BISNISASIA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,87 persen year-on-year (yoy) pada kuartal I 2025, menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini.
Di tengah tekanan ekonomi global yang kian kompleks, capaian ini dinilai sebagai sinyal ketahanan dan optimisme bagi perekonomian nasional.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, bahwa pertumbuhan ini merupakan pencapaian penting. “Di saat Amerika Serikat mencatat pertumbuhan negatif -0,3 persen dan Jerman hanya 0,2 persen, ekonomi Indonesia tetap ekspansif. Ini menunjukkan daya tahan struktural dan potensi besar ekonomi kita,” ujar Fakhrul, dalam keterangannya ke InfoPublik, Selasa (6/5/2025).
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi penggerak utama dengan pertumbuhan 4,89 persen yoy. Sektor ekspor juga tumbuh kuat sebesar 6,78 persen yoy, memberikan kontribusi positif meskipun pasar global tengah lesu. Di sisi lain, belanja pemerintah tercatat mengalami kontraksi -1,38 persen yoy, mencerminkan proses normalisasi pasca pemilu 2024.
“Pertumbuhan ini dicapai ketika belanja pemerintah sedang melandai, menandakan mesin ekonomi masyarakat dan swasta mulai bergerak mandiri. Ini jadi momentum penting untuk pemerintah menginjak gas pertumbuhan secara lebih terarah,” jelas Fakhrul.
Secara sektoral, pertumbuhan tertinggi datang dari sektor pertanian yang melonjak hingga 10,52 persen, berkat panen raya dan program ketahanan pangan. Sektor ini menyumbang kontribusi sebesar 1,1 persen terhadap pertumbuhan nasional.
Sektor manufaktur tumbuh 4,55 persen dengan kontribusi 0,93 persen, sedangkan perdagangan tumbuh 5,03 persen dan informasi-komunikasi melaju 7,72 persen. Kombinasi sektor tradisional dan modern ini mencerminkan transformasi ekonomi Indonesia yang makin dinamis.
“Kebijakan seperti Makan Bergizi Gratis akan menjadi dorongan tambahan untuk sektor pertanian dan memperkuat ketahanan pangan nasional,” tambah Fakhrul.
Fakhrul menekankan pentingnya eksekusi kebijakan fiskal yang konsisten dan cepat, terutama menjelang kuartal kedua. “Pemerintah harus sigap melihat peluang dan tantangan global. Belanja strategis dan proyek nasional bisa menjadi penyangga ketika gejolak eksternal membesar.”
Dalam menghadapi tekanan seperti perang dagang dan perlambatan ekonomi global, peningkatan daya tahan sektor riil dan keuangan nasional akan menjadi krusial. (Infopublik.id)