Scroll untuk baca artikel
Finansial

Penyalahgunaan Akun Fintech Meningkat, Kenali Modus dan Lindungi Data Pribadi Anda

32
×

Penyalahgunaan Akun Fintech Meningkat, Kenali Modus dan Lindungi Data Pribadi Anda

Sebarkan artikel ini
Mengamankan ‘Tulang Punggung’ Digital Indonesia Melalui Monitoring IT Bagi Industri Fintech dan Telekomunikasi

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Dengan semakin populernya layanan fintech di Indonesia, berbagai modus kejahatan seperti penyalahgunaan akun fintech juga kian beragam dan kompleks. Salah satu modus yang sering digunakan adalah social engineering, yaitu memanipulasi pengguna untuk mengungkapkan data pribadi. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat adanya 124 kasus dugaan pelanggaran perlindungan data pribadi dari 2019 hingga 14 Mei 2024. Hal ini menegaskan pentingnya memperkuat keamanan data di industri fintech, baik dari sisi penyedia layanan maupun konsumen.

Permasalahan ini semakin diperparah oleh rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat di sektor fintech yang hanya mencapai 10,9% pada 2022. Survei dari Kominfo dan Katadata Insight Center (KIC) pada 2022 mencatat bahwa 53,6% masyarakat Indonesia memiliki kesadaran rendah mengenai perlindungan data pribadi. Angka ini mencerminkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara melindungi data pribadi mereka dalam konteks digital, sehingga banyak konsumen dengan mudah memberikan data pribadi mereka tanpa menyadari potensi risiko yang ada, termasuk kejahatan untuk membuka akun fintech ilegal atau penipuan lainnya.

Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, menekankan pentingnya sinergi antara penyedia layanan fintech dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem fintech yang kondusif. “Kami prihatin dengan meningkatnya kasus penyalahgunaan akun fintech akhir-akhir ini. Sebagai penyedia kredit digital, Kredivo berkomitmen untuk memperkuat keamanan sistem dan aktif melakukan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melindungi data pribadi. Kami percaya bahwa menjaga keamanan data pribadi adalah tanggung jawab bersama dan kunci untuk mencegah penyalahgunaan akun fintech.”

Baca Juga :   BI: Survei Harga Properti Residensial Triwulan IV 2023 Harga Properti Residensial Naik

Sebagai penyedia layanan keuangan digital yang mengutamakan perlindungan konsumen, Kredivo secara konsisten meluncurkan kampanye edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan digital masyarakat. Kampanye #AutoMikir, misalnya, bertujuan mengurangi potensi penipuan dalam industri fintech dengan mengilustrasikan perilaku ekstrem dalam kehidupan sehari-hari untuk mendorong pengguna berpikir bijak sebelum membagikan data pribadi atau mempercayai informasi dari sumber yang tidak dikenal.

Baru-baru ini, Kredivo juga meluncurkan kampanye #AndaiAndaPandai yang menyoroti pentingnya penggunaan layanan Paylater secara bijak dan bertanggung jawab, serta membahas risiko yang mungkin dihadapi apabila penggunaan Paylater tidak bijak. Kampanye ini berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang perlindungan data pribadi dan pencegahan penipuan di dunia fintech. Komitmen Kredivo dalam kampanye edukasi ini sejalan dengan prinsip responsible lending dan langkah-langkah keamanan komprehensif yang diterapkan oleh Kredivo.

Lantas, apa saja modus terbaru penyalahgunaan akun fintech yang kerap menghantui konsumen? Simak hal-hal yang perlu Anda waspadai berikut dengan tips pencegahannya:

Baca Juga :   Lanjutkan Kesuksesan, Easycash Luncurkan Kepemimpinan Baru dengan Performa Bisnis Positif untuk Tahun Keempat

1. Phising berkedok penyedia layanan fintech

Pelaku yang berpura-pura sebagai customer service penyedia layanan fintech kerap mengirimkan e-mail, tautan, pesan teks, atau melakukan panggilan telepon dengan berbagai alasan, seperti terdapat masalah pada akun korban lantas menawarkan bantuan. Modus ini dipakai untuk mengelabui korban untuk memberikan informasi pribadi seperti user ID, password, one-time password (OTP) dan lainnya. Oleh karena itu, konsumen perlu lebih mawas diri jika dihubungi oleh oknum yang meminta informasi pribadi dan sebaiknya dapat mengonfirmasi secara langsung ke customer service resmi penyedia layanan fintech.

2. Social engineering dari iming-iming undian hingga tawaran kerja

Taktik penipuan yang memanipulasi korban melalui interaksi sosial ini nampaknya makin digemari oleh para pelaku penipuan dan kini modusnya semakin beragam. Biasanya, dengan modus iming-iming hadiah undian dan tawaran kerja, pelaku meminta berbagai data pribadi seperti NIK, KTP, dan foto selfie dan kerap disalahgunakan seperti untuk mengaktifkan akun di layanan fintech. Langkah pencegahan seperti edukasi diri, verifikasi sumber, hingga melindungi data pribadi merupakan langkah awal agar terhindar dari potensi penipuan social engineering.

3. Waspada aplikasi palsu

Tidak habis ide, aplikasi palsu juga kini mulai menjadi modus penipuan karena menyerupai aplikasi resmi dari penyedia layanan fintech. Hal ini berbahaya karena ketika korban mengunduh dari sumber yang tidak jelas dan memasukkan informasi mereka ke dalam aplikasi ini, data tersebut akan dicuri oleh pelaku. Oleh karena itu, konsumen perlu melakukan double check ketika ingin mengunduh aplikasi fintech, seperti unduh dari sumber resmi seperti Google Play Store maupun App Store serta dapat mengunjungi website OJK (www.ojk.go.id) untuk melihat apakah perusahaan tersebut sudah terdaftar atau berizin.

Baca Juga :   Kepuasan terhadap Paylater Meningkat, Transaksi Offline Tumbuh 169% di 2023

Kampanye #AutoMikir, #AndaiAndaPandai, dan berbagai inisiatif lainnya yang diluncurkan oleh Kredivo adalah wujud komitmen Kredivo untuk menyediakan layanan keuangan digital yang tidak hanya nyaman tetapi juga aman bagi setiap pengguna. “Melalui berbagai upaya ini, kami berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai betapa pentingnya menjaga data pribadi mereka. Kredivo berkomitmen untuk terus mengembangkan platform layanan digital yang tidak hanya melayani kebutuhan masyarakat, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan lingkungan keuangan digital yang lebih aman dan tepercaya bagi semua pengguna. Kami percaya bahwa dengan selalu memprioritaskan keamanan data pengguna serta kampanye edukasi, kami dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun ekosistem digital yang lebih baik,” tutup Indina. (saf)