BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Harga Bitcoin terus mempertahankan level psikologis penting di atas US$100.000 (sekitar Rp1,7 miliar), meski pergerakannya dalam beberapa hari terakhir masih cenderung stagnan.
Berdasarkan data pasar, Bitcoin saat ini bergerak di kisaran US$104.000 hingga US$106.000, mencatat rekor konsistensi tertinggi sejak menembus angka enam digit pertama kali pada Januari 2025.
Menurut analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, fase sideways yang terjadi selama 27 hari ini mencerminkan konsolidasi pasar yang sehat.
“Saat ini, banyak investor jangka panjang melakukan aksi ambil untung. Tapi tekanan jual tidak terlalu besar karena tidak ada gangguan makroekonomi signifikan,” jelas Fyqieh dalam keterangannya.
Selama harga Bitcoin mampu bertahan di atas zona support US$104.000–US$105.000, pasar dinilai masih menunjukkan kekuatan.
Resistance berikutnya yang menjadi perhatian berada di level US$107.500. Jika level ini berhasil ditembus, peluang menuju rekor harga baru terbuka lebar.
ETF Spot Jadi Penahan Tekanan Jual
Salah satu faktor utama yang menahan tekanan jual di pasar kripto adalah arus masuk ke produk ETF spot Bitcoin di Amerika Serikat.
Pada 3 Juni lalu, terjadi arus masuk bersih sebesar US$375,1 juta, menghentikan tren arus keluar selama tiga hari berturut-turut.
Namun sentimen pasar masih dipengaruhi ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan mantan Presiden AS Donald Trump, serta spekulasi arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Investor saat ini memilih bersikap hati-hati menjelang rilis sejumlah data ekonomi penting.
Inflasi dan The Fed Jadi Fokus Pasar
Fokus pasar selanjutnya tertuju pada laporan inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan Mei, yang akan dirilis pada 11 Juni.
Proyeksi Federal Reserve Atlanta memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,12%, atau 0,23% jika tidak termasuk makanan dan energi. Angka tersebut konsisten dengan laporan inflasi bulan April, namun belum mencerminkan dampak dari tarif baru yang mulai diberlakukan.
Kenaikan harga barang dan jasa akibat tarif kemungkinan baru akan terlihat pada laporan inflasi bulan Juni atau Juli.
Setelah data inflasi dirilis, Federal Open Market Committee (FOMC) dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga pada 18 Juni 2025. Pasar saat ini memprediksi suku bunga acuan tetap bertahan di 4,25%–4,5%, sejalan dengan hasil CME FedWatch Tool.
Ethereum dan Solana Ikut Melemah
Di tengah stagnasi Bitcoin, beberapa aset kripto utama lainnya juga mencatatkan pelemahan ringan. Ethereum terkoreksi tipis 0,03% ke US$2.614,70, Solana turun 1,96% ke US$153,78, sementara stablecoin Tether melemah 0,03% ke US$1.
“Jika dalam waktu dekat tidak ada katalis eksternal yang signifikan, pergerakan harga Bitcoin kemungkinan akan tetap sideways. Namun, struktur pasar masih terjaga kuat, terutama karena volume transaksi masih tinggi dan antusiasme investor tetap solid,” tutup Fyqieh.
Dalam jangka pendek, rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat — terutama laporan Non-Farm Payrolls (NFP) — akan menjadi pemicu volatilitas berikutnya.
Jika hasil NFP jauh dari ekspektasi, pasar kripto bisa mengalami pergerakan tajam.
Untuk saat ini, investor dan pelaku pasar masih mengamati dinamika makroekonomi global dengan cermat, sembari menantikan momentum baru yang dapat mendorong pergerakan signifikan di pasar aset digital.