BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah arus globalisasi dan derasnya perubahan zaman, kebutuhan akan ulama yang tidak hanya memahami agama secara mendalam tetapi juga melek terhadap isu-isu modern semakin mendesak. Menjawab tantangan tersebut, STAI Al-Bahjah hadir sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam dengan visi unik: mencetak sarjana yang ulama.
Berada di bawah naungan Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD) Al-Bahjah yang dipimpin oleh Buya Yahya, STAI Al-Bahjah mengusung sistem pendidikan holistik yang memadukan kurikulum akademik modern dengan nilai-nilai pesantren. Mahasiswa tidak hanya belajar teori ekonomi syariah, manajemen pendidikan, atau matematika, tapi juga dibekali ilmu fikih, akidah, serta keterampilan dakwah.
“Ke depan, insya Allah kami ingin berkembang menjadi universitas dengan minimal empat fakultas,” ungkap Ustad Imam Abdullah, B.Sc., M.A., Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan & Alumni, di sela kunjungan media ke kampus yang terintegrasi dengan lingkungan pesantren tersebut.
Pendidikan dan Dakwah: Satu Tarikan Napas
STAI Al-Bahjah kini tengah mempersiapkan ekspansi besar, termasuk pembangunan kampus baru, pembukaan program studi kekinian seperti Manajemen Haji dan Umroh, Multimedia, hingga Ilmu Kesehatan. Yang menjadikan institusi ini istimewa adalah keterlibatan langsung Buya Yahya dan istri dalam mengajar mahasiswa, khususnya dalam bidang ushul fiqh.
Lebih dari sekadar kampus, STAI Al-Bahjah juga merupakan kawah candradimuka kaderisasi ulama. Mahasiswa dibina secara intensif melalui pelatihan dakwah, praktik khutbah, hingga pengalaman menjadi penerjemah tamu dari Timur Tengah. Lulusannya dipersiapkan untuk menjadi da’i yang siap menghadapi dinamika zaman dengan ilmu dan akhlak.
“Setelah lulus, mereka masuk tahap kaderisasi lanjutan di subdivisi dakwah, termasuk pelatihan public speaking dan penjadwalan mengisi pengajian,” jelas Ustad Imam.
Peran TMMS dan Rimba Foundation: Membuka Akses Bagi Santri Terbaik
Salah satu tonggak keberhasilan STAI Al-Bahjah adalah dukungan dari sektor swasta, khususnya PT Tambang Meranti Mulia Sejahtera (TMMS) melalui Rimba Foundation. Sebanyak 20 mahasiswa (10 putra dan 10 putri) kini mendapat beasiswa penuh dari program CSR tersebut—mulai dari biaya kuliah hingga kebutuhan di pesantren.
“Ketika sudah mendapatkan beasiswa ini, mahasiswa tidak lagi perlu memikirkan infak. Fokus mereka adalah belajar, khidmah, dan mengembangkan potensi diri,” tutur Ustad Imam.
Salah satu penerima beasiswa, Miftahul Arifin, penghafal Al-Qur’an 30 juz asal Kuningan, mengungkapkan rasa syukurnya. Kehilangan ayah sejak usia empat tahun membuat sang ibu menjadi satu-satunya tumpuan hidupnya.“Saya tidak minta macam-macam, yang penting bisa membahagiakan ibu,” ujar Miftah dengan mata berkaca.
Begitu juga Joko Prayitno dari Ngawi, Jawa Timur, yang menemukan informasi tentang kampus ini secara tak sengaja lewat pencarian kakaknya di internet. Berasal dari keluarga sederhana, Joko bertekad keras agar pengorbanan merantau tidak sia-sia.
“Tujuan ke sini jelas: belajar dan membanggakan orang tua. Jangan sampai mengecewakan mereka,” katanya.
TMMS: Menambang Masa Depan Lewat Pendidikan
CEO TMMS, Herryan Syahputra, menegaskan bahwa dukungan terhadap STAI Al-Bahjah adalah bagian dari komitmen perusahaan untuk tumbuh bersama masyarakat dan lingkungan.
“Kami ingin membangun masa depan yang berkelanjutan, tidak hanya dalam bisnis, tapi juga dalam kontribusi sosial. Pendidikan adalah salah satu fokus utama kami,” jelasnya.
Melalui Rimba Foundation, TMMS terus menghadirkan program sosial seperti beasiswa pendidikan, Sekolah Sepak Bola (SSB), hingga dukungan langsung ke pesantren-pesantren. Di sisi industri, TMMS juga aktif mengembangkan inovasi berbasis digitalisasi dan teknologi ramah lingkungan untuk operasional tambangnya.
“Kami siap bersaing secara profesional di industri tambang modern, tapi tetap berpegang pada prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial,” tutup Herryan.
STAI Al-Bahjah dan TMMS telah membuktikan bahwa sinergi antara institusi pendidikan dan dunia usaha bukan hanya mungkin, tapi juga sangat berdampak. Di tengah kelangkaan figur ulama berwawasan luas dan berdaya saing tinggi, kolaborasi ini menjadi harapan baru dalam melahirkan generasi pemimpin umat—yang mampu menjembatani nilai-nilai Islam dengan tantangan zaman.