Scroll untuk baca artikel
Teknologi

OpenAI Bayar Amazon US$38 Miliar untuk Layanan Cloud 7 Tahun

4
×

OpenAI Bayar Amazon US$38 Miliar untuk Layanan Cloud 7 Tahun

Sebarkan artikel ini
OpenAI resmi menandatangani kesepakatan layanan cloud senilai US$38 miliar dengan Amazon Web Services (AWS) untuk jangka waktu tujuh tahun. Langkah ini menandai komitmen besar OpenAI dalam memperluas infrastruktur komputasi setelah restrukturisasi yang memberikan keleluasaan operasional dan finansial lebih besar

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA — OpenAI resmi menandatangani kesepakatan layanan cloud senilai US$38 miliar dengan Amazon Web Services (AWS) untuk jangka waktu tujuh tahun.

Langkah ini menandai komitmen besar OpenAI dalam memperluas infrastruktur komputasi setelah restrukturisasi yang memberikan keleluasaan operasional dan finansial lebih besar.

Melalui perjanjian ini, OpenAI akan memperoleh akses ke ratusan ribu GPU Nvidia untuk melatih dan menjalankan model-model kecerdasan buatan (AI) generasi terbaru.

OpenAI Perkuat Infrastruktur AI Bernilai Triliunan Dolar

CEO OpenAI, Sam Altman, mengatakan perusahaan berencana menggelontorkan investasi hingga US$1,4 triliun untuk mengembangkan sumber daya komputasi sebesar 30 gigawatt — kapasitas yang setara dengan kebutuhan listrik sekitar 25 juta rumah tangga di Amerika Serikat.

“Menskalakan AI tingkat lanjut membutuhkan komputasi yang masif dan andal,” ujar Altman. “Kemitraan kami dengan AWS memperkuat ekosistem komputasi global yang akan mendukung era baru AI dan menghadirkan teknologi canggih bagi semua orang.”

Baca Juga :   Simak 3 Tips Praktis dan Kreatif dengan AI Composer di Galaxy Z Flip6

Dorongan Besar untuk Amazon Web Services (AWS)

Kesepakatan ini menjadi bukti kepercayaan besar terhadap Amazon Web Services (AWS), di tengah kekhawatiran investor bahwa unit cloud Amazon tertinggal dari pesaingnya seperti Microsoft Azure dan Google Cloud.

Menurut analis PP Foresight, Paolo Pescatore, “Ini adalah kesepakatan yang sangat signifikan dan menjadi dukungan kuat terhadap kemampuan AWS dalam menyediakan skala komputasi yang dibutuhkan OpenAI.”

Saham Amazon melonjak 5% pada Senin (4/11) dan diperkirakan menambah hampir US$140 miliar pada kapitalisasi pasarnya. Kenaikan ini melanjutkan tren positif akhir pekan sebelumnya, sementara saham Microsoft justru melemah usai kabar kemitraan tersebut.

Baca Juga :   FancyTech Fokus Ekspansi ke Indonesia Setelah Raih Pendanaan Seri B+ dan Tumbuhkan Konten AI Global

Amazon Siapkan Akselerator AI dan Infrastruktur Data Baru

Dalam kerja sama ini, Amazon akan meluncurkan ratusan ribu chip baru, termasuk akselerator AI Nvidia GB200 dan GB300, yang akan ditempatkan dalam klaster data khusus untuk mendukung ChatGPT dan melatih model-model OpenAI berikutnya.

OpenAI akan mulai menggunakan layanan AWS dalam waktu dekat, dengan kapasitas penuh ditargetkan beroperasi akhir 2026, serta opsi ekspansi tambahan pada 2027 dan tahun-tahun berikutnya.

Altman menambahkan, OpenAI menargetkan penambahan 1 gigawatt kapasitas komputasi setiap minggu, dengan estimasi biaya modal lebih dari US$40 miliar per gigawatt.

Restrukturisasi dan Rencana IPO OpenAI

Kesepakatan ini terjadi tidak lama setelah restrukturisasi besar-besaran OpenAI yang membuatnya semakin menjauh dari status nirlaba. Perubahan struktur ini juga menghapus hak penolakan pertama Microsoft dalam penyediaan layanan komputasi.

Baca Juga :   Blibli Brand Protection Berbasis AI, Strategi Jaga Kredibilitas Seller & Produk Ori

Menurut laporan Reuters, langkah tersebut menjadi bagian dari strategi menuju penawaran umum perdana (IPO) yang dapat menilai OpenAI hingga US$1 triliun.

Namun, di tengah euforia investasi AI, sejumlah analis memperingatkan potensi gelembung ekonomi AI (AI bubble) akibat lonjakan valuasi dan pengeluaran masif dari perusahaan-perusahaan besar.

OpenAI Diversifikasi Mitra Cloud Global

Meski hubungan dengan Microsoft tetap berlanjut, OpenAI kini berupaya mengurangi ketergantungan terhadap satu penyedia layanan. Pada pertengahan 2025, OpenAI juga menunjuk Google Cloud (Alphabet) sebagai penyedia tambahan untuk sebagian infrastrukturnya — langkah strategis untuk memperluas kapasitas global sekaligus menjaga redundansi sistem.