Scroll untuk baca artikel
Lifestyle

Alzheimers Disease Internasional dan Alzheimer Indonesia Serukan Peningkatkan Kesadaran & Pengurangan Stigma

38
×

Alzheimers Disease Internasional dan Alzheimer Indonesia Serukan Peningkatkan Kesadaran & Pengurangan Stigma

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi demensia (halodoter)

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Tahun 2050 mendatang sekitar 4 Juta orang di Indonesia diperkirakan akan hidup dengan demensia, meningkat lebih dari 300% dari perkiraan saat ini sebesar 1,2 Juta Orang. Pada Bulan Alzheimer Sedunia ini, Alzheimer’s Disease International (ADI) dan Alzheimer’s Indonesia (ALZI) meningkatkan kesadaran, menentang stigma dan diskriminasi yang masih ada di sekitar kondisi tersebut.

ADI dan ALZI mendesak pemerintah, masyarakat, dan individu untuk menyadari urgensi situasi ini dan mengambil tindakan untuk meningkatkan tingkat kesadaran dan menentang stigma yang masih menjadi penghalang untuk diagnosis, pengobatan, perawatan, dan dukungan.

“Seiring meningkatnya kesadaran publik atas demensia dan Alzheimer, semakin penting pula untuk menyadari bahwa semua orang bisa berperan aktif dalam mencegah orang terdekat kita untuk terkena demensia Alzheimer.

Hal ini juga yang mendorong Alzheimer Indonesia untuk bekerja sama dengan Universitas Katolik Atma Jaya untuk membentuk ALZI Academy and Healthy Aging Center di kampus Semanggi Jakarta dengan berbagai program layanan konseling, edukasi, pelatihan mengenai demensia melibatkan tenaga kesehatan profesional serta sukarelawan lintas generasi bagi mereka yang ingin berbagi kepada masyarakat,” kata Pendiri ALZI, DY Suharya

Baca Juga :   Snoh Aalegra, Tompi, hingga Andien Meriahkan Puncak BNI Java Jazz Festival 2024

Saatnya Bertindak untuk Mengatasi Demensia, Saatnya Bertindak untuk Mengatasi Alzheimer

Demensia merupakan penyebab kematian ke-7 di dunia dan setiap tiga detik, seseorang mengalami kondisi tersebut. Secara global, diperkirakan ada lebih dari 55 juta orang yang hidup dengan kondisi tersebut saat ini, hanya dalam waktu 5 tahun angka ini akan meningkat menjadi 78 juta dan meningkat menjadi 139 juta pada tahun 2050.

Peningkatan ini juga berdampak pada ekonomi, saat ini perkiraan biaya tahunan untuk demensia adalah $1,3 triliun USD tetapi pada tahun 2030, biaya tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi $2,8 triliun USD.

“Tingkat kesadaran yang rendah, stigma yang terus berlanjut, misinformasi, dan diskriminasi menghambat upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, yang berarti banyak yang mengabaikan gejala awal Demensia Alzheimer tersebut. Saat ini, 75% dari mereka yang hidup dengan demensia tidak terdiagnosis. Dengan diagnosis yang tepat waktu, orang yang hidup dengan demensia dapat mengakses dukungan pasca diagnosis agar dapat hidup dengan baik, berkualitas dan mandiri dengan kondisi tersebut lebih lama, namun termasuk mereka yang tidak terdiagnosis, kami tahu bahwa 85% orang yang hidup dengan demensia tidak menerima dukungan pasca diagnosis. Ini adalah kondisi yang terikat waktu dan setiap detik sangat berarti,” kata CEO ADI Paola Barbarino

Baca Juga :   Seegene Kembangkan Alat Tes PCR Cacar Monyet Usai WHO Mengeluarkan Status Darurat Kesehatan Global

Tagar #TimeToActOnDementia dan #TimeToActOnAlzheimers akan digunakan sepanjang September untuk menarik perhatian global dan mendorong langkah-langkah proaktif menuju pemahaman yang lebih baik, diagnosis yang tepat waktu, dan perawatan komprehensif bagi mereka yang hidup dengan demensia.

Peran Pemerintah: Sekaranglah Saatnya

Pemerintah juga memiliki peran penting, tetapi waktu terus berlalu. Meskipun 40 negara telah mengembangkan dan meluncurkan Rencana Nasional Penanggulangan Demensia termasuk Indonesia (di tahun 2016), banyak yang tidak memiliki strategi komprehensif yang mengatasi stigma dan mendukung Orang Dengan Demensia dan pendampingnya. Selain itu, dari 194 Negara Anggota Organisasi Kesehatan Dunia yang berkomitmen untuk melakukannya pada tahun 2017, 150 negara bahkan belum menerapkan rencana tersebut. Terlalu banyak waktu telah berlalu tanpa tindakan definitif.

ADI dan ALZI menyerukan agar rencana ini segera diperluas untuk mencakup kampanye kesadaran publik yang kuat dan inisiatif yang mendorong masyarakat yang inklusif dan mendukung.

“Kami berterima kasih atas kolaborasi yang selama ini sudah terjalin dengan pemerintah, baik di level nasional melalui kementerian Kesehatan, maupun dengan pemerintah daerah di berbagai wilayah di Indonesia. Kami merasa ini adalah modal yang baik untuk meningkatkan kampanye kesadaran publik dan mengintegrasikan perawatan demensia dalam kebijakan nasional, sehingga dapat menangani ledakan pasien dengan demensia di kemudian hari.

Baca Juga :   Kembali Tunjukkan Komitmen di Bidang Kesehatan, OPPO Hadirkan Perangkat IoT Terbaru

Hal ini kami percaya akan membentuk masyarakat yang semakin peduli dan memiliki kohesi sosial, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi dari Demensia Alzheimer itu sendiri,” ujar Prof. Dr. dr. Yuda Turana Sp.S(K), Rektor Universitas Katholik Atma Jaya.

Lebih lanjut, anggota Dewan Kehormatan Alzheimer Indonesia, yang juga didiagnosa Demensia, Pak William Buntoro, menyatakan bahwa “Saya merasa beruntung dapat mengetahui secara lengkap terkait demensia Alzheimer dan bergabung dalam komunitasnya melalui ALZI, namun saya juga sadar bahwa akan ada lebih banyak orang yang akan mendapat manfaatnya jika mereka atau anggota keluarga mereka memiliki akses ke informasi, layanan, dan bantuan di kotanya masing-masing. Untuk itu saya berharap pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dapat menyadari kegentingan ini dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi mereka yang menuju lansia.”