdagangan internal, menjadikan berbagai peraturan bea cukai di seluruh pasar masih tetap rumit, menurut responden.

“Data kami menunjukkan bahwa hambatan ekonomi dan persaingan global dipandang sebagai tantangan bisnis yang paling mendesak bagi UKM di Asia saat ini. Pasar di Asia Tenggara saat ini tumbuh lebih cepat dibandingkan negara-negara lain di dunia, sehingga masuk akal bagi negara-negara tersebut untuk fokus pada perdagangan intra-Asia,” kata Kawal Preet, Presiden FedEx Express untuk Kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika. “Namun masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi hambatan masuk ke pasar internasional meskipun terdapat peningkatan jumlah perjanjian perdagangan regional dan bilateral. Memahami cara menavigasi peraturan bea cukai yang rumit adalah hal yang memungkinkan mitra ahli seperti FedEx dapat memberikan nilai tambah sehingga memungkinkan UKM untuk berkonsentrasi pada kekuatan inti mereka.”

Baca Juga :   Profesor Unpar Ini Harap Kebijakan Pelarangan Angkutan Logistik Saat Libur Keagamaan Tak Dilakukan Mendadak

Menurut Ross Gagnon, Executive Director of Research, Forbes Insights, “Temuan ini memberikan wawasan berharga mengenai bidang-bidang dengan pertumbuhan tinggi dan hambatan yang terus dihadapi UKM yang berorientasi ekspor. Kolaborasi yang berfokus pada membuka peraturan perbatasan dan menjembatani kesenjangan digital akan menjadi kunci untuk mewujudkan ambisi internasional mereka.”

Baca Juga :   Apical Berinvestasi 1 Miliar Dolar AS untuk Ekspansi Produk Hilir Minyak Sawit di Dumai

Meningkatkan pengalaman pelanggan merupakan prioritas bisnis dengan peringkat tertinggi bagi UKM (57%). Meskipun usaha kecil biasanya hanya menginvestasikan 5% dari total pendapatan anggaran IT tahunan untuk kemampuan transaksi digital, teknologi digital dipandang berperan penting dalam mengatasi tantangan pengalaman pelanggan dengan menerapkan analitik, machine learning, AI, pelacakan real-time dan solusi visibilitas serta pelatihan teknologi untuk meningkatkan keterampilan karyawan. Meskipun potensi teknologinya jelas, hampir tiga perempat (71%) responden menyatakan bahwa mengembangkan atau menerapkan strategi digital adalah tantangan terbesar mereka, diikuti oleh mitigasi ancaman keamanan (65%) dan biaya untuk meningkatkan sistem yang ada (64%).

Ketika keterampilan khusus dan biaya tidak terjangkau, transformasi digital dapat disederhanakan dengan memilih mitra yang memiliki alat dan platform digital sendiri yang dapat mereka gunakan atau gabungkan ke dalam platform mereka sendiri.