Scroll untuk baca artikel
Finansial

Kaer Raih Pinjaman Berjangka Hijau yang Difasilitasi oleh Bank DBS Indonesia

29
×

Kaer Raih Pinjaman Berjangka Hijau yang Difasilitasi oleh Bank DBS Indonesia

Sebarkan artikel ini
Bank DBS Indonesia menjalin kemitraan dengan PT Kaer Investments Indonesia (Kaer), sebuah perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam menyediakan pendingin untuk bangunan komersial dan industri di seluruh Asia serta menjadi pelopor model bisnis Cooling as a Service (CaaS) untuk membantu pemilik aset mempercepat transisi mereka ke pendinginan rendah karbon.

BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Bank DBS Indonesia telah menjalin kemitraan dengan PT Kaer Investments Indonesia (Kaer) untuk mendukung agenda keberlanjutan Kaer dan memperluas operasinya di Indonesia. Kaer, yang berspesialisasi dalam penyediaan pendingin untuk bangunan komersial dan industri di Asia, adalah pelopor model bisnis Cooling as a Service (CaaS). Model ini membantu pemilik aset beralih ke sistem pendinginan rendah karbon, yang diakui secara global sebagai solusi paling berkelanjutan dan selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Peningkatan suhu, pertumbuhan populasi, dan urbanisasi telah meningkatkan permintaan akan pendinginan. Dengan suhu yang terus meningkat, sangat penting untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi dari sektor pendinginan. Berdasarkan tren saat ini, peralatan pendingin menyumbang 20 persen dari total konsumsi listrik dan diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050.

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie, mengatakan, “Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan positif, Bank DBS Indonesia berkomitmen mendukung pertumbuhan bisnis Kaer di Indonesia. Ini adalah kesepakatan keberlanjutan perdana kami di segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM), yang merupakan tonggak penting dalam memajukan agenda keberlanjutan kami. Kami antusias menyaksikan meningkatnya kesadaran tentang isu-isu keberlanjutan di semua industri dan segmen di pasar Indonesia. Kami percaya bahwa semua pelaku bisnis harus mengintegrasikan agenda ini ke dalam seluruh proses bisnis mereka.”

Bank DBS Indonesia secara konsisten mempromosikan agenda keberlanjutan, dengan tujuan bermitra dengan nasabah dalam perjalanan mereka menuju model bisnis yang lebih rendah karbon dan meningkatkan akses ke investasi berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG). DBS Group telah menjadi pelopor dalam pembiayaan transisi, memperkenalkan Taksonomi dan Kerangka Kerja Transisi Keuangan pertama di dunia pada tahun 2020. Berdasarkan kerangka ini, DBS Group menawarkan berbagai solusi pembiayaan berkelanjutan, termasuk pinjaman terkait keberlanjutan, obligasi keberlanjutan, pinjaman hijau, dan pembiayaan perdagangan hijau. Pada tahun 2023, Bank DBS Indonesia memperluas portofolionya dengan menyalurkan kredit terkait ESG sebesar Rp6,1 triliun.

Baca Juga :   Ajaib Kripto: Bitcoin Melonjak Jelang Dibukanya Perdagangan ETF BTC & ETH di Hong Kong 

Chief Executive Officer Kaer Investments, Justin Taylor, menyatakan, “Saya berterima kasih atas kemitraan dan dukungan dari Bank DBS Indonesia dalam memperluas portofolio kami di Indonesia. Momentum untuk CaaS terus berkembang di seluruh wilayah, dan Indonesia merupakan peluang fantastis bagi Kaer untuk mencapai target dekarbonisasi kami yang agresif. Ini didorong oleh ukuran dan pertumbuhan pasar pendingin, permintaan pendingin rendah karbon, dan ketersediaan energi terbarukan.”

Baca Juga :   Indeks Kelaparan Indonesia Tertinggi Kedua di Asia Tenggara, Bank DBS Indonesia Dukung Ketahanan Pangan

Setiap sistem pendingin dalam portofolio Kaer memenuhi peringkat keberlanjutan tertinggi di wilayahnya dan mematuhi semua standar ESG lokal dan internasional. Kaer juga menyediakan solusi pendinginan yang didukung oleh energi terbarukan, dengan beberapa aset yang menggunakan 100 persen pendinginan bertenaga surya. Melalui model Cooling as a Service, portofolio Kaer menghemat lebih dari 35.000 metrik ton CO2 setiap tahunnya. Penyediaan pendinginan yang berkelanjutan bukan hanya tentang mengelola konsumsi listrik dan bauran energi, tetapi juga tentang transisi ke peralatan dengan potensi pemanasan global yang rendah, yang mengurangi efek berbahaya dari refrigeran terhadap planet kita. (saf)