Scroll untuk baca artikel
Industri

PIER Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 pada Kisaran 4,5-5 Persen

28
×

PIER Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 pada Kisaran 4,5-5 Persen

Sebarkan artikel ini
Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) kembali menggelar Economic Review yang mengulas perkembangan terbaru perekonomian Indonesia, khususnya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal pertama tahun 2025. Dalam kajian ini, PIER menyoroti bahwa pertumbuhan PDB diperkirakan melambat dari 5,03% di tahun 2024 menjadi 4,5 – 5,0% pada 2025, angka tersebut lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 5,11%

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) kembali menggelar Economic Review yang mengulas perkembangan terbaru perekonomian Indonesia, khususnya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal pertama tahun 2025.

Dalam kajian ini, PIER menyoroti bahwa pertumbuhan PDB diperkirakan melambat dari 5,03% di tahun 2024 menjadi 4,5 – 5,0% pada 2025, angka tersebut lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 5,11%.

“PIER memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 akan melambat, lebih rendah dari target sebelumnya. Ketidakpastian perang dagang yang meningkat telah mendorong perusahaan untuk menunda investasi dan rencana ekspansi. Oleh karena itu, kami berharap pemerintah dapat merespons dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan stimulus tepat sasaran, agar konsumsi dan investasi domestik kembali bergerak,” ujar Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank.

Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal pertama 2025 tercatat sebesar 4,87% year-on-year (YoY), lebih rendah dibandingkan 5,02% pada kuartal sebelumnya dan menjadi laju paling lambat sejak kuartal ketiga 2021.

Baca Juga :   Mengintegrasikan Keanekaragaman Hayati dalam Strategi ESG Global

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang biasanya menjadi motor utama ekonomi melambat tipis menjadi 4,89% YoY. Hal ini didorong oleh melemahnya daya belanja pada sub-komponen makanan & minuman serta transportasi & komunikasi.

Pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun menjadi 2,12% YoY, terutama karena melemahnya investasi pada bangunan & struktur serta mesin & peralatan.

Di sisi lain, belanja pemerintah mengalami kontraksi 1,38% YoY setelah pada tahun sebelumnya terdongkrak oleh aktivitas Pemilu, sementara ekspor barang & jasa meningkat dengan didukung oleh kinerja ekspor nonmigas yang lebih kuat.

Dari sisi sektoral, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 10,52% YoY, karena lonjakan produksi tanaman pangan seperti padi dan jagung.

Sektor manufaktur, yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional, tumbuh stabil sebesar 4,55%, didukung oleh kuatnya permintaan ekspor di industri logam dasar.

Baca Juga :   Apple Puncaki Daftar 500 Merek Global Teratas TopBrand 2024, Nilai Mereknya 1.021,7 Miliar Dolar

Sektor perdagangan ritel mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,03% berkat momentum musiman Ramadan, serta sektor jasa juga tetap solid didukung aktivitas pariwisata berkelanjutan. Namun, sektor pertambangan mengalami kontraksi akibat aktivitas pemeliharaan di tambang emas dan tembaga, sementara sektor konstruksi melambat signifikan karena adanya realokasi anggaran pemerintah.

Melihat tren ini, PIER merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi di bawah 5%, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 5,11%.

Ketidakpastian global akibat perang dagang yang sedang berlangsung diperkirakan akan menekan laju investasi dan konsumsi domestik. Lebih lanjut, adanya perang dagang tersebut juga akan mempengaruhi pertumbuhan sektoral, meskipun dampaknya akan bervariasi.

Sektor dengan orientasi ekspor dan memiliki ketergantungan terhadap pasar AS yang relatif tinggi, seperti tekstil dan garmen, kulit dan alas kaki, elektronik, furniture, dan produk karet, akan terkena dampak yang cukup signifikan dan dapat menurunkan pertumbuhan sektor tersebut di tahun 2025 ini.

Baca Juga :   Belanja Spektakuler di Shopee Super Brand Day 2024, Temukan 'The Great Samsung Takeover

Namun demikian, sektor-sektor yang berorientasi pada pasar domestik, seperti jasa dan perdagangan diyakini masih akan menjadi motor utama pertumbuhan tahun ini.

“Meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan yang tampak lesu dapat membuka ruang bagi pelonggaran moneter. Jika ketidakpastian global mereda dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menguat, maka Bank Indonesia dapat memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) hingga 50 basis poin sepanjang sisa tahun ini,” tutup Josua Pardede.

Di tengah berbagai tantangan dan peluang yang ada, PIER berkomitmen untuk terus memberikan kajian market update, analisis makroekonomi, dan industri strategis di Indonesia yang tajam dan relevan bagi pengambilan keputusan bisnis, pembuat kebijakan, dan masyarakat.