Scroll untuk baca artikel
Lifestyle

Teknologi Baru, Harapan Baru: Masa Depan Terapi Penyakit Jantung di Indonesia

4
×

Teknologi Baru, Harapan Baru: Masa Depan Terapi Penyakit Jantung di Indonesia

Sebarkan artikel ini
(dari kiri ke kanan): dr. Rony M. Santoso, Sp.JP (K), FIHA, FESC, FAPSC, FSCAI - Primaya Hospital Tangerang, dr. Isman Firdaus, SpJP (K), MPH, FIHA, FAPSIC, FAsCC, FESC, FACC, FSCAI - Primaya Hospital Bekasi Barat, dr. Dicky Taruna dan dr. Bambang Budiono, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, FAPSC, FSCAI - Primaya Hospital Makassar.

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Pasien penyakit jantung di Indonesia kini memiliki lebih banyak harapan berkat hadirnya teknologi medis mutakhir. Terobosan seperti ablasi tanpa panas, angioplasti presisi, dan operasi bypass minimal invasif menjadi fokus utama dalam Primaya Cardiovascular Conference 2025 yang mengusung tema “Beat for Life, Love Your Heart”.

Konferensi ini digelar dalam rangka menyambut Bulan Jantung Sedunia 2025, menghadirkan pakar kardiovaskular nasional dan internasional untuk membahas inovasi terbaru dalam pencegahan serta terapi penyakit jantung.

Penyakit Jantung Masih Jadi Penyebab Kematian Tertinggi

Menurut data WHO (2023), penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dengan angka lebih dari 17 juta kematian setiap tahun.
Di Indonesia sendiri, jumlah kematian mencapai 651.481 jiwa, terdiri dari: Stroke: 331.349 kematian, Jantung Koroner: 245.343 kematian dan jantung hipertensi: 50.620 kematian

Angka ini menunjukkan pentingnya peningkatan layanan dan inovasi dalam penanganan penyakit kardiovaskular di tanah air.

dr. Esther Ramono, Chief Medical Officer Primaya Hospital Group, menekankan, konferensi ini menjadi sarana untuk memastikan standar layanan kardiovaskular di Indonesia terus berkembang seiring kemajuan global. Dengan teknologi terbaru, pasien tidak hanya mendapatkan terapi yang lebih efektif, tetapi juga lebih aman dan berpusat pada kebutuhan mereka. Namun, teknologi harus diiringi edukasi, karena pencegahan melalui gaya hidup sehat dan deteksi dini sama pentingnya dengan terapi mutakhir.”

Baca Juga :   Rayakan Hari Jadi ke 22, D,MASIV Ukir Sejarah Baru Abadikan Nama di Halte TransJakarta Petukangan

Inovasi Terbaru dalam Terapi Penyakit Jantung

Berbagai inovasi dibahas dalam konferensi ini, mulai dari Ablasi PFA, Precision PCI, Drug-Coated Balloon (DCB), CTO PCI, penanganan darurat Acute Coronary Syndrome, hingga CABG minimal invasif.

1. Ablasi PFA – Teknologi Masa Depan untuk Atrial Fibrillation

Menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FEHRA, FAPHRs dari Primaya Hospital Kelapa Gading, teknologi Pulsed Field Ablation (PFA) lebih selektif dibanding metode berbasis panas.
“PFA lebih aman terhadap esofagus dan saraf, dengan data ADVENT trial menunjukkan efektivitas sekaligus keamanan yang lebih tinggi. Teknologi ini berpotensi menjadi terapi masa depan untuk atrial fibrillation,” jelasnya.

2. Precision PCI – Pendekatan Personal dalam Intervensi Koroner

dr. Bambang Budiono, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, FAPSC, FSCAI dari Primaya Hospital Makassar memaparkan,
“Intervensi koroner kini tidak cukup hanya mengandalkan angiografi. Dengan dukungan pencitraan intravaskular dan fisiologi koroner, Precision PCI memungkinkan terapi yang benar-benar presisi dan personal. Pendekatan ini terbukti meningkatkan keberhasilan, keamanan, serta kualitas hidup pasien jangka panjang.”

Baca Juga :   Mindray Luncurkan Sistem Pemantauan Pasien Seri BeneVision V Generasi Baru

3. Stentless Era dengan Drug-Coated Balloon (DCB)

dr. Rony M. Santoso, SpJP(K), FIHA, FESC, FAPSC, FSCAI dari Primaya Hospital Tangerang menjelaskan hadirnya era baru tanpa stent.
“Setelah puluhan tahun mengandalkan stent, kini ada Drug-Coated Balloon (DCB) yang tidak meninggalkan logam di pembuluh darah. Teknologi ini menurunkan risiko perdarahan, memperpendek durasi penggunaan obat DAPT, dan meningkatkan hasil pasien. Tidak semua kasus jantung kini harus ditangani dengan pemasangan ring,” jelasnya.

4. CTO PCI – Tindakan untuk Sumbatan Total Kronis

dr. Isman Firdaus, SpJP(K), MPH, FIHA, FAPSIC, FAsCC, FESC, FACC, FSCAI dari Primaya Hospital Bekasi Barat mengungkapkan,
“CTO PCI adalah prosedur kompleks untuk membuka sumbatan total kronis pada pembuluh darah jantung. Dengan seleksi pasien yang tepat dan teknologi pencitraan modern, tingkat keberhasilan kini semakin tinggi. Hasilnya, aliran darah pulih, gejala berkurang, dan kualitas hidup pasien meningkat.”

5. Intervensi Darurat untuk Serangan Jantung

dr. Robert Edward Saragih, SpJP(K), FIHA menekankan pentingnya penanganan cepat.
“Intervensi darurat dengan PCI dini sangat krusial untuk mencegah kerusakan otot jantung yang lebih parah,” ujarnya.

Baca Juga :   Asuransi Allianz Critical Plus Hadir dengan Manfaat Ekstra, Menjawab Lonjakan Penyakit Kritis Usia Produktif

6. CABG Minimal Invasif dan Protokol Pemulihan Cepat

Dalam pengembangan Coronary Artery Bypass Graft (CABG), dr. Jayarasti Kusumanegara, SpBTKV, Subsp.JD(K), FIATCVS dari Primaya Hospital Makassar memaparkan bahwa penggunaan graft arteri ganda dapat meningkatkan angka survival 12 tahun dari 54% menjadi lebih dari 63%.
“Dengan teknik minimal invasif dan protokol Enhanced Recovery After Surgery (ERAS), pasien dapat pulih lebih cepat, membutuhkan transfusi lebih sedikit, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik,” jelasnya.

Teknologi & Edukasi, Dua Pilar Penanganan Penyakit Jantung

dr. Esther menegaskan bahwa kemajuan teknologi harus berjalan beriringan dengan edukasi.

“Sebagus apapun teknologi yang digunakan, pencegahan dan deteksi dini tetap yang utama. Kami ingin generasi muda sadar akan pentingnya gaya hidup sehat, olahraga rutin, dan pemeriksaan kesehatan berkala agar angka kematian akibat penyakit jantung dapat ditekan,” ujarnya.

Dengan adanya Primaya Cardiovascular Conference 2025, Primaya Hospital berharap dapat memperkuat edukasi publik serta mendorong kolaborasi lintas disiplin dalam penanganan penyakit kardiovaskular di Indonesia.