BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Kanker masih menjadi salah satu tantangan utama dalam sistem kesehatan Indonesia, tidak hanya dari sisi medis tetapi juga dari dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan. Salah satu jenis kanker yang menjadi perhatian serius adalah kanker serviks, yang merupakan kanker terbanyak kedua pada perempuan di Indonesia.
Ironisnya, sekitar 70% kasus kanker serviks terdiagnosis saat sudah memasuki stadium lanjut. Pada tahap ini, gejala biasanya mulai mengganggu aktivitas harian dan pilihan pengobatan menjadi lebih terbatas. Padahal, deteksi dini terbukti mampu menurunkan angka kematian akibat kanker hingga 30–50%, menurut berbagai studi medis internasional.
Kementerian Kesehatan dalam Rencana Kanker Nasional 2024–2034 mencatat bahwa sebanyak 79% pasien kanker mengalami toksisitas finansial. Istilah ini merujuk pada kondisi di mana biaya pengobatan yang tinggi—baik langsung maupun tidak langsung—menyebabkan pasien dan keluarganya kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Biaya pengobatan kanker serviks, misalnya, dapat mencapai Rp120 juta per pasien.
Pakar kesehatan menekankan bahwa beban ekonomi ini sering kali tidak hanya berasal dari biaya rumah sakit, tetapi juga mencakup biaya transportasi, akomodasi, hingga kehilangan pendapatan akibat berhenti bekerja selama menjalani perawatan.
dr. Maya Wardhani, salah satu tenaga medis yang aktif dalam edukasi deteksi dini kanker, menyampaikan bahwa kasus kanker serviks sebenarnya bisa dicegah dan diobati lebih efektif bila terdeteksi lebih awal. “Kesadaran dan akses terhadap informasi serta layanan kesehatan adalah kunci,” ujarnya.
Memperingati International Day of Action for Women’s Health yang jatuh setiap 28 Mei, sejumlah pihak kembali menyerukan pentingnya langkah preventif terhadap kanker serviks. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
- Perdarahan di luar siklus menstruasi atau setelah hubungan seksual
- Keputihan abnormal, berbau menyengat, atau bercampur darah
- Nyeri pada panggul atau saat buang air kecil
- Kelelahan berlebihan dan penurunan berat badan tanpa sebab jelas
Pemeriksaan dini dianjurkan bagi perempuan yang mengalami gejala-gejala tersebut. Deteksi dini melalui skrining seperti Pap smear atau tes HPV secara berkala, serta vaksinasi HPV, menjadi langkah utama dalam pencegahan kanker serviks. Vaksinasi idealnya diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual.
Di sisi lain, faktor gaya hidup juga turut berperan dalam pencegahan. Mengadopsi pola makan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari kebiasaan merokok dinilai mampu membantu memperkuat sistem imun dalam melawan infeksi, termasuk dari virus HPV penyebab kanker serviks.
Laporan Global Cancer Observatory memperkirakan bahwa tanpa intervensi yang signifikan, kasus kanker di Indonesia bisa meningkat hingga 63% pada tahun 2040. Kondisi ini menjadi pengingat akan pentingnya strategi pencegahan jangka panjang yang menyeluruh, tidak hanya dari sisi medis, tetapi juga dari kesiapan finansial masyarakat.
Memahami beban finansial yang besar akibat penyakit kritis, Allianz Indonesia melihat ini sebagai perhatian penting dan terus mengajak masyarakat untuk memiliki kesadaran yang tinggi akan langkah pencegahan sambil mempersiapkan rencana finansial yang lebih terjamin di masa depan.
Untuk itu, Allianz Indonesia melalui produk Asuransi Allianz Critical Plus hadir memberikan solusi perlindungan terhadap berbagai kondisi penyakit kritis, termasuk kanker, dengan santunan tunai fleksibel yang dapat digunakan untuk biaya pengobatan maupun kebutuhan hidup sehari-hari yang tetap berjalan.
“Kami percaya bahwa menjaga kesehatan perempuan adalah investasi untuk masa depan keluarga dan masyarakat. Lewat edukasi yang tepat dan akses perlindungan yang luas, Allianz ingin setiap perempuan tetap dapat berdaya dan merasa didampingi dalam setiap fase kehidupannya, termasuk saat menghadapi risiko kesehatan,” tutup dr. Maya.