Scroll untuk baca artikel
Lifestyle

Paus Fransiskus Alami Pneumonia Bilateral, Ini Penyebab dan Cara Penanganan

17
×

Paus Fransiskus Alami Pneumonia Bilateral, Ini Penyebab dan Cara Penanganan

Sebarkan artikel ini

JAKARTA – Paus Fransiskus dikabarkan tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Roma setelah didiagnosis mengalami pneumonia bilateral , atau infeksi paru-paru yang menyerang kedua sisi paru-parunya meski kini dikabarkan terus membaik kesehatannya.

Menurut pernyataan resmi Vatikan, kondisi Paus tetap dipantau secara ketat oleh tim medis. Penyakit yang diderita oleh Paus Fransiskus disebabkan oleh infeksi polimikroba, yang muncul setelah bronkitis yang baru-baru ini dialaminya.
Infeksi ini memperumit penanganannya dan membuat pengobatan tambahan diperlukan untuk memulihkan kesehatannya.
“Tes laboratorium, rontgen dada, dan kondisi klinis Bapa Suci terus menunjukkan situasi yang kompleks,” kata Vatikan dilansir dari NPR, belum lama ini.
Meskipun menghadapi masalah kesehatan, Paus Fransiskus yang berusia 88 tahun dikabarkan dalam kondisi stabil. Ia masih bisa sarapan, membaca koran, serta melakukan beberapa aktivitas ringan selama masa perawatannya.
Lantas apa Itu Pneumonia Bilateral? 
Pneumonia bilateral bukan istilah medis tersendiri, melainkan istilah untuk menggambarkan infeksi paru-paru yang terjadi pada kedua sisi paru-paru.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, yang mengakibatkan penumpukan cairan atau nanah dalam kantung udara paru-paru.
Sebagian besar kasus pneumonia dipicu oleh bakteri pneumokokus atau virus influenza. Ketika seseorang mengalami pneumonia di kedua paru-paru, kondisinya akan lebih berat dibandingkan pneumonia yang hanya menyerang satu sisi paru-paru.
Hal ini karena tidak ada paru-paru yang dapat menggantikan fungsi paru yang terkena infeksi, sehingga pasien dalam kondisi yang lebih rentan.
Gejala Pneumonia Bilateral Gejala pneumonia umumnya sama baik pada satu paru-paru maupun dua paru-paru.
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain 
1. Batuk berdahak
2. Demam tinggi
3. Bibir atau kuku membiru (sianosis)
4. Kebingungan (terutama pada lansia di atas 65 tahun)
5. Kesulitan bernapas atau napas cepat
6. Kelelahan yang berlebihan
7. Detak jantung meningkat
8. Nyeri dada saat bernapas atau batuk Jika seseorang mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada yang parah, batuk terus-menerus, atau demam tinggi yang sulit dikendalikan, segera cari bantuan medis.
Gejala-gejala ini dapat mengindikasikan infeksi serius yang berpotensi berkembang menjadi komplikasi berat, seperti:
1. Gagal ginjal
2. Sepsis (keracunan darah)
3. Risiko kematian jika tidak ditangani dengan cepat Setiap individu merespons pneumonia dengan cara berbeda.
Beberapa pasien mungkin pulih dalam 1–2 minggu, tetapi bagi sebagian orang, gejalanya bisa bertahan hingga 3–6 bulan. Pasien dengan kondisi medis kronis lebih berisiko mengalami pneumonia yang lebih berat dan butuh waktu pemulihan lebih lama.
Lalu apa Penyebab Pneumonia dan Faktor Risiko Pneumonia umumnya disebabkan oleh tiga jenis infeksi utama:
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
Selain itu, pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yaitu ketika makanan, cairan, atau benda asing masuk ke paru-paru.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko pneumonia bilateral meliputi:
1. Anak-anak di bawah 2 tahun atau lansia di atas 65 tahun
2. Malnutrisi atau gizi buruk
3. Merokok atau sering terpapar asap rokok
4. Penyakit kronis seperti diabetes, anemia sel sabit, dan penyakit jantung
5. Gangguan paru-paru seperti PPOK, fibrosis kistik, atau asma
6. Kesulitan menelan akibat stroke atau gangguan neurologis
7. Baru saja mengalami flu atau infeksi pernapasan lainnya
8. Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
Bagaimana Dokter Mendiagnosis Pneumonia? Saat memeriksa pasien yang diduga mengalami pneumonia, dokter akan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara dari paru-paru, seperti klik, bunyi berdeguk, dan suara berderak.
Selain itu, dokter juga akan menggunakan oksimeter denyut nadi yang ditempatkan di ujung jari untuk mengevaluasi kadar oksigen dalam darah. Pada kondisi normal, kadar oksigen berada di 98-99 persen, tetapi pada pasien pneumonia, kadar ini dapat turun di bawah 90 persen.
Apabila dokter mencurigai adanya infeksi paru yang serius, mereka mungkin akan merekomendasikan rontgen dada untuk memastikan area paru yang terinfeksi, dan tes laboratorium untuk mengetahui jenis organisme penyebab infeksi dan menentukan pengobatan yang tepat.
Dengan diagnosis yang akurat dan penanganan yang cepat, pneumonia bisa diatasi sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih berbahaya. Jika gejala pneumonia tidak membaik atau justru semakin parah, segera cari perawatan medis darurat untuk menghindari komplikasi serius.

Baca Juga :   ROSÉ & Bruno Mars Rilis Single APT