BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Dengan perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang semakin cepat, perusahaan di seluruh dunia dituntut untuk terus beradaptasi dan mengintegrasikan teknologi ini ke dalam ekosistem bisnis mereka.
Selain perusahaan, karyawan juga harus mengikuti perkembangan teknologi dengan memiliki keterampilan AI. Dilansir dari laporan Work Trend Index 2024, tercatat 69% pemimpin di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI, mulai dari yang paling sederhana seperti penggunaan generative AI yang disediakan ChatGPT, Canva, hingga analisa dari Big Data .
Sedangkan, sebanyak 76% cenderung lebih tertarik untuk merekrut kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit namun handal menggunakan AI, seperti fresh graduate yang fasih menggunakan berbagai tools kecerdasan buatan sederhana dalam proses memproses gambar atau suara dibandingkan kandidat yang tidak memiliki kemampuan AI meskipun dengan pengalaman kerja.
Perusahaan yang mampu memanfaatkan tren ekosistem AI dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan dalam menghadapi tantangan bisnis di era digital ini.
Oleh karena itu, memahami dan mengikuti tren ekosistem AI tidak lagi menjadi pilihan, melainkan keharusan bagi perusahaan yang ingin tetap relevan di pasar yang terus berubah.
Di tengah era digital yang terus berkembang, AI telah mengambil peran sentral dalam transformasi bisnis di berbagai sektor seperti bisnis, kesehatan dan pendidikan. Tak hanya sebagai alat bantu, tetapi AI kini telah menjadi bagian integral dari ekosistem perusahaan modern, termasuk EdTech.
Salah satu tren terpanas dalam ekosistem AI saat ini adalah penerapan machine learning untuk analisis data. Perusahaan menggunakan teknologi machine learning untuk menggali wawasan mendalam dari data operasional mereka, sehingga dapat mengidentifikasi pola-pola yang tidak terlihat.
Hal ini membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih cerdas dan tepat waktu, meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional. Contohnya, dalam referensi yang diberikan dalam aplikasi marketplace, selalu sesuai dengan apa yang pelanggan sedang butuhkan.
Karena history pencarian kita selama periode waktu tertentu, menjadi data untuk dipelajari oleh Machine Learning. Sehingga aplikasi tersebut, dapat memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan kebutuhan.
Dimana hasil dari rekomendasi ini juga bisa meningkatkan penjualan, karena sangat membantu pengguna untuk menemukan produk yang mereka butuhkan sehingga keuntungan yang didapatkan bisa dirasakan kedua belah pihak, yaitu dari sisi perusahaan dan juga pengguna.
Penggunaan chatbot cerdas dan asisten virtual telah menjadi tren yang semakin populer, memungkinkan perusahaan untuk memberikan pelayanan pelanggan yang lebih responsif dan personal tanpa harus meningkatkan jumlah staf secara signifikan.
Contohnya, ketika seorang mengajukan laporan atau pun keluhan melalui email, pesan singkat dan chat pada perusahaan besar, hal umum yang dilakukan adalah membalasnya dengan menggunakan chatbot.
Karena secara fungsi, chatbot berperan untuk menyampaikan informasi dan menjawab pertanyaan dengan meniru interaksi manusia melalui proses AI dan pemahaman bahasa alami (NLU).
Selain itu, dalam lingkup perusahaan EdTech, tren AI dapat diintegrasikan dalam berbagai hal untuk mendukung sistem pembelajaran. Hal ini sudah diterapkan di salah satu EdTech Indonesia yakni Cakap, dimana AI membantu dalam pengembangan materi pembelajaran yang lebih interaktif dan personalisasi, serta dalam analisis data untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dengan demikian, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih efektif dan efisien. Penerapan AI juga dapat meningkatkan literasi digital pada guru, mengembangangkan kurikulum yang relevan, dan meningkatkan aksesibilitas pendidikan digital.
Yohan Limerta, CTO dan Co-Founder Cakap, menyampaikan tanggapan yang senada mengenai tren ekosistem penerapan AI di perusahaan. Menurutnya, meskipun saat ini masih ditemukan batasan ataupun kekurangan, namun penerapan AI dapat berdampak positif bagi kemajuan perusahaan.
“Tentunya perkembangan tren ekosistem AI memiliki efek positif bagi perusahaan. Namun, tetap dibutuhkan skill individu yang mampu untuk mengoptimalkan fungsi dari AI. Dimana pada kondisi yang sebenarnya, pengambilan keputusan dari masing-masing individu juga dipengaruhi berbagai macam faktor yang sifat nya tidak hanya rasional tetapi juga emosional,” ucap Yohan.
Perusahaan yang mampu memanfaatkan tren ekosistem AI dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan dalam menghadapi tantangan bisnis di era digital ini.
Oleh karena itu, memahami dan mengikuti tren ekosistem AI tidak lagi menjadi pilihan, melainkan keharusan bagi perusahaan yang ingin tetap relevan di pasar yang terus berubah.